Dulu ketika masih bekerja di kantor lama, Makassar termasuk kota favorit saya untuk kunjungan dinas keluar kota. Makanannya, apalagi, yang membuat saya ketagihan. Ribs dan seafood, dua bahan makanan yang banyak diolah disana. Sebut saja sop konro dan konro bakar untuk ribs dan aneka olahan ikan baik dibakar, digoreng atau diolah menjadi otak-otak makassar yang super lezat. Nah, untuk seafood ini saya tergila-gila dengan satu menu mie siram, di Makasar dikenal dengan nama Mie Titi. Hampir mirip dengan ifumie, bedanya mie yang dipergunakan kecil-kecil dan tidak mudah lunak ketika tersiram kuah. Isian kuahnya sendiri terdiri atas sawi, hati dan ampela ayam, udang, bakso ikan dan otak-otak. Dilengkapi dengan sambal cabai yang super pedas khas Makassar dan perasan air jeruk nipis. Wuih, seger abis!
Saking rindunya dengan mie siram ini akhirnya saya browsing di internet mencari restoran Makassar yang menyediakan mie favorit saya. Rumah makan Pelangi di Jalan Wahid Hasyim, Sabang. Rumah makan ini bersebelahan dengan restoran seafood dengan nama yang sama. Disini, akhirnya saya bisa menikmati sepiring mie siram yang sama persis dengan yang saya makan di Makassar. Hanya mie siram saja? Tentu tidak! Saya berdua dengan Meta, teman sekantor, menghabiskan 1 porsi mie siram, 1 porsi nasi goreng merah, 1 porsi es pisang ijo dan 1 porsi es palu butung. Pulang ke kantor perut terasa meledak. Bagaimana tidak? Porsinya jumbo.
Walaupun makan di rumah makan Pelangi tidak membuat jebol kocek dan rasa masakannya juga memuaskan hanya saja capek juga kalau harus jalan ke sana. Dari kantor saya di Kuningan memang tidak terlalu jauh tetapi kalau dari rumah Pete dan harus melewati kemacetan jalan Sudirman? Baru membayangkannya saja nafsu makan saya langsung lenyap. Jadi? Bikin sendiri dong, pasti bisa. Kendalanya hanya satu, mie yang biasa digunakan untuk mie siram ini sulit untuk dicari di Jakarta. Katanya nih, hanya ada di Makassar. Saya sudah 'mengubek-ubek' banyak supermarket di Jakarta, tetapi belum menemukan yang sesuai keinginan. Yah, akhirnya saya menggunakan mie telor biasa yang saya beli di Carrefour, kebetulan ukuran mienya kecil-kecil. Kekurangannya adalah mie telor mudah lemas ketika tersiram kuah sehingga menjadi kurang renyah.
Ini resepnya.
Untuk 3 porsi
Bahan:
- 250 gram mie telor
- 1 ikat kecil sawi hijau, potong bite size
- 1/2 batang wortel, iris tipis
- 2 buah cumi-cumi potong melintang setebal 2 cm
- 1/2 potong dada ayam, potong dadu
- 1 pasang hati dan ampela ayam (optional)
- 1 bh otak-otak ikan, potong serong tebal 2 cm, goreng kering
- 3 bakso ikan, iris tipis
- 6 buah udang jerbung, ukuran sedang, buang kepala dan kulitnya
- 2 batang daun bawang, rajang kasar
Bumbu:
- 1 1/2 cm jahe , cincang halus
- 1 1/2 sendok teh merica bubuk
- 3 butir bawang putih, cincang halus
- 1 sendok makan saus tiram
- 2 sendok makan kecap asin
- 2 sendok makan kecap ikan
- 1 sendok makan tepung maizena untuk pengental
- 1 sendok teh kaldu bubuk
- 1/2 sendok makan minyak wijen
- 1 butir telur
- garam dan gula secukupnya
- 300 ml air
- 1 butir telur ayam
Pelengkap:
- sambal rawit
Cara Memasak:
Rebus mie sebentar dalam air mendidih hingga setengah matang. Angkat tiriskan. Goreng hingga kering kecoklatan, angkat.
Tumis bawang putih dan jahe hingga harum, masukkan hati, ampela, dada ayam, cumi-cumi, bakso ikan, aduk sebentar. Tambahkan air. Masak hingga semua bahan matang.
Masukkan wortel, otak-otak goreng, merica bubuk, kaldu bubuk, minyak wijen, kecap ikan, saus tiram, gula dan garam. Aduk-aduk dan cicipi rasanya. Kocok lepas telur, tuangkan ke dalam tumisan. Aduk hingga telur berserabut.
Masukkan sawi dan udang, aduk hingga sawi layu dan udang berubah warna.
Cairkan tepung maizena dengan 3 sendok air, masukkan ke dalam tumisan aduk hingga kuah mengental dan matang. Matikan api.
Sambal rawit:
15 butir cabe rawit merah, rebus sebentar dan haluskan.
Tata mie diatas piring, siram dengan kuah tumisan. Lengkapi dengan sambal rawit dan perasan jeruk nipis.
Mie ini terasa segar: gurih, asam, pedas. So yummy!
mbaaa saya asli makassar dan tergila-gila juga dengan mie titi. sudah 21 tahun merantau ke luar makassar membuat saya selalu rindu dengan masakan ini. Memang jenis mie yang dipakai ini yang belum nemu diuar makassar. Hayoo mbaaa gimana cara membuat mie nya...
BalasHapusHalo Mba Falya, yep saya juga maniak banget sama mi titi, cuman terkendala sama mi-nya. Wah cara buatnya keknya susah yaaaa wakakkak
HapusMba, ini unik ya rasanya, baru pertama kali saya ngerasain. Kriuk, asem, gurih, pedes, mungkin karena mienya yang kering kali ya jd terasa masih agak asing di dalem mulut saya. saya juga pernah makan nasgor merah di daerah kelapa gading, porsinya emang jumbo ya, btw punya resep nasgor merah ga mba..
BalasHapusHai Mba Marico, yeppp, saya suka banget dengan rasanya, segar soalnya dan mienya kriuk2 heheheh, Nasgor merah belum pernah coba Mba, ntar kalau sudah dikutik2 sukses saya pasti posting, Thanks sharingnya yaaa ^_^
Hapuscara bikin cabe rawitnya yg terfermentasi itu gimana..??
BalasHapusgoogling saja 'acar cabai JTT' saya sudah pernah posting cara membuatnya
HapusHai mbak endang, saya pengikut setia blognya mbak, resep2nya mudah diikuti dan penjelasannya detail step by step nya, salam kenal mbak..
BalasHapussaya asli makassar udah lama merantau ke jakarta..kl kangen mie titi suka bikin sendiri, untungnya nemu jenis mie yg sama kayak mie di makassar. coba deh cari di farmer market nama mie nya "mie putih kecil 99", semoga bermanfaat infonya mbak..
Salam kenal Mba Nia, thanks ya sudah menyukai JTT. Wah saya memang sedang cari2 ini mie, tapi gak pernah ketemu yang mirip. Kalau ke farmer market saya akan coba cari, thanks infonya yaaa
HapusPake mi burung dara juga bisa ya mbak Endang?
BalasHapusNur_padasan
Hai Mba Nur, yep bisa Mba, ini enaaak banget. Jadi pengen bikin, hujan2 gini enak.
HapusResep2 di jtt memang mantaab... Makasih yaa mba resep2 nya saya suka pas dilidah saya...
BalasHapusSip Mba Rini, thanks yaaa, sennag resepnya disuka.
Hapus