Begitu banyaknya bambu tumbuh membelukar disetiap sudut 'tegalan' maka tak heran jika mata pelajaran ketrampilan di sekolah banyak diisi dengan prakarya dari bambu. Nah salah satunya yang sering membuat saya sakit perut dan nightmare adalah membuat kipas bambu. ^_^
Jika Ibu Guru mulai mengeluarkan instruksi, "Minggu depan mengumpulkan kipas bambu ya anak-anak," dan tanpa diiringi dengan step by step proses membuatnya maka rasa-rasanya saya ingin menangis dan menjerit. Bagi bocah berusia sembilan tahun maka sehelai kipas bambu yang paling sederhana bentuknya pun teramat sulit dibuat. Ibu saya tentunya seorang Super Mom, tetapi beliau berasal dari Tanjung Pinang dan seumur hidupnya tidak pernah bersentuhan dengan bambu jadi bisa dimaklumi jika beliau tidak tahu mengenai prakarya kipas bambu. Alm. Bapak saya yang seorang tentara, saat kami masih kecil lebih sering berdinas di Tanjung Pinang dan hanya setahun sekali datang ke Paron. Jadi beliau pun tidak bisa diandalkan untuk banyak membantu dalam urusan remeh-temeh ini.
Nah satu-satunya yang bisa saya lakukan adalah mengikuti teman-teman di sekolah bergerilya di kebun-kebun bambu, mencari bambu terbaik untuk prakarya. Terus terang dari seluruh step by step membuat kipas bambu, maka step mencari bambu di kebun adalah bagian yang paling saya sukai karena bisa berkeliaran di kebun dan sawah yang penuh dengan pepohonan, sekaligus saya juga bisa mencari rebung. ^_^
Hal yang masih saya ingat adalah setelah si bambu apus ditemukan, ditebang dan dipotong pada masing-masing ruasnya, kemudian potongan bambu ini dibelah menjadi bilah selebar satu sentimeter. Masing-masing bilah ini kemudian di belah melintang menjadi berlembar-lembar helaian bambu yang super tipis untuk kemudian dianyam sebagai dasar lembaran kipas. Agar helai bambu menjadi halus dan smooth sehingga kipas pun tampil cantik maka permukaannya perlu diserut dengan pisau yang tajam. Bagi si trampil seperti beberapa teman saya yang terbiasa membuat prakarya bambu maka proses menyerut ini dianggap hal yang sepele, namun tidak bagi saya. Berkali-kali helaian bambu putus, terlalu tipis atau hanya menjadi sepotong bambu yang layak untuk tusuk gigi, dan ujung-ujungnya berakhir dengan rasa frustasi. Jika sudah seperti ini sambil menangis tersedu-sedu saya akan datang ke Ibu dan mengadu.
Biasanya yang terjadi kemudian adalah kami bertiga yaitu saya, Ibu dan kakak saya, Wulan, akan duduk 'mendeprok' di atas tikar dan mulai bergotong-royong membuat sehelai kipas bambu. Hasil akhirnya memang tidak bisa disebut sebagai masterpiece, jahitan pada tepian kipas terlihat amburadul sementara gagangnya yang terbuat dari rotan hasil mempreteli kursi Mbah Lanang, susah menempel di lembar kipas. Namun itu sudah cukup membuat senyum saya terkembang lebar, stress menjadi hilang dan berangkat sekolah dengan riang. ^_^
Wokeh kembali ke gulai rebung yang kali ini saya posting. Rebung alias tunas bambu muda adalah sayuran sehari-hari ketika saya masih kecil. Ibu saya biasanya membelinya di pasar ketika si rebung masih terbungkus oleh kulit luarnya yang penuh dengan glugut yang gatal. Ukuran rebung di Paron sangat jumbo dan ketika dimasak maka satu panci besar gulai rebung bisa kami makan berhari-hari. Harga yang murah dan mengenyangkan merupakan alasan utama, selain tentu saja teksturnya yang renyah sekaligus juga lembut memang sedap diolah menjadi aneka masakan. Di Paron, kami menamainya dengan nama 'sayur gedhek', gedhek adalah anyaman bambu dan dengan menyebutnya seperti itu sekaligus sebagai cemohan bahwa sayuran yang murah ini biasa dikonsumsi oleh kalangan kurang mampu.
Dulu saya bahkan kurang menghargai usaha Ibu saya yang telah bersusah payah menghidangkannya, namun kini setelah tinggal di Jakarta saya menyadari betapa susahnya menemukan rebung dan betapa rindunya saya padanya. Jadi ketika weekend kemarin mata saya tertambat pada seember besar rajangan rebung yang telah direbus maka tanpa banyak 'cing-cong' lembaran rupiah pun langsung berganti dengan setengah kilo rebung seharga dua belas ribu rupiah.
Jika anda memiliki kesempatan untuk mendapatkan versi segar rebung yang belum diolah sama sekali tentunya lebih baik. Biasanya Ibu saya akan mengirisnya menjadi lembaran yang super tipis dan merendamnya selama semalam, rebung kemudian direbus di dalam air mendidih hingga lunak. Air rebusan rebung lantas dibuang agar masakan tidak pahit dan berbau. Olahan rebung yang menjadi andalan beliau adalah gulai rebung seperti yang saya hadirkan kali ini. Bumbu yang banyak dan lengkap dengan rempah-rempah akan membuat bau aneh rebung menghilang dan rasanya pun menjadi sedap. Biasanya Ibu saya akan menambahkan kacang panjang dan kacang tholo, saya mengganti kacang tholo dengan kacang merah adzuki sisa membuat nachos kemarin. Sayur rebung ini sangat lezat disantap dengan ketupat atau lontong dan jika anda ingin kuah yang lebih lezat maka beberapa potong lemak dan urat sapi bisa juga dimasukkan ke dalam masakan.
Rebung merupakan makanan dengan kalori dan kandungan gula yang rendah, namun kaya akan serat makanan, protein, vitamin dan mineral seperti potassium, copper dan mangan. Rebung bahkan dikatakan kaya akan protein karena mengandung sekitar 2,65 gram protein per 100 gram rebung segar. Selain itu umumnya rebung tidak mengandung bahan kimia berbahaya sehingga sangat sesuai untuk anda yang lebih memilih sayuran organik untuk dikonsumsi. Jadi tidak perlu ragu untuk memasukkan sayuran ini di dalam menu anda ya.
Berikut resep dan proses gulai rebung a la Ibu saya.
Gulai Rebung a la My Mom
Tertarik dengan resep gulai sayuran lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Gulai Nangka dan Kacang Panjang a la My Mom
Gulai Pakis a la My Mom
Gulai Daun Singkong - Menu Kegemaran Abang
Bahan:
- 2 cm kunyit
Siapkan rebung, jika anda membeli rebung yang sudah diiris dan dipotong-potong tipis seperti yang saya beli maka rebus kembali rebung dalam air mendidih hingga benar-benar lunak dan hilang bau pesingnya. Tiriskan dan buang air rebusannya.
Mba, kalo mau tahun baru cina, ibu mertua saya selalu bikin sayur tumis dari rebung ini, pake daging cincang sama kecap.. Mama saya bikin lumpia.. Tinggal suami saya yang ngomel2 kebauan.. Hahaha.. Btw, makasih ya utk resepnya, kapan2 mau coba.. Kan bisa utk lontong cap go me ya?
BalasHapushalo mba joyce, enak kayanya tuh sayur tumis rebung, pakai daging cincangnya. Pengen coba bikin juga kalau ada rebung lagi dipasar hehhehe. thanks sharingnya yaa
HapusHehehe.. ceritanya persis seperti yg dialami anak saya yang jadi pucat pasi, stress, lari sana kemari nggak tentu arah kl sdh ada PR menggambar dan prakarya. Ya sudah, alamat emak sama bapaknya yang jumpalitan nggarap.
BalasHapuswaakak iya mba Devy, yang sibuk prakarya emak sama bapaknya yaa, kayanya sama persis dengan saya, paling sebel kalau mata pelajaran ketrampilan huaaa
HapusOrang ngawi ya mbak...
BalasHapusLgi kngen msakn ibukk
Nyari resep ehhh ketemu mksih mbak resepnya ... Salam knal dr ngawi hehe
iyaa, Paron- Ngawi tepatnya hehehhe. salam kenal juga yaa Mba Warih, ini sayur memang suka dimasak ibu saya juga di paron hehhehe
HapusHalo mba salam kenal, mau tanya kalau misalnya tidak ada rebung bisa diganti dgn labu siam atau apa sayur lain apa ya mba? Mksh
BalasHapushalo mba Nimas, bs pakai labu siam, pepaya muda, nangka muda, semua enak ya
HapusMb endang....resep ini memang gak pakr kunyit ya?
BalasHapusImel
hai mba imel, pakai yaa, lupa di resep, pakai 2 cm kunyit ya. thanks koreksinya
Hapus