Pakis atau paku merupakan tumbuhan yang sering kita temukan di tepi jalan, di lahan kosong bahkan di dinding tembok dan batang pepohonan. Daunnya yang indah dan unik dengan bentuknya yang beraneka ragam seringkali menjadikan daun ini sebagai target koleksi bagi pecinta herbarium. Dulu ketika saya masih kecil, saya memiliki banyak koleksi tumbuhan paku dari aneka spesies. Daun-daun ini saya selipkan di dalam lembaran buku tua milik Bapak yang telah tidak terpakai. Biasanya dalam waktu satu minggu daun paku menjadi kering dan siap untuk di tempelkan di sehelai kertas putih. Waktu itu saya dan kakak saya Wulan, menggunakannya sebagai hiasan kartu Lebaran yang akan kami kirimkan kepada keluarga di Tanjung Pinang. Berhubung kondisi ekonomi keluarga kami yang sangat pas-pasan dan kartu Lebaran buatan pabrik termasuk golongan barang mewah yang tak terkangkau, maka kartu buatan sendiri yang terbuat dari sehelai kertas karton putih dengan aneka tempelan daun dan biji kering pun menjadi alternatif yang tak kalah ciamiknya. ^_^
Sayangnya kegiatan membuat kartu Lebaran sendiri sepertinya saat ini sudah banyak ditinggalkan orang, apalagi dengan teknologi SMS dan email maka ucapan selamat Idul Fitri cukup dikirimkan dalam teks singkat dan tiba ditujuan dalam waktu sekian detik saja. Padahal kegiatan membuat kartu Lebaran selain menyenangkan juga melatih kreatifitas anak-anak dan mengajarkan mereka menjadi mandiri dan mencintai karya sendiri.
Oke, kembali ke gulai pakis yang kali ini saya posting. Dulu waktu kami masih tinggal di Tanjung Pinang, tepatnya di Tanjung Unggat, saat itu rumah kami terletak cukup jauh dari jalan raya. Nah tepat di belakang rumah terbentang hutan bakau dan kelapa yang cukup luas dimana setiap jengkal tanahnya ditutupi oleh aneka sesemakan, salah satunya adalah pakis. Beribu-ribu pohon pakis dalam aneka jenis, tumbuh dengan suburnya. Hutan ini merupakan tempat bermain saya sehari-hari. Disana, bersama teman masa kecil, saya mengeksplor setiap jengkalnya dan terkadang bermain hingga berkilometer jauhnya dari rumah. Berbeda dengan kakak dan adik saya yang lebih suka 'ngendon' di dalam rumah, maka sejak kecil saya memang telah tergila-gila dengan alam dan tumbuhan. Setiap tumbuhan dan hewan bagi saya terlihat unik dan menarik perhatian sehingga tidak heran jika Ibu saya lebih sering menemukan saya mencari buah kemunting di sesemakan atau memancing ikan kitang-kitang di tepi sungai kecil yang terletak di depan rumah, dibandingkan belajar pelajaran sekolah.
Karena banyaknya tumbuhan pakis di sekitar tempat tinggal kami maka tak heran jika sayur daun pakis menjadi menu sehari-hari. Saat itu di Tanjung Pinang harga bayam dan kangkung luar biasa mahalnya dan Ibu saya sangat jarang memasaknya. Tapi daun pakis dan daun singkong cukup terjangkau bagi keluarga kami. Namun jangan mengira jika kemudian Ibu saya akan memanen daun-daun pakis di hutan di belakang rumah, walau saat ini saya berpikir mengapa tidak kami lakukan saat itu. Biasanya beliau membelinya di pasar dalam jumlah yang banyak karena daun-daun ini ketika dimasak akan menyusut bobotnya dengan drastis. Gulai adalah satu-satunya masakan yang selalu beliau buat kala mengolah daun pakis. Saya bahkan tidak pernah membayangkan masakan lainnya yang lebih tepat. Sepertinya daun pakis yang kering dan berserat dengan rasa yang unik ini menjadi sangat lezat kala dimasak dalam limpahan bumbu gulai dan santan kental.
Di Jakarta sendiri saya sangat jarang menemukan daun pakis dijual di pasar, walau terkadang rumah makan Padang menyajikan gulai pakis dalam daftar menunya, namun itu sangat langka terjadi. Kerinduan saya akan masakan ini pun terbayar ketika beberapa waktu yang lalu saat sedang berkunjung ke rumah Wiwin dan berbelanja di Pasar Mampang, saya menemukan seorang Ibu penjual sayur dengan tumpukan daun pakis di meja dagangannya. Tanpa berfikir panjang, ikatan daun-daun pakis pun berpindah ke kantung belanja saya. Hanya satu resep yang ada di dalam benak saya untuk mempermak tumbuhan paku ini yaitu gulai pakis. Proses menyiangi daunnya yang imut memang sangat menyita waktu dan beberapa daun sepertinya sudah terlalu tua. Dalam ingatan saya, dulu Ibu saya selalu membeli daun-daun pakis kala bentuknya masih kuncup, berwarna hijau tua dan terasa lembut kala diremas, bukan daun mekar berwarna hijau muda seperti yang saya dapatkan. Tapi bagaimana lagi, jumlahnya yang tidak banyak membuat saya akhirnya memasukkan semuanya ke dalam masakan.
Membuat gulai pakis sangat mudah, semua bumbu cukup dihaluskan dan ditumis hingga harum. Daun di masak hingga lunak dan santan yang cukup kental lantas diguyurkan ke dalamnya. Salah satu kunci gulai pakis yang lezat adalah kuah yang tidak banyak dengan konsistentsi yang kental. Masakan ini mantap di santap bersama nasi putih hangat dan ikan balado. Yummy!
Berikut resep dan prosesnya ya!
Tertarik dengan resep gulai sayuran lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Gulai Terung a la My Mom
Gulai Daun Singkong - Menu Kegemaran Abang
Gulai Nangka dan Kacang Panjang a la My Mom - Super Tasty!
Bahan:
Sources:
Wikipedia - Fern
Wikipedia Indonesia - Tumbuhan Paku
mba endang, thanks resepnya yaa..
BalasHapussaya baru tahu ternyata daun pakis harus disiangi dulu yaa, saya pernah masak pakai batang-batangnya, pantesan aneh haha..
Hai Mba Putri, yeppp mba harus disiangi karena batang pakis keras ya, kalau gak disiangi ntar makannya jadi gak nyaman wakkakak
HapusAaaaakkk mbak gulai Pakis emang top, ngangeni deh hehe *ngeces*
BalasHapusYoiii setuju bangetttt wakakkaa
Hapuswahhh ini masakan favoritku mb ibukku sering bikin rasanya unik tp uenyakk... pakis skrg agak langka mb mb udh pernah masak daun labu siam(bhs jawanya manisa) dibuat gulai kyk ini ga ? itu jg enak mb bumbunya sm cmn sayurnya dganti sm daun labu siam rasanya jg unik mb mnrtku sih hehe tp sayang dsby daun labu siam langka...
BalasHapusyeni sby
Hai Mba Yeni, saya juga suka pucuk daun labu, mantap dimasak pakai santan.kadang2 di supermarket suka ada mba, cuman memang jarang banget ya. thanks ya Mba Yeni
Hapuswah baru tahu kalo pakis ntuu.bisa di masak.....dulu di kampung halaman banyak tapi kok gak pernah denger ya di sayur...kl sekarang di kota malah gak pernah lihat lagi...oh kampung halaman ku....jadi kangen magelang..
BalasHapusYepp, biasanya masyarakat di sumatera yang jago2 memanfaatkan daun pakis karena banyak banget tumbuh disana ya
HapusJadi ingat kampung halaman..dulu gulai daun pakis d santap bersama lontong..aduhai sedap nya..jadi pengen mudik,hehehe..makasi ya mba resep nya..
BalasHapus-ummu afifa-
waaaah enak banget pakai lontong, di jakarta mana ada masakan itu hiikss
HapusAku juga baru tau kalo daun ini bisa dikonsumsi...
BalasHapusKalo musim hujan, di pekarangan belakang rumah suka banyak tumbuh di pinggiran tembok... ^_^
Makasih infonya nih mba...
Hai Mba Lina, butuh banyak banget supaya bisa dimasak, karena kena panas kempessss dengan sukses hehehhe
Hapuswah Mbak Endang, aku kemarin abis masak gulai pakis untuk buka puasa, emang mantep deh rasanya..
BalasHapusbiasanya ibuku kalau masak gulai pakis juga ditambahin ikan salai, jadi gulainya ada rasa-rasa smoked gitu, mantep pokok'e mbak..
tapi karena aku agak susah nyari ikan salai disini, biasanya aku tambahin ikan teri, tetep enak mbak hehe
vela,depok
Hai Mba Vela, waaah pakai ikan salai dan teri makin sedap dan gurih rasanya. di depok keknya banyak yang jual daun ini ya. thanks infonya ya mba
Hapushalo mbak Endang, mau tanya itu haluskan bumbunya pakai Food Proc. atau blender? saya pernah punya pengalaman blender jadi rusak karena buat mblender bumbu.
BalasHapusSaya pakai chopper Phillips Mba, mirip2 kaya food pro ya. kalau pakai blender saya pakai yang gelas kecil (dry mill) yang untuk giling bumbu ya.
Hapuswah ternyata enak di gulai mbak biasax cuma di bikin urap
BalasHapusidah -sengkang-
hai mba idah, waah keknya mantap juga di urap yaa hehhehe
HapusWah ini sayur favorit aq suka beli ketupat sayur padang pk gulai pakis.. kl pagi biasanya aq beli di ragunan atau di depan blok m square.. kl sore menjelang malam
BalasHapusdi depan pgc cililitan berjejer yg jualan.. tp paling mantap yg di ragunan pedesnya mantap... sekarang udah ada resepnya mba endang uhuy bisa buat sendiri ini
-Indah-
hai Mba Indah, wah di blok M squarenya yang mana ya Mba? Soalnya suka berkeliaran didaerah sana wakaka, apa pasar paginya ya? Saya maniak banget sama gulai pakis, suka susah cari sayuran ini di pasar.
HapusBarusan saya masak dgn resep mba endang. Hummmb, mantaph like always..
BalasHapusthanks yaaa
Hapus