Gambar di atas bukan bulatan bakso, bukan pula siomay, melainkan sepiring kue apam yang saya buat pada weekend yang lalu. Mungkin ini pertama kalinya anda melihat kue apam berwarna 'abu-abu bakso' karena biasanya kue tradisional ini hadir dengan warna-warni yang semarak seperti merah, pink, hijau atau putih. Ini gara-garanya pada hari Sabtu kemarin, saya melakukan eksperimen pertama kali dengan bunga biru bernama kembang telang. Sejujurnya, walau sudah lama tahu mengenai manfaat bunga ini sebagai natural food coloring, namun baru kemarin saya memperoleh kesempatan untuk mempraktekkannya. Alasannya, di kota besar seperti Jakarta, tanaman ini cukup sulit ditemui.
Jadi ketika dalam perjalanan ke rumah Pete, saat mata saya bertatapan dengan semak kembang telang yang rimbun dan sarat dengan bunganya yang biru tumbuh di tepian jalan, maka saya pun seperti mendapatkan durian runtuh. Tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, bersama Heni, saya mengumpulkan sekitar segenggam kembang yang telah mekar. Pohon itu melilit di sebatang tanaman mengkudu yang cukup tinggi, jadi sebagian besar tajuk yang sarat dengan bunga sulit untuk diraih. Seorang satpam dan beberapa pengendara motor, menatap kami dengan rasa ingin tahu tapi saya tidak peduli. "Fokus, fokus, dan lupakan budaya malu", oceh saya ke Heni yang sepanjang proses 'panen' terus cekikikan tanpa henti.
Kembang Telang, Si Pemberi Warna Biru Alami
Setiba di rumah, bunga lantas saya bungkus dengan sehelai kertas tissue dan simpan di kulkas. Pikir saya, besok saja saya akan menggunakannya sebagai bahan pewarna di kue apam dan mulai ber-browsing ria membaca informasi cara membuat ekstrak bunga di internet. Ternyata, rata-rata artikel yang saya baca menggunakan banyak kuntum bunga untuk menghasilkan ekstrak dengan warna yang kuat di makanan. Jadi, "Ayo kita kembali ke sana lagi Hen, bunganya kurang banyak." Mendengar komando saya, Heni pun terbahak. Berdua kami pun lantas berjalan lagi ke sesemakan di tepi jalan, kali ini saya menenteng sebuah tas besar. Bukan karena saya hendak merontokkan si pohon hingga ke akar-akarnya, tetapi karena sebuah kamera DSLR besar mendekam disana. Kali ini selain bunganya, maka beberapa gambar tanamannya juga harus diabadikan demi blog tercinta.
Satpam di seberang jalan kali ini benar-benar melongo melihat kedatangan kami berdua yang hadir dalam tempo sesingkat-singkatnya. Sambil duduk di sebuah kursi merah, matanya menatap ingin tahu aktifitas kami yang sibuk meraih ranting-ranting tertinggi demi mengumpulkan bunga sebanyak-banyaknya. Saya pun mengambil beberapa buahnya yang telah kering kecoklatan untuk ditanam di halaman rumah Pete. "Itu bunganya yang diatas banyak banget Bu, tapi susah ngambilnya," kata Heni menatap penuh sesal ke gerombolan bunga di ujung pohon mengkudu. "Lupakan Hen, ini sudah cukup banyak. Kalau kita kembali lagi sambil membawa tangga lipat, bisa pingsan itu Pak Satpam," dan kami berdua terbahak-bahak membayangkannya.
Mission accomplished. Finally! Pikir saya sambil menatap penuh suka cita tebaran bunga telang di permukaan meja dapur, dan sifat kikir pun tiba. Sayang juga kalau semua bunga dipakai. Hmm, terlalu berlebihan hanya untuk mewarnai adonan apam yang tidak banyak. Lagipula masih banyak resep-resep lain yang ingin dicoba dengan menggunakan kembang ini bukan? Bagaimana jika semak-semak di tepi jalan itu habis dibabat? Bisa lenyaplah sumber pewarna biru ini, padahal nasi kerabu dan pulut tai tai belum dibuat. Pikiran-pikiran itu berkecamuk di dalam kepala saya dan sebagian terucapkan juga di bibir, membuat Heni berkomentar, "Tapi kan nanti kita bisa panen kembang dari tanaman sendiri Bu, Heni sudah tanam bijinya di pot di halaman." Iya kalau tumbuh? Kalau KO? Akhirnya saya pun hanya menggunakan sekitar 60 buah kuntum bunga dari ratusan bunga yang bertebaran di meja. Sisanya saya angin-anginkan di dapur supaya kering, untuk next project.
Heni pun menghancurkan bunga dengan menggunakan sendok hingga air berubah menjadi berwarna biru gelap. Melihat warnanya yang biru gelap, sebiru batu sapphire dengan kualitas yang terbaik, saya pun yakin pewarna alami ini akan bekerja maksimal di adonan apam yang saya persiapkan.
Tapi mimpi, tinggal mimpi, tatkala ekstrak bunga saya blender bersama nasi dan bahan lainnya, warna biru itu mendadak lenyap dan berubah menjadi abu-abu gelap. Dan kala telah diaduk bersama tepung, abu-abu gelap pun berubah menjadi abu-abu bakso, membuat saya melolong penuh sesal mengapa tidak menggunakan semangkuk bunga sekaligus. "Mungkin nanti setelah dikukus warnanya baru muncul Bu," Heni yang positif dan optimis memberikan semangat. Walau merasa pesimis, namun saya enggan juga menambahkan pewarna biru sintetis ke dalam adonan. Ini percobaan pertama dan saya ingin tahu dengan hasilnya, jadi mungkin nanti di next trial baru saya akan merubah porsinya. Nah pada saat itu, saya sudah harus memiliki kuntum bunga telang kering sebanyak-banyaknya.
Sebenarnya kalau dilihat secara langsung, bukan dari hasil jepretan kamera, kue apam ini berwarna 'sedikit' kebiruan. Ah, anda tetap tidak percaya? Oke mungkin tidak sebiru rok seragam SMP, tapi masih ada jejak biru disana. Sayangnya setelah dipotret dengan berbagai sudut, berbagai background, berbagai piring, dan berbagai posisi letak piring, tetap saja hasilnya adalah si apam abu-abu.
Lupakan dengan warnanya, sekarang ke proses pembuatan adonan dan hasilnya. Prosesnya sangat mudah. Dulu Alm. Nenek di Paron, selalu membuat apam jenis ini ketika acara kendurian tiba. Tentu saja dengan menggunakan pewarna makanan sintetis, dan pink adalah warna kesukaan beliau. Selain itu Mbah Wedhok, begitu saya biasa memanggil beliau, tidak menggunakan baking powder dan ragi instan, melainkan air kelapa. Adonan kue apam biasanya dibuat pada pagi hari dan baru bisa dicetak dan dikukus pada siang hari, karena adonan harus dijemur terlebih dahulu dan memberikan kesempatan ragi alami yang terkandung di dalam air kelapa bekerja secara perlahan. Pada siang harinya, adonan akan terlihat berbusa dan mengembang. Sekitar 90% kue apam yang dibuat selalu sukses namun terkadang terasa asam karena Mbah Wedhok lupa dengan adonan yang dijemur di atap rumah, membuat proses fermentasi menjadi berlebihan.
Untuk apam kali ini, anda tidak perlu menjemurnya, cukup mendiamkannya saja di meja dapur pada suhu ruang minimal 3 jam. Hingga adonan tampak mengeluarkan busa yang banyak dan bersarang kala disibak menggunakan spatula.
Adonan yang telah jadi ini siap anda kukus di dandang yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Saya menggunakan cetakan kue lumpang terbuat dari plastik, hasil perburuan di pasar blok A. Anda bisa menggunakan cetakan lainnya, misalnya saja cetakan kue putri ayu yang lebih cantik bentuknya. Jangan lupa untuk mengolesi cetakan dengan minyak goreng agar adonan tidak lengket. Untuk teksturnya, kue ini empuk, lembut namun sedikit lengket di gigi kala dikunyah. Mungkin karena efek tepung terigu yang saya tambahkan, dulu nenek saya hanya menggunakan tepung beras dan nasi saja, dan apam buatannya terasa sedap kala masih hangat namun sekeras sandal jepit ketika telah mendingin. Tak ingin mengulangi resep yang sama maka saya sedikit memodifikasinya. Hasilnya kue tetap lembut walau telah dimasukkan ke dalam kulkas sekalipun.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Kue Apam Abu-Abu Kembang Telang
Untuk 20 buah kue apam menggunakan cetakan kue lumpang
Tertarik dengan resep kue tradisional lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Serabi Pandan Kuah Kinca
Bingka Pandan
Kue Bugis
Bahan:
- 125 gram gula pasir
- 1/4 sendok teh garam
- 100 gram tepung terigu protein sedang/serba guna
- 100 gram tepung beras
- 1/2 sendok teh ragi instan, pastikan masih aktif dan cek tanggal kedaluarsanya
- 1/2 sendok teh baking powder double acting
- 100 gram kelapa muda parut, optional
Cara membuat:
Menyiapkan ekstrak kembang telang
Pisahkan kelopak birunya dengan pangkal bunga yang hijau. Gunakan hanya kelopak birunya saja karena bagian pangkal bunga yang hijau itu tidak menyumbangkan warna biru.
Membuat adonan kue apam
mbak apa ga kemungkinan terjadi reaksi apa gitu antara pigmen alami si bunga dengan adonan.... mungkin pewarna alami ga boleh ketemu asam atau apa gtu mbak... soalnya biasanya saya klo bikin rempeyek pake kunyit, terus air kapur sirihnya kebanyakan , terus adonannya jadi memerah, dan hasil jadi rempeyeknya jd kayak gosong...
BalasHapussalam,
hai mba nurul, yep keknya terjadi reaksi antara pigmen antosianin si kembang telang dengan BP yang alkali, lagian saya memang jarang lihat kembag ini dipakai buat kue2 seperi ini biasanya hanya buat pewarna nasi dan ketan. thanks ya mba
HapusMungkin karena ada baking soda yg bersifat alkali yg merubah warna kue jadi hijau ke abu-abuan. Saya jadi keinget baru baca article ini bulan lalu: http://m.instructables.com/id/Blue-Foods-Colorful-cooking-without-artificial-dy/
BalasHapusAyuk coba lagi mbak :)
Halo Mba Eugenia, yepp mba benar sekali, thanks ya atas artikelnya. saya gak kepikirian waktu itu, kayanya memang gak bs sembarangan menggunakan pewarna alami seperti ini ya hehehe
Hapussalam kenal mba
BalasHapusmba apa ada kemungkinan malahan make kembang telangnya kebanyakan ga mba? soalnya waktu baca2 resep yg make kembang telang biasanya pada makenya sedikit aja mba kira2 sekitar 20-25 kuntum kembang telang aja, tapi aku sendiri belom pernah make kembang telang sih mba hihihi... jadi pengen berburu kembang telang, makasih ya mba resepnya...
salam, pipiet - banjarmasin
halo mba Pipiet, kayanya karena reaksi dengan BP yang bersifat basa membuat pigmen bunga berubah warna, kalau untuk takarannya biasanya saya baca mereka suka pakai kembang kering beratnya bs mencapai 5 - 10 gram dan itu banyak ya. Jadi bukan karena banyaknya bunga.
HapusSy kira apam dgn abu merang lho mba....
BalasHapusAyo mba, eksperimen lg... biar ga pnasaran....
:D
wakakka, iya nih mba Lina, tapi keknya next time bukan buat apam deh bunganya, gagal soalnya wakkaka
Hapusmbak..jangan" bereaksi dengan wadah adonannya mbak? itu wadahnya kan logam, entah aluminium entah stainless steel...sebaiknya baskom plastik atau panci bercat/panci enamel
BalasHapusbisa jadi mba, tapi kayanya karena baking powder juga, thanks sarannya yaaa
HapusCuma mau bilang mbak endang emang TOP ! :)
BalasHapusProlognya seru & lucu apa adanya.
Semoga experimen bunga telang berikutnya sukses mbak. (ImeL).
halo mba imel, thanks ya mbaaa, yah eksperimen kali ini gak memuaskan wakkakakka, mending saya blender daun pandan sama suji saja kayanya hahahah
HapusMbak, garamnya koq ga ikut di proses pembuatan ya?
BalasHapusOya kl tanpa extra kembang telang bisa ga mbak?
Makasih mbak endang resepnya
-Tata-
hai mba tata, garam blender saja bersama nasi ya mba, thanks revisinya ya. tanpa kembang telang tidak apa2 mba, ganti saja takaran air bunga dengan air biasa atau susu cair ya. atau pakai ekstrak daun pandan malah lebih sipppp
Hapushayoloh mba pd penasaran dan menduga2 knapa bs jd keabu2an gt.. kyknya mba harus eksperimen lg dh wkwkwk
BalasHapusbaru ngeh mba, ternyata disini buanyak sekali bunga telang. di tanah kosong yg lapang penuh dgn bunga telang ini. sempat terbesit bwad ambilin utk dikeringkan, cm malu.. takut rebutan sm sapi dan mbek2 wkwkwk secara gitu tanah kosong bwad ngangon.. tp ada bbrp rumah warga yg nanam bunga telang ini, gak nyangka sih ternyata ini tanaman liar.. cantik bunganya ^.^
Hapushai mba, silent reader nih, kemungkinan karna ada baking powder yg sifatnya alkali. jadi antosianin di bunga telang bakal larut kalo terkena asam atau alkali hehe. kalo mau pake pewarna bisa pake kulit buah naga merah aja dan jangan ada bahan yg sifatnya asam atau basa :D
BalasHapusMba Karen, yeppp thanks infonya ya Mba, kayanya mba benar wakkakkak. Saya gak nyangka kalau pigmen biru si kembang sangat fragile, pikir saya kek daun pandan atau suji yang kuat banget wakkakak. thanks sarannya untuk pewarna alami lainnya, akan saya coba mba hehehhe
HapusUbi ungu yang sudah dihaluskan pun jika terkena baking powder menjadi berwarna kehijauan.
BalasHapusSaya rasa bunga talangnya mba endang juga seperti itu.
Halo Mba Rika, yep betul mba, keknya pewarna alami biru atau ungu lebih sensitif dibandingkan hijau ya. Thanks infonya ya mba
HapusBaru pertama lihat bunga telang . Ternyata bisa untuk pewarna.
BalasHapushai mba tatit, yepp, tapi kayanya bagus untuk pewarna ketan atau nasi tanpa bahan kimia lainnya supaya warnaya tetap biru
HapusHalo Mba Endang, resepnya menarik buat dicoba nih :) kebetulan ibu saya pernah buat nasi gurih dengan pewarna dari bunga telang, warnanya memang jadi keabuan gitu mba.
BalasHapushai Mba Yuyun, nasi gurih pakai santan gak sih mba? apa karena santan ya jadi warnanya abu2 wkaakka
HapusIya mba pakai santan, mungkin juga ya karena santan, warna nasinya jadi keabuan :)
HapusHalo mbak endang,
BalasHapustiap baca artikelnya slalu aja bikin cekikikan mbak hahaha. Oiya,pake kembang itu mempengaruhi rasa ngga mbak? Dulu saat kecil saya sering bgt main masak2an pake kembang itu hihi.
Halo Mba Talitha, nggak merubah rasa mba, kembang ini gak ada rasanya cuman pewarna saja, iyaa yaam kalau dikampung suka dibuat mainan hehehhe
HapusMalam mbak endang.. mbak ada resep kue lumpang yg jadi turun bagian tengahnya? Makasih..
BalasHapushai mba Fani, saya belum punya ya mba
Hapus