Makanan berkuah bernama pindang memang tidak ada matinya, artinya selalu laris manis dan memiliki banyak penggemar, saya salah satu fansnya. Sepertinya setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masakan pindangnya masing-masing, misalnya saja pindang bandeng khas Betawi; pindang tulang khas Palembang; pindang Meranjat dari desa Meranjat, Sumatera Selatan; pindang patin dari Palembang, Pekanbaru atau Lampung; pindang daging khas Kudus; pindang serani khas Jepara, dan mungkin masih banyak jenis pindang lainnya dari berbagai daerah yang belum saya ketahui.
Saya sendiri sudah banyak menampilkan masakan pindang, baik yang berkuah bening, maupun gelap. Seperti pindang serani yang terbuat dari ikan bandeng, anda bisa klik resepnya disini. Atau pindang bandeng a la Betawi yang resepnya saya peroleh dari Ci Ling-Ling, kakak teman sekantor saya, resep pindang bandengnya luar biasa maknyus dan saya rekomendasikan untuk anda coba. Anda bisa klik resepnya disini. Atau pindang daging a la Kudus yang gelap dan menggunakan kluwek mirip dengan pindang iga yang kali ini saya hadirkan, anda bisa klik resepnya disini. Pindang ikan patin a la Palembang yang banyak penggemarnya, resepnya bisa anda klik disini. Semua masakan pindang ini saya suka dan selalu menjadi favorit ketika bersantap di restoran. Jadi kalau kali ini saya tambahkan satu lagi resep pindang, saya pastikan anda tidak akan kecewa. Hmm, yang jelas saya tidak. ^_^
Pindang merupakan makanan yang berkuah dan terasa pedas, dimana semua bahan-bahannya cukup direbus dalam satu panci. Praktis, sedap dan sangat mudah dibuat. Umumnya bahan makanan yang dijadikan pindang adalah ikan atau daging sapi. Nah berhubung saya memiliki persediaan iga sapi yang telah direbus lunak dan membeku di freezer cukup lama maka weekend lalu saya pun memasaknya menjadi sepanci pindang iga. Kebetulan Tedy, adik saya yang baru saja kembali dari Ngawi membawa titipan dari Ibu saya berupa kluwek dan asam Jawa. Jadi kali ini saya membuat pindang iga dengan bumbu kluwek yang tampilannya mungkin mirip seperti rawon namun dengan cita rasa berbeda. Mantap!
Terus terang untuk urusan memilih kluwek saya selalu mengandalkan pada Ibu saya. Di Paron, kluwek merupakan bumbu yang murah, mudah didapatkan dan dengan kualitas yang baik. Maklum saja, Paron dan Ngawi memiliki makanan khas yang sangat kondang yaitu rawon. Makanan berkuah gelap kecoklatan ini menggunakan bahan baku daging kerbau atau sapi dan menggunakan kluwek di dalamnya. Seingat saya hingga kini setiap kali ada hajatan atau kendurian di Paron maka rawon biasanya sering menjadi menu wajib yang disajikan.
Karena dari luar semua biji kluwek tampak sama dan si penjual melarang anda untuk memecahkan kulit luarnya saat akan membeli maka wajar jika kemudian bagi kita yang masih awam berurusan dengan kluwek cukup dibuat kebingungan kala memilihnya. Nah beberapa tips berikut ini mungkin sedikit bisa membantu. Biji kluwek yang berwarna hitam karena proses fermentasi ini terlindungi oleh tempurungnya yang keras, untuk melihat kualitasnya bisa dimulai dari tempurungnya. Pilihlah biji yang tempurungnya tidak tampak berjamur. Warna keputihan pada permukaan kluwek bukan berarti biji berjamur, karena fermentasi biji kluwek dilakukan dengan mengubur biji di dalam abu maka wajar jika permukaan biji menjadi berwarna putih. Jamur biasanya berbentuk seperti kapang berbulu yang tumbuh halus dan berwarna kehitaman, pastikan permukaan kluwek bersih dari jamur tersebut.
Kocok buah saat memilihnya, bila buah terasa berat dan terdengar seperti ada benda yang begerak di dalamnya maka biasanya kluwek memiliki kualitas yang baik. Walau dari pengalaman ada juga biji yang sama sekali tidak terdengar bunyi ketika dikocok dan saat dibuka memiliki kualitas yang baik. Jika anda merasa si penjual bisa diajak bekerja sama maka mintalah untuk memecahkan satu atau dua biji kluwek yang ada, tentu saja ini akan sulit dilakukan jika anda membelinya di supermarket.
Daging buah yang bagus biasanya berwarna hitam pekat, jangan ambil bila berwarna kelabu atau berjamur, karena itu berarti kluwek telah kedaluarsa. Atau jika dagingnya berwarna agak coklat muda berarti kluwek masih muda dan kemungkinan rasanya akan pahit. Ujian selanjutnya adalah kita harus mencicipi daging bijinya, tips ini hukumnya wajib untuk dilakukan. Karena biji kluwek terkadang terasa pahit yang akan membuat seluruh masakan anda menjadi tidak keruan rasanya.
Isi kluwek yang bagus adalah yang bentuknya bulat seperti tempurungnya dan utuh, tetapi jika kita mendapatkan kluwek yang telah mengering dan menempel pada cangkangnya jangan ragu-ragu juga untuk menggunakannya, asalkan warnanya hitam pekat dan tidak pahit. Rendam sebentar dengan air panas agar dagingnya menjadi empuk sehingga mudah dihaluskan. Simpan biji-biji kluwek beserta tempurungnya di wadah kering dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak lembab agar kluwek tidak mudah berjamur. Saya sendiri mengupas semua biji kluwek, membungkusnya dengan plastik dan membekukannya di freezer. Dalam kondisi beku maka kluwek menjadi tahan lama, kala akan digunakan kluwek cukup direndam dengan air panas hingga lunak.
Untuk informasi tentang kluwek yang lebih lengkap anda bisa klik pada postingan saya sebelumnya di Kluwek - Tentang, Tips Memilih dan Menggunakannya.
Wokeh sekarang menuju ke resep. Jika makanan ini terlihat hitam pekat ini karena saya menggunakan sekitar lima butir kluwek sebagai bumbunya. Kluwek menurut saya selain memberikan warna super gelap juga membuat masakan menjadi lebih gurih. Nah jika anda tidak suka dengan warnanya yang terlalu hitam, kurangi saja porsi kluwek sesuai selera. Bumbunya sendiri mungkin mirip-mirip pindang Kudus, namun saya menambahkan bawang merah, cabai merah dan cabai hijau besar yang saya bakar hingga permukaannya kehitaman. Nah ini mungkin mirip kala akan membuat pindang bandeng a la Betawi, tetapi saya akui bau bumbu terbakar ini memang memberikan rasa spesial pada masakan.
Sebagaimana masakan pindang lainnya maka prosesnya sangat mudah, saya sudah merebus terlebih dahulu iga sapi dengan menggunakan slow cooker selama semalaman hingga daging iga menjadi super empuk dan mudah lepas dari tulangnya. Kemudian bumbu halus saya tumis hingga harum dan semua bahan serta kaldu bekas merebus iga dimasukkan dan direbus hingga matang. Pindang iga ini mungkin akan tampak seperti percampuran rawon dan pindang kudus hanya saja irisan bumbu di dalamnya membuat masakan ini lebih sedap. Anda tentu saja bisa menggantikan iga sapi dengan daging sapi, atau buntut sapi sedangkan daging ayam atau ikan menurut saya kurang oke diolah menjadi pindang model ini.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Pindang Iga
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep berbahan dasar iga lainnya? Silahkan klik link di bawah ini ya:
Sup Iga Sawi Asin dengan Slow Cooker
Sup Iga
Iga Panggang
- 1 1/2 liter air kaldu bekas merebus iga
- 5 siung bawang merah
- 1/2 sendok makan ketumbar sangrai
- 1/4 sendok teh jintan
Bumbu dibakar:
- 2 buah cabai merah besar
- 2 buah cabai hijau besar
- 5 siung bawang merah
- 3 lembar daun jeruk
- 2 cm jahe, memarkan
- 2 sendok makan air asam jawa
Pelengkap:
- 2 batang daun bawang, rajang halus
Siapkan bumbu-bumbu yang akan dibakar, letakkan sebuah rak kawat atau pemanggang di permukaan kompor. Bakar bawang merah, dan cabai hingga permukaannya tampak sedikit kehitaman dan layu. Angkat dari kompor, kemudian sedikit bersihkan bagian bumbu yang gosong dengan kertas tissue agar tidak membuat masakan menjadi pahit. Sisihkan.
Siapkan panci, masukkan 3 sendok makan minyak goreng. Panaskan hingga benar-benar panas. Tumis bumbu halus hingga harum dan matang, masukkan daun salam, daun jeruk, lengkuas, dan jahe. Aduk rata dan masak hingga rempah layu.
Tuangkan kaldu sisa merebus iga, bumbu yang dibakar, gula, garam, air asam, kecap manis dan masak hingga mendidih. Masukkan iga rebus, aduk rata. Cicipi rasanya, sesuaikan gula dan garam. Angkat dan sajikan panas dengan taburan daun bawang dan bawang merah goreng. Super yummy!
Ngileeer... Jadi pengen ambil nasi putih banyak2... Kalo cabe nya di skip, ga papa kan ya, Mba... ??, punya anak kecil soalnya..
BalasHapushalo mba emilia, sippp silahkan skip saja cabainya mba, tetap enak kok. thanks yaa
Hapusmba sumpeh, bikin ngiler nih.. biasanya mama ku masak pakai ayam kluwek mba. tp bosan ayam trus. boleh di coba nih pakai iga. resepnya hampir mirip juga sm mama hihihi Thx mba ^^
BalasHapushalo Mba Raisa, nah saya malah belum pernah coba pakai ayam, kayanya enak juga yaaa, hmmm pengen coba hehehhe. thanks sharingnya yaaa
HapusHahaha.. Bener Mba, saya jg punya kejadian ttg kluwek ini.. Dulu saya pede aja bikin rawon dengan daging sampe sekilo lebih.. Ternyata kluweknya pahit, jadi mubasir deh tu daging, krn sayang, sama saya digoreng aja, jadi gepuk deh dengan pahit2 sedikit.. Mama saya bilang, knp ga dicicip dulu.. Abisnya kok rasanya gimanaaa gitu ngicip kluwek yg item gitu.. Hehehe..
BalasHapushahahah, yep memang aneh ya harus diicip, tapi kemarin saya dapat kluwek sekresek dari Ibu saya, dan memang saya icipin satu2 hahahah, aneh2 gitu rasanya.
Hapusthanks sharingnya yaa
Jadi kayak brongkos ya Mbak Endang.
BalasHapusNah masalah yang sama sering aku alami ketika memilih keluwek yang bagus. Udah dioyang-goyang .eeh tetep aja dapaet yang busuk.
Makanya kalau masak rawon seringnya beli bumbu jadi aja tinggal nambahin bawan putih dan bawang merah goreng. hahahaha
Cntoh emak kesed iki mbak :)
hai mba tatit, yeppp saya sendiri nggak pernah beli kluwek di Jakarta, secara rasa2 gak oke juga kalau suruh membedakan mana yang bagus mana yang nggak. Untung Ibu saya selalu menjadi pemasok tetap kluwek wakakka.
Hapusthanks sharingnya yaaaa
kluwek oh kluwek. favorit menu klo di rumah mertuwa di ponorogo. selain sego pecel tentunya. sambel kluwek dg tempe goreng panas. nyam..nyam.. sudahkah pernah nyoba sambel kluwek mb? sambel bawang yg diberi kluwek. top!
BalasHapusmemang ya kluwek di ngawi madiun ponorogo bagus2. hitamnya mengkilat dan gurih khas.
dian-solo
hai Mba Dian, yep pernah dengar tentang sambal kluwek ini tapi belum pernah cicipin langsung, ohhhh ternyata base nya sambal bawang yaa, sippp, ntar dieksekusi hahhaha
Hapusthanks ya sharingnya, sukses dan sehat selalu buat Mba Dian dan keluarga yaa!
Hmmm, kalau berbicara mengenai pindang rasanya ingin segera memakannya,,,, sungguh menggoda
BalasHapusthans mba anis, moga suka dengan resepnya ya
HapusMa'af mbak, saya pria, hehe. Bukan wanita, hehehe
Hapus