Walau seringkali dapur dan rumah Pete menjadi beraroma kimchi yang keras dan terkadang membuat kepala saya menjadi puyeng, namun tetap saja saya selalu ingin mengudap makanan sehat nan segar yang berasal dari Korea ini. Telah berkali-kali saya membuat kimchi sendiri di rumah dengan menggunakan resep yang sama dari web Maangchi dan so far menurut saya rasanya lezat dan pas dengan selera saya, sayangnya kadar gula yang digunakan juga banyak. Jadi pada minggu lalu, saat mulut saya begitu inginnya menikmati makanan ini sedangkan untuk menyantapnya di resto Korea terasa berat, sayapun berusaha memodifikasi resep kimchi menjadi lebih sehat dengan mengurangi kadar gula yang digunakan. Sebagai pengganti gula di resep, saya menggunakan pir dan apel yang diblender halus. Hmm, kimchi versi ini tentunya lebih segar, sehat dan lezat.
Untuk mewujudkannya, sepulang kantor saya pun singgah sebentar di supermarket khusus makanan Korea & Jepang bernama Papaya yang tidak jauh dari rumah Pete. Dua buah sawi putih ukuran besar, dua buah lobak putih, se-pack cabai hijau Jepang yang tidak pedas rasanya, ikatan kucai dan daun bawang, sebotol kecap ikan serta tidak lupa sebungkus bubuk cabai Korea masuk ke dalam keranjang belanja. Alhasil, hingga pukul sebelas malam saya pun terkantuk-kantuk berkutat di dapur membuat kimchi idaman. ^_^
Shepherd's pie? Hmm, makanan apa pula itu? Mungkin bagi sebagian besar telinga kita nama makanan ini terdengar asing, namun sebenarnya pie ini cukup sering kita temukan di Indonesia. Biasanya kita menyebutnya dengan nama pastel tutup. Sedikit tercerahkan? Atau masih tetap bingung? Nah, kalau berbicara tentang pastel tutup maka makanan yang satu ini melibatkan daging cincang yang ditumis bersama sayuran dan bumbu rempah, kemudian dimasukkan ke dalam wadah tahan panas. Selanjutnya permukaan tumisan daging ditutup dengan kentang tumbuk dan dipanggang hingga coklat keemasan. Rasanya tasty! Apalagi di dalamnya telah terkandung protein dan karbohidrat sekaligus,sehingga membuat shepherd's pie bukan saja menyehatkan tetapi juga membuat perut kenyang. Nyamm! ^_^
Di belakang kantor saya, tepatnya di belakang gedung mall Kuningan City, ada sebuah warung soto yang cukup mantap. Aneka soto ayam, daging, babat dengan kuah bening atau bersantan bisa anda pilih. Harganya termasuk nyaman di kantong dan porsinya pun cukup mengenyangkan bahkan bagi si doyan makan sekalipun. Saat jam makan siang tiba, semua kursi terisi penuh sehingga kita harus datang sedikit lebih pagi agar bisa mendapat tempat yang nyaman. Satu hal yang paling saya suka, selain kuahnya yang terasa kuat kaldunya, adalah acar timun yang segar dan sambal rawit yang super pedas selalu luber tersedia. Jika makan siang disana, saya biasanya selalu menambahkan bersendok-sendok acar ke dalam mangkuk soto dan piring nasi karena membuat soto terasa lebih segar, dan.... tentu saja juga membuat porsi soto menjadi lebih banyak. Benar-benar tidak mau rugi sedikitpun.^_^
Musim hujan di Jakarta sepertinya akan panjang dan lama, memasuki minggu ketiga di bulan Februari ini pun sepertinya hujan deras masih saja terus mengguyur. Hujan-hujan seperti ini membuat saya enggan pergi keluar rumah. Contohnya seperti week-end kemarin, selama dua hari menjelang pukul dua siang dipastikan cuaca mulai mendung dan kemudian hujan super deras mengguyur dari langit. Terperangkap di dalam rumah selama dua hari membuat saya akhirnya mengisi waktu dengan membersihkan rumah dan mencuci setumpuk pakaian. Ketika lapar melanda yang saya inginkan hanyalah hidangan berkuah yang gurih dan sedap. Hmm, bagaimana jika mie rebus dengan cabai yang banyak? Tapi mie instan merupakan bahan yang langka di rumah Pete, dan sebagai informasi sudah lebih dari dua tahun saya tidak pernah menjamah mie ini karena setiap kali menyantapnya maka maag akut saya pasti kumat. Ide pun terlintas untuk membuat mie sendiri saja? Karena tidak ada sebutir telur pun di kulkas sebagai bahan utama membuat homemade mie telur, saya pun lantas bereksperimen membuat mie dari tepung beras. Yeah, hasilnya memang tidak terlalu maksimal namun setidaknya rasanya cukup lezat dan mengenyangkan. ^_^
Cake coklat memang tidak ada matinya, kapan pun, dimana pun, cake ini tetap lezat disantap. Tidak perlu menunggu momen penting atau acara spesial, walaupun hanya duduk-duduk manis di rumah seperti saya week-end kemarin, tidak ada salahnya sambil mengudap cake coklat super legit sambil memandang hujan deras turun membasahi bumi. Terdengar mengenaskan? Tapi, hey tidak ada yang mengenaskan selama ditemani si manis yang membuat ketagihan ini. Cake ini sangat moist dengan tekstur yang lembut. Haa, tidak heran, berton-ton coklat dan mentega terkandung di dalamnya. Memang bukan untuk yang sedang berdiet karena kalorinya yang pasti selangit. Tapi bagi penggemar coklat umumnya dan cake coklat khususnya, cake ini bisa menjadi pilihan. Sesekali.... hmm yah, sesekali saja. ^_^
Sarden kalengan memang sedap. Rasanya yang khas berpadu dengan daging dan tulang ikan yang lembut, memang menjadikan sarden kalengan sebagai teman nasi panas yang sangat pas. Selain itu makanan ini super cepat untuk disiapkan, hanya dengan menambahkan rajangan bawang merah, bawang putih, cabai rawit dan jahe yang ditumis sebentar, dijamin semua penghuni rumah pasti doyan. Tidak heran waktu saya kecil, Ibu saya paling suka menyajikan makanan ini. Bagi kami penggemar ikan yang tadinya tinggal di Tanjung Pinang, Riau dan tiba-tiba harus pindah dan menetap di Paron, Ngawi, Jawa Timur, dimana ikan laut segar sangat sulit ditemukan, maka sarden kalengan menjadi pelepas rindu yang sempurna.
Seperti apa sih red velvet cake yang lezat? Adik saya, Wiwin, pernah bercerita ke saya mengenai sepotong cake merah marun ini yang dibelinya di sebuah bakery di Plaza Senayan. Wiwin menggambarkannya sebagai cake super duper dan paling enak yang pernah disantapnya. Tidak heran harganya pun fantastis, sepotong kecil cake dibandrol lebih dari lima puluh ribu rupiah. Tentu saja packaging yang manis berperan mendongkrak harga cake menjadi berlipat-lipat. Walau air liur menetes-netes saat kami membahasnya, tetap saja saya enggan untuk mencoba turut membelinya. Tidak masuk akal sekali rasanya sepotong kecil cake dihargai hingga semahal itu. Kepala saya justru mulai bertanya-tanya, bahan apakah gerangan yang digunakan untuk membuat si red velvet hingga konon katanya rasanya luar biasa laziz. ^_^
Halo, saya tahu resep Homemade Bakso Daging Sapi ini banyak penggemarnya dan mungkin banyak hal yang ingin anda tanyakan seputarnya. Namun sayang sekali kapasitas komentar di artikel ini sudah maksimal sehingga komentar baru tidak bisa lagi saya tampilkan. Untuk pertanyaan seputar resep, anda bisa email langsung ke saya di endangindriani@justtryandtaste.com atau melalui FB Just Try & Taste atau Twitter @justtryandtaste.com. Terima kasih.
Bakso daging sapi yang kenyal, elastis, empuk,springy, bouncy, tanpa bahan kimia berbahaya, tanpa obat bakso, tanpa pengawet dan seterusnya, dan seterusnya adalah impian semua penggila bakso seperti saya. Tapi cukup sulit rasanya kita bisa menemukan bakso impian seperti itu di jual di luaran, meskipun mengklaim tidak menggunakan bahan tambahan yang dikenal dengan nama 'obat bakso' namun sudah menjadi rahasia umum bahwa bakso yang kenyal, elastis dan renyahumumnya dihasilkan dengan menambahkan food additive.
Nah food additive ini yang terkadang kita tidak tahu terbuat dari apa, beberapa menyebutkan dengan nama boraks, ada yang menyebutkan STP, yang lainnya lagi amoniak. Semuanya merupakan bahan kimia yang jarang kita pergunakan sehingga pengetahuan kita pun minim mengenainya. Umumnya bahan tambahan pangan pengenyal untuk bakso selalu disebut sebagai 'obat bakso'. Walaupun tidak jelas bahanseperti apa yang disebut dengan 'obat bakso', dan tentunya tidak semua bakso di luaran menggunakannya, namun tidak ada salahnya jika kita sedikit waspada.
Moody. Satu sifat yang menempel erat dalam karakter saya dan seringkali membuat saya merana sendiri. Jika teringat betapa mudahnya saya menjadi tidak bersemangat, kehilangan minat dan 'mati gaya' hanya karena satu atau dua masalah maka betapa saya mengidamkan untuk menjadi sosok yang stabil, persistent dan fokus pada suatu tujuan. Memasak pun menurut saya memerlukan mood yang bagus agar saya semangat memulainya. Gunungan resep di draft blog saya tak terhingga banyaknya dan terus bertambah hari demi hari berharap satu hari nanti resep-resep tersebut akan terwujud di dapur dan menambah satu lagi koleksi resep di JTT.
Tapi tentu saja mimpi hanyalah tinggal mimpi, karena untuk menggerakkan kaki ini ke dapur saja alamak beratnya. Apalagi setiap kali pulang dari kantor dan menatap kondisi rumah yang acak-acakan - minggu lalu kakak saya dan keluarganya menginap beberapa hari di rumah Pete - menjadikan saya semakin enggan bereksperimen di dapur. Karena untuk memulai satu resep saya harus membersihkan lantai hingga mengkilap, mencuci tumpukan piring dan baju serta menyikat kamar mandi. Ahh, rumah ini telah memperbudak saya. ^_^