Pages

06 Mei 2014

Coto Makassar a la Mitzui


Jika anda sempat membaca posting-an saya kemarin maka disana saya menceritakan pengalaman mengikuti acara demo memasak produk Mitzui. Salah satu alat masak yang diperagakan dan membuat saya cukup 'ngiler' untuk memilikinya (namun berat dengan harganya!) adalah pressure cooker Mitzui. Panci bertekanan tinggi nan cantik ini mampu memasak aneka makanan salah duanya adalah bubur daging (paddas porridge) dan coto Makassar. Untuk bubur dagingnya, saya telah mencicipi rasanya yang sangat lezat namun sayangnya karena waktu yang terbatas, saya harus melewatkan untuk menyantap seporsi kecil coto Makassar. Anyway busway, saya tidak berkecil hati karena resep coto Makassar tercantum di copy resep yang dibagikan gratis saat itu. Termotivasi dengan tampilan coto yang kental, gelap dan terlihat menggiurkan maka minggu lalu saya pun membuatnya di rumah Wiwin, adik saya. Kebetulan banyak anggota keluarga saya yang sedang berkumpul disana, jadi sepanci besar coto bisa disantap beramai-ramai sebagai lauk makan siang hari itu. Mantap! ^_^ 

Tauco

Coto Makassar atau coto Mangkasara merupakan makanan tradisonal Makassar, Sulawesi Selatan. Biasanya makanan ini terbuat dari jeroan sapi seperti hati, babat, usus, paru yang direbus lama hingga empuk dan lunak. Rebusan jeroan yang telah matang ini kemudian diiris-iris menjadi ukuran layak makan dan disajikan dalam kuah berbumbu yang memiliki rasa sangat khas. Kental, pekat, segar, gurih, dengan rempah yang kuat khas Makassar. Biasanya jika anda menyantap coto Makassar maka si penjual akan menyajikan coto dalam mangkuk kecil bersama beberapa bungkus buras (sejenis lontong khas Makassar) atau ketupat. Yang membedakan coto Makassar dengan soto lainnya - keduanya sama-sama merupakan hidangan berkuah dan memiliki kemiripan nama - adalah kuah coto Makassar yang lebih kental dan lebih kaya rasa. Ini karena di dalam kuahnya juga dimasukkan kacang tanah yang telah dihaluskan, membuat kuah coto lebih gurih dan pekat. 


Walau umumnya coto menggunakan jeroan sapi, namun menggunakan bagian dagingnya tetap tidak mengurangi kelezatannya. Kali ini hasil mengais-ngais freezer Wiwin menghasilkan 2 bongkah daging sapi beku yang entah sudah berapa lama tersimpan disana. Wiwin dan saya memiliki kemiripan yang sama, kami berdua suka menimbun makanan beku di dalam freezer! Namun karena ukuran freezer kulkasnya yang jauh lebih besar membuat adik saya memiliki kebiasaan menimbun makanan yang jauh lebih parah. Biasanya jika saya berkunjung ke rumahnya lah maka baru aneka bahan makanan beku itu memiliki kesempatan menghirup udara bebas di luar freezer. ^_^

Nah kembali ke coto Makassar, membuatnya sangat mudah, dan walau tanpa menggunakan pressure cooker Mitzui, hidangan ini bisa segera disajikan. Saya menggunakan panci tekanan tinggi biasa dan daging sapi has dalam yang tidak memerlukan waktu lama untuk membuatnya empuk. Salah satu bumbu spesial di dalam coto yang membuat rasanya berbeda adalah penggunaan tauco di dalam kuahnya. Kebetulan Wiwin bulan lalu mendapatkan tugas ke Medan dan pulang membawa sebotol tauco yang alamak asinnya hingga tidak bisa diolah menjadi makanan biasa. Untuk mengurangi rasa asin tauco saya pun mencucinya sebentar dan kemudian menghaluskannya dengan menggunakan blender dry mill. Untungnya di dalam kuah coto yang melimpah maka rasa asin tauco pun bisa ternetralisir.


Paling sedap memang makanan ini disantap dengan buras atau ketupat, namun dengan nasi pun tak kalah nendangnya. Biasanya coto disajikan bersama sambal rawit yang pedas, anda bisa membuatnya sendiri dengan cepat, cukup rebus sebentar cabai rawit hingga matang, haluskan dan encerkan dengan kuah coto. Bersama banyak taburan daun bawang dan bawang merah goreng maka coto Makassar layak untuk anda sajikan ketika menjamu tamu spesial di rumah. 

Berikut ini prosesnya yang mudah ya. 


Coto Makassar a la Mitzui
Resep diadaptasikan dari buku resep Mitzui

Untuk 10 porsi

Bahan:
- 1 kg daging sapi, potong ukuran 2 x 2 cm
- 5 sendok kacang tanah, sangrai dan haluskan
- 4 sendok makan tauco, haluskan
- 2 liter air

Bumbu dihaluskan:
- 6 siung bawang putih
- 15 siung bawang merah
- 5 butir kemiri sangrai
- 2 sendok makan ketumbar, sangrai
- 1/4 sendok teh jintan
- 1 sendok teh merica butiran
- 1/2 buah pala 
- 2 ruas jari jahe

Bumbu lainnya:
- 10 batang serai, pipihkan
- 3 ruas jari lengkuas, pipihkan
- 5 lembar daun salam
- 5 lembar daun jeruk purut
- 4 butir kapulaga 
- 1 sendok teh kayu manis bubuk atau 1 batang kayu manis
- 2 sendok teh kaldu bubuk (optional)
- 5 - 6 sendok makan kecap manis
- sendok teh garam, tambahkan jika kurang asin
- 1 sendok makan gula Jawa, sisir halus
- 1 sendok makan gula pasir
- 2 sendok makan margarine untuk menumis 

Pelengkap:
- sambal cabai rawit
- bawang merah goreng
- 2 batang daun bawang, rajang halus 
- irisan jeruk nipis
- ketupat atau lontong 

Cara membuat:


Siapkan semua bumbu-bumbu, baik yang dihaluskan maupun yang tidak. Haluskan tauco menggunakan blender dry mill (untuk biji-bijian dan bumbu), sisihkan.

Note: jika tauco yang anda gunakan jenis yang super asin maka mencucinya sebentar di air akan mengurangi kadar asinnya. Atau jika anda enggan mencucinya maka hati-hati dengan takaran garam yang disertakan di resep. 

Sangrai kacang tanah hingga permukaannya tampak sedikit kecoklatan, biarkan dingin. Kemudian giling kacang menggunakan blender dry mill atau coffee grinder hingga halus. Sisihkan. Kacang tanah goreng/sangrai memiliki tekstur liat kala masih panas dan akan menjadi renyah kala telah mendingin.


Siapkan panci, saya menggunakan pressure cooker. Panaskan 2 sendok makan margarine, tumis bumbu halus hingga harum, matang dan berwarna tidak pucat lagi.  Tambahkan serai, lengkuas, daun salam, daun jeruk, kapulaga, dan kayu manis bubuk. Aduk dan tumis hingga daun rempah layu. 

Masukkan daging, aduk hingga daging terlumuri bumbu dengan baik. Tumis daging hingga berubah warna menjadi pucat. Tambahkan air hingga permukaan daging terendam air. Tutup panci dan masak dengan api besar hingga keluar suara desisan uap. Kecilkan api dan masak selama 15 menit. Pastikan katup uap terpasang selama proses memasak menggunakan panci presto.

Note: Saya menggunakan daging has dalam maka waktu memasak tidak terlalu lama. Jika anda menggunakan jenis daging lainnya seperti sengkel atau top side (paha) yang memiliki tekstur lebih keras maka waktu memasak sekitar 20 menit atau lebih.


Matikan api kompor, biarkan panci hingga terdengar bunyi 'klik' tanda tutup sudah bisa dibuka. Lepaskan tutup panci, tambahkan air panas sebanyak 1 liter hingga kuah menjadi lebih banyak. Masukkan kaldu bubuk, kecap manis, garam, gula, tauco, kacang tanah bubuk, aduk rata dan masak hingga mendidih. Cicipi rasanya dan angkat. 

Membuat sambal cabai rawit.
Rebus cabai rawit hingga empuk dan matang, tiriskan dan haluskan. Encerkan sambal dengan kuah coto. 

Sajikan coto dengan sambal, taburan daun bawang, bawang goreng dan kucuran air jeruk nipis. Super yummy!

Source:
Wikipedia - Coto Makassar
 
   

32 komentar:

  1. Makasih Mb Endang resep coto nya. Akhir pekan ini mau coba bikin ah.
    Kebetulan minggu lalu nyoba menu ini, eh terkaget2 dengan harganya yg lumayan untuk ukuran di kota solo. Padahal sy dan suami porsinya double krn ukuran mangkuknya yang imut, he he...
    Baru berniat di hati klo pengen bikin sendiri di rumah, lha kok Mb Endang hadir dg resepnya.
    Sip!!

    Salam dr Solo,
    Dian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Dian, thanks ya mba. memang umumnya coto disajikan dalam mangkuk super imut, sehingga kalau makan pasti pesan 2 supaya puas hehehe. moga suka dengan resepnya yaa

      Hapus
    2. Sukses akhirnya bikin nih soto. Dr kemarin2 kelupaan terus. Saking byk nya resepnya JTT :)
      Kali ini sy (kembali) lupa masukan kunyitnya. Dan ganti bubuk kacang dg sambe pecel khas ponorogo. Hehehe...
      Enakkkkkk bingit!! Sampe kepedesan krn si sambel pecel.

      Besuk masak apa lg yaaaaaa????
      *ga bingung lg cari menu utk berbuka*
      :D

      Hapus
    3. Wakakka, saya penasaran sama rasa cotonya Mba, kacang tanah diganti bumbu pecel. Tapi saya rasa pasti tetap mantap yaa.

      thanks sharingnya ya! ^_^

      Hapus
  2. mba endang,, siang" baca postingan resep ini kok maknyus bener ><"..
    wajib dicoba ini,, bisa ga diganti pake daging ayam/jeroan aya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba desri, walau coto makassar umumnya pakai jeroan dan daging sapi saya rasa diganti pakai ayam/jeroan ayam tetap enak ya.

      Hapus
  3. dear mbak endang finally resep cotonya nongol juga setelah deg2an sy tunggu, makasih mbak Endang smoga Allah membls kebaiknmu yg mau berbagi sepenuh hati hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba, hahaha, sampai deg2an ya, okeh silahkan dicoba ya mba, moga suka dengan resepmya yaaa

      Hapus
  4. Mb Endang, nanya dunk, tauconya pake merk apa? Tauco yg ada di pasaran biasa itu ato jenis khusus? Tks ya, mb.
    -ida-

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba ida, sayangnya saya tidak melihat merk tauconya, tauco ini dibeli adik saya di medan dalam kemasan stoples kecil. saya rasa tauco apapun yang ada di pasaran ok ya.

      Hapus
  5. Mirip soto Tegal mba...sama2 pake tauco...hmmm sedaapp...
    Salam, Restu

    BalasHapus
    Balasan
    1. sayangnya saya belum pernah makan soto tegal mba restu, jadi kepengen bikin soto tegal jadinya wakakkka

      Hapus
  6. Ayo dibikin mba..simpel n lezat..rasa nya unik karena tauconya agak asam n ga dihaluskan jadi kalau tergigit mak kletes-kletes gitu hehe... (Restu)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Restu, waah iya, saya jadi ngiler. sipp ntar saya kilik2 dulu resepnya yaaa

      Hapus
  7. mbak,presto mizui dg presto biasa bedanya apa ? :) thx

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheh, presto mitzui pakai listrik ya. lebih keren sih dan ada waktunya jadi kita tinggal set saja waktu sesuai dengan masakan yang akan di masak, Kalau matang akan mati sendiri seperiti rice cooker.

      Hapus
  8. Halo Mba Endang salam kenal, saya penggemar blog mba dan sebagai pengantin baru lumayan untuk mengisi menu2 harian saya. Oh iya saya kebetulan kecil dan besar di Makassar, sebagai tambahan kalau mau kuahnya lebih legit resep aslinya kuah coto itu menggunakan air cucian beras (air tajin). Sudah pernah coba dan rasa kuahnya memang lebih legit hehehe

    Salam sukses buat mba Endang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Anjani, wah terima kasih atas sarannya ya Mba memag coto makasar kalau gak kental rasanya ada yang kurang.

      mengenai saran mba, Ini air cucian beras yang masih mentah kan ya? Karena kalau air tajin kan air rebusan beras ya.

      Thanks ya mba

      Hapus
    2. Iya mba maksudnya air cucian beras mentah bukan air beras yang sedang dimasak. Maaf atas kesalahan redaksi kata air tajin :)

      Hapus
    3. hai mba anjani, sippp jadi jelas sekarang heheh. thanks yaaa

      Hapus
  9. hi mbak, mo tanya... di resep yang ada tulisan pake "kaldu bubuk (optional)". mbak sendiri pake kaldu bubuk atau engga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba sonya, saya suka pakai ya mba, sampai sekarang susah menghilangkan kebiasan ini walau sedang mati2an berusaha. saya pakai merk roy***co rasa sapi hehehhe

      Hapus
  10. Mba...kata temen aku yg org makassar coto makasar ga pake tauco katanya mba...gimana tu? Klo ga pake tauco pengaruh ke rasa khas coto ga? Minggu ini insyaAlloh mo bikin buat idul qurban. Makasih sblmnya. Irma- krwg.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba irma, wah kalau itu saya kembalikan ke selera masing2 ya. boleh pakai boleh nggak. coto yang ini resepnya dari blender mitzui, menurut saya sih oke ya.

      Hapus
  11. Mbak Endang, saya sudah mencoba resep ini...tapi saya tambahin kacangnya karena kami penggemar kacang......dan rasanya persiiiiis seperti sewaktu saya makan coto di makassar... Terima kasih resepnya ya mbak :). Nina kurnia

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba nina, thanks sharingnya ya, senang sekali resepnya disuka. sukses selalu yaaa

      Hapus
  12. Mba..krn pake daging stgh kilo bumbunya jd aq pake setengahnya. Kuahnya rasanya kok kurang nendang yah..gag kentel kaya daeng yang jualan..apa yang salah ya mba? Makasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo Mba Nio, nggak akan sekental kaya coto umumnya, karena coto umumnya pakai air cucian beras ya untuk merebus daging. Air cucian beras mengandung pati yang akan membuat coto kental. Kalau mau cara cepat, mba bisa kentalkan kuah dengan tepung maizena sedikit ya.

      Hapus
  13. Mb Endang.. saya sdh coba resep ini beberapa kali.. sedap nian rasanya..
    Ohya mb, saya mau tanya kl halusin bumbu2 basah (bawang, jahe dll) itu pake apa ya? Soalnya suka pegel kl pake ulegan.. kl pake blender musti pake air atau minyak ya. Tp kl bumbu yg mau diproses dikit, minyak/air scukupnya, bumbu ga bs halus semua... kl chopper hasilnya ga bs halus spt pasta ya..
    Tolong bantu saya mb.. adakah alat yg bs menghaluskan bumbu smp spti pasta tnpa dberi air/minyak?
    Terimakasih bantuannya mb Endang..

    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks mba dian sharingnya ya.

      kalau untuk bumbu yag perlu dihaluska sampai halus (misal bumbu coto, gulai, soto) maka saya pakai blender kecil, memang kudu pakai air atau minyak, kalau nggak alatya gak gerak.

      kalau bumbu kasar misal sambal balado, saya pakai chopper.

      Hapus
  14. Halo mba Endang .. Kl pake touco buatan Thailand atau china boleh ga? Di sini susah untuk dapat touco buatan Indonesia ... Trimakasih untuk resep2 nya. Hampir semua saya sudah coba ... Bangai mana bisa share photos Di public?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Ana, bisa ya mba, cuman hati2 ya, di luar fermented soy bean banyak jenisnya, dan aromanya agak beda2, kalau baunya beda banget sama tauco umumnya jangan dipakai nanti beda rasanya.

      mba bs sharing foto di fanpage FB JTT ya

      Hapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^