Tanjung Pinang, pulau kecil di kepulauan Riau merupakan tanah kelahiran Ibu saya. Walaupun hanya sebentar saya tinggal di sana tetapi pengalaman masa kecil itu sungguh tak terlupakan. Saya masih ingat rumah kami yang mungil di Tanjung Unggat, di belakang rumah penuh dengan hutan bakau, pohon kelapa dan aneka tanaman dan sesemakan rawa. Masa kecil saya sepulang sekolah banyak dihabiskan berkeliaran di hutan itu mencari aneka tumbuhan atau buah-buahan hutan untuk bermain 'pasar-pasaran'.
Di depan rumah kami mengalir selokan dengan lebar 2 meter dan cukup dalam sekitar 1,5 meter. Jika bulan purnama dan air laut pasang maka permukaan selokan meluap karena dipenuhi dengan aliran air laut. Aneka ikan khas daerah tersebut seperti ikan kitang-kitang, ikan sembilang dan masih banyak lagi hanya saya lupa namanya, akan berhilir mudik memenuhi selokan. Sangat mengasyikkan memandangnya.
Biasanya berbekal aneka jala kecil darurat buatan sendiri, ember plastik bahkan sarung seperti yang almarhum Bapak saya lakukan, penduduk sekitar malam-malam akan berbondong-bondong terjun ke selokan untuk menjala ikan. Lumayan, satu ember penuh ikan sembilang dan kitang-kitang terjala. Nah, setelah itu Ibu saya yang pusing tujuh keliling memikirkan mengolahnya.
Ada satu makanan di Tanjung Pinang yang saya kangen sekali untuk bisa menikmatinya lagi: Otak-Otak Tanjung Pinang. Banyak otak-otak di Jakarta tetapi belum ada yang seperti otak-otak khas Tanjung Pinang. Otak-otak Tanjung Pinang dibungkus oleh dua lembar daun kelapa yang ditangkupkan menjadi satu. Terbuat dari daging ikan - biasanya ikan tengiri, layur, kakap atau ikan berdaging putih lainnya - yang digiling halus dicampur bumbu-bumbu rempah yang kuat dan kemudian di bakar di atas bara api. Warnanya kuning keemasan dengan komposisi tepung yang sedikit sehingga rasanya fishy sekali. Biasa dijual dalam rentengan dan harganya sangat murah. Sekali makan, 3 renteng otak-otak yang masing-masing berisi 10 biji, amblas. Yah maklum saja, isinya sedikit sekali. Sungguh!
Bahan:
Cara membuat:
Jika menggunakan daun pisang seperti yang saya lakukan maka bungkus seperti otak-otak biasanya. Taruh adonan ikan di tengah-tengah daun kemudian lipat kiri kanan daun ke depan. Semat ujungnya.
salam kenal..
BalasHapussuka jg dgn otak-otak tanjung pinang, waktu search resepnya,ketemu ini.. izin nyobain resepnya ya..
Halo Kay, salam kenal juga. Yup, saya juga penggemar berat otak2 ini. Bisa habis sampai berpuluh biji hehehe.
BalasHapusmbaa endang apa kabarr di tahun yg baru ini? mau nyoba resep ini, tp ikannya kalo pakai gurame bisa ga ya? trus santan kental tuh kara aja gapapa?
BalasHapusmakasih jawabannya ^^
Hai Mba Yanti, kabar saya baik Mba walau terserang flu di awal tahun hahhahah. Bisa pakai ikan gurame ya dan santan kara oke kok. Kalau mau warnanya merah pakai cabai merah dan kunyit banyakan.
Hapuspke ikan peda/pindang bisa gak mba??
BalasHapusnggak bisa ya mba, harus menggunakan daging ikan segar ya
HapusMbak.... Otako-otaknya bisa dipaksa jadi frozen food gak...? Buat persediaan.... Aku doyan banget ma otak2... :D
BalasHapushai mba mitha, yep bisa ya mba, bekukan saja di freezer ya
Hapusmbak itu adonan nya gaj usah di masaj dulu ya? Takut nya ga mateng klo langsung di bakar aja
BalasHapushai mba Lady, dikukus bisa ya mba, baru dibakar ya.
HapusSalam kenal mba, minta resep sambel kacang tuk cocolannya juga dong :)
BalasHapushai mba wita, pakai resep ini ya:
Hapushttp://www.justtryandtaste.com/2011/04/otak-otak.html
Wahh...ga nyangka mbak endang ibunya orang tanjung pinang. Almh ibu sy jg org tj. Pinang dan sy besar disana. Pantesan masakan mbak cocok sama lidah sy. Hehehe. Bener bgt,mbak...otak2 tj pinang blom ada yg ngalahin, apalagj otak2 kijang. Jd ngilerrr...kpn2 nyobain ah resep mbak ini. Thanks ya mbak...
BalasHapushai Mba Fresty, yep Ibu saya asli dr sana hehhehe. Otak2 dulu makanan sejak lahir, tapi sekarag kudu bikin sendiri kalau pengen makan huaaa. Thanks sharingnya yaa
Hapus