Karena tidak ingin repot dan terlalu malas mempersiapkan makanan saat sahur dan berbuka setiap hari, maka saya pun memutuskan untuk memasak satu atau dua masakan dalam porsi yang banyak dan menyantapnya selama berhari-hari. Berhubung Heni mengidap darah tinggi dan menghindari daging merah maka ayam atau ikan merupakan pilihan aman sekaligus pilihan yang lebih murah. Dimulai dari hari pertama puasa, saya membuat sepanci besar ayam woku dari dua ekor ayam. Masakan yang bisa disantap orang sekampung itu membuat setiap sahur dan buka puasa kami diwarnai dengan lauk yang sama selama berhari-hari dan walau di hari ketiga rasa eneg mulai menyerang namun kami tetap berusaha bertahan hingga si ayam habis tak bersisa.
Tidak kapok dengan pengalaman ayam woku, saya melanjutkan lagi dengan masakan ayam jilid dua yaitu ayam kalio. Seperti biasa, habit saya yang susah memasak dalam porsi kecil, membuat sepanci besar ayam kalio hadir di meja makan. Kembali saya dan Heni mengulang story yang sama namun kali ini dengan aktor pendukung yang berbeda. Walau kalio ayam plus kentang ini terasa sangatlah lezat, namun kali ini kami berdua sampai juga pada titik jenuh dengan masakan ayam. Ketika Heni berkomentar ke adik saya, Dimas, "Kemarin kita berhari-hari makan ayam terus Mas, sampai eneg banget rasanya," maka saya pun merasa cukup sudah. Sepertinya saya harus memutar otak mencari masakan lainnya, tentu saja ehem... Yang bisa dimakan berhari-hari juga. ^_^
Bulan puasa walau sebenarnya tak jauh berbeda dengan hari-hari biasa, namun ada satu hal yang banyak membuat para ibu atau kaum wanita di rumah pusing tujuh keliling dibuatnya. Apalagi jika bukan mempersiapkan menu untuk sahur dan berbuka. Jika saat berbuka makanan apapun terasa sedap, maka mempersiapkan menu sahur biasanya menjadi tantangan yang sedikit lebih berat. Untuk bisa tetap konsisten menghadirkan makanan yang selalu disantap dengan penuh semangat oleh seluruh anggota keluarga saat jam tiga pagi buta (selama sebulan) memang memerlukan kreatifitas yang tinggi dan cukup menguras otak. Beberapa pembaca mengirimkan email ke saya menanyakan menu sahur dan berbuka yang saya persiapkan setiap hari di rumah. Dengan berat hati terpaksa saya jawab, saya pun mengalami kendala dan berada pada posisi desperado yang sama sebagaimana cerita yang saya bagikan diatas. ^_^
Bagi anda yang ingin menghadirkan lauk yang bervariasi di rumah, maka sesungguhnya ayam kalio ini sangat lezat. Resep ini saya peroleh dari Ibu saya yang dulu sering sekali memasak kalio ketika Lebaran tiba. Kalio sebenarnya mirip dengan rendang, yang membedakan hanyalah masakan ini sedikit berkuah 'nyemek-nyemek', berbeda dengan rendang yang dimasak hingga kering. Dan sebagaimana masakan a la Padang umumnya maka kalio pun menggunakan santan yang banyak agar rasanya menjadi super gurih, bergelimang bumbu nan pekat dengan warna kecoklatan yang cantik. Nah karena saya sedang menghindari menggunakan banyak santan di masakan maka untuk kalio ayam kali ini saya buat tanpa santan sama sekali. Ayam cukup saya masak bersama bumbu yang banyak hingga minyaknya keluar dan kuah mengental, agar supaya rasanya tetap gurih dan membuat warna kalio coklat gelap maka sedikit kelapa parut sangrai yang dihaluskan saya masukkan ke dalam rebusan ayam. Hasilnya adalah kalio ayam dengan tampilan dan rasa yang tak kalah dengan versi biasanya.
Ibu saya biasanya memasak kalio dengan menggunakan potongan daging sapi namun ayam, hati sapi, babat dan usus sapi juga sedap dimasak dengan cara ini. Untuk kalio ayam, tentu saja ayam kampung akan memberikan rasa yang mantap, karena gurih dan teksturnya yang lebih kenyal, dan liat sehingga tidak mudah hancur jika dimasak dengan waktu yang lama. Namun untuk kali ini saya hanya menggunakan ayam negeri biasa dan karena minus santan maka ayam cukup saya masak bersama bumbu hingga matang, kental berkuah. Satu kelebihan memasak kalio tanpa santan adalah waktu memasak yang relatif cepat karena anda tidak perlu menunggu hingga semua cairan di dalam masakan mengering. Cara ini tentunya lebih aman diterapkan pada jenis ayam negeri karena memiliki tekstur daging yang empuk dan mudah lunak kala dimasak.
Sebagaimana halnya dengan rendang, maka untuk memasak kalio kita memerlukan banyak bumbu dan rempah, terutama rempah seperti kayu manis, cengkeh, kapulaga, dan kembang lawang yang akan memberikan rasa unik dan berbeda di masakan. Ibu saya biasanya suka menggiling semua bumbu baik jenis kering maupun basah secara sekaligus, menurut beliau bumbu yang digiling akan memberikan rasa dan aroma yang jauh lebih kuat dibandingkan hanya dibiarkan utuh begitu saja. Saya tentu saja setuju dengan pendapat beliau tersebut hanya saja saya sering enggan memasukkan bumbu-bumbu yang keras ke dalam gelas blender, jadi untuk resep kali ini saya memasukkan rempah bumbu tersebut dalam keadaan utuh di masakan. Tetapi untuk bumbu segar seperti lengkuas, serai dan jahe, terkadang saya menggilingnya hingga halus dan bukan hanya sekedar memipihkannya dengan ulekan batu.
Karena kalio ini minus santan di dalamnya maka rasa dan aromanya mungkin tidak segurih kalio bersantan kental umumnya. Nah agar masakan ini tidak kehilangan ciri khas rasa santan yang unik di dalamnya atau berakhir menjadi sekedar masakan ayam bergelimang sambal maka saya menambahkan kelapa parut yang disangrai hingga kecoklatan menjadi serundeng. Serundeng inilah yang kemudian saya haluskan dengan blender hingga smooth dan saya masukkan ke dalam masakan. Cara ini juga sering dilakukan Ibu saya ketika membuat rendang daging. Supaya warna rendang tetap kecoklatan sementara santan yang digunakan hanya terbatas maka serundeng tumbuk pun ditambahkan. Ternyata dengan menggunakan serundeng membuat kalio menjadi sedap, gurih dan tentu saja tak kalah dengan versi bersantannya.
Berikut proses dan resepnya ya.
Resep Kalio Ayam Tanpa Santan a la JTT
Ayam Woku a la Ani
Ayam Kuluyuk a la JTT
Ayam Panggang Kecap nan Spicy
Bahan:
- 2 cm jahe
- 3 sendok makan minyak untuk menumis
- 300 ml air
- 5 butir kentang (berat sekitar 1/2 kg), kupas dan belah menjadi 4 bagian
Siapkan ayam, cuci hingga bersih, tiriskan. Tambahkan garam dan air jeruk nipis, aduk dan remas-remas hingga merata. Diamkan selama 20 menit, cuci hingga bersih. Sisihkan
Siapkan wajan, masukkan kelapa parut. Sangrai kelapa parut dengan api kecil sambil diaduk-aduk hingga warnanya berubah menjadi coklat gelap. Kelapa harus terus-menerus diaduk dan dibalik agar tidak gosong.
Jika kelapa telah berubah warna menjadi coklat gelap, kering dan sangat ringan. Matikan api kompor dan biarkan kelapa menjadi dingin. Proses dengan blender dry mill hingga halus, sisihkan.
Siapkan wajan, beri 3 sendok makan minyak. Panaskan hingga minyak benar-benar panas. Tumis bumbu halus hingga harum sambil bumbu diaduk-aduk agar matang. Jika minyak kurang maka tambahkan minyak agar bumbu bisa matang dengan baik. Bumbu yang matang akan berubah warna menjadi gelap dan tidak pucat lagi.
Masukkan semua bumbu lainnya, kecuali gula dan garam, aduk dan tumis hingga rempah menjadi layu dan harum. Masukkan potongan ayam, gula dan garam, aduk hingga rata bersama bumbu dan masak hingga ayam mengeluarkan air yang banyak. Tambahkan kentang, aduk rata.
Jika kuah di dalam masakan tampak mulai mengering, tambahkan air dan masak hingga kental dan ayam matang. Cek kematangan ayam dengan menyobek dagingnya menggunakan ujung pisau yang tajam, jika mudah lepas dari tulangnya maka ayam telah matang. Cek juga apakah kentang telah matang dengan menusukkan garpu di tengah kentang, jika garpu masuk dengan mudah maka kentang telah matang.
Note: jika anda menggunakan ayam kampung maka waktu memasak akan lebih lama dan air rebusan perlu ditambahkan jika kuah telah menyusut dan ayam belum matang.
Tuangkan kelapa parut sangrai yang telah diblender hingga halus. Aduk rata dan masak hingga masakan kental, cicipi rasanya. Sesuaikan gula dan garam. Angkat dan sajikan. Super yummy!
akhirnyaaa kalio ayam nongol juga (udah lama berharap mba endang bikin dan share). aduh sama mba, udah hampir semingguan malah buka dan sahur pake ayam dan harus pinter2 ngolah agar gak bosen, dan hari ini pun 2 potong ayam masih nangkring di kulkas dan berharap suami tidak bosan meskipun di olah dengan berbagai macam nama masakan tp berbahan dasar ayam, daaan suami saya sampai hari ini pun gak komentar apa2 (mungkin dalam hati udah bosan, tapi berusaha menahannya agar tetep dimasakin) hahahaha. wah mba heni jleeeb ngomong eneg ke adek mba endang hahaha. tapi bersyukur lah kita masih bisa makan ayam ya mba...alhamdulillah. selamat berpuasa mba dan makasih udah berbagi resep nya...big hug
BalasHapusHalo Mba, wakakakak, iyaa, saya juga bilang masih bersyukur ditengah harga2 yang mahal masih bisa makan ayam. Sahur dan berbuka dengan masakan yang enak. Harus selalu bersyukur ya Mb.
HapusWajar kalau kita selalu stock ayam, karena mudah dimasak menjadi aneka masakan dan enak rasanya, selain itu harganya masih terjangkau.
selamat berpuasa juga ya mba, sukses selalu ya!
terimakasih mbak endang. hmmm....sepertinya enak ni mbak. Saya akan segera eksekusi. Bisa u makan berhari2 juga. Tinggal d panasin Wkt berbuka. saya izin catat resep nya ya mbak.
BalasHapushalo mba, silahkan ya, yeppp ini bisa dimasukkan kulkas dan dipanaskan, saya sendiri 2 ekor ayam untuk seminggu wakakkak, mabok2 dahh
HapusHalo mbk salam knal, saya Diana, uda bbrp bln ini jd silent reader dan akhirny tergelitik utk brtny krn kekatrok an sy...kembang lawang itu ap y mbk...krn sy tinggal d kota kcil yg bahkan fast food sperti mcD ato KFC tdk mau singgah, ap ad alternatif lain utk bhan ini mbk? Oke trims mbk saya tunggu resep2 simple ny y mbk...tolong d bnyakin resep2 yg bhan bumbuny gmpng d cari alias umum beredar d tukang sayur keliling hehe
BalasHapushalo mba diana, salam kenal ya.
Hapussaya sudah pernah bahas mengenai bumbu2 dapur mba, dan kembang lawang ini termasuk bumbu dasar yang sering sekali dipakai, bukan jenis yang sulit didapat, dan saya yakin mba diana pernah lihat cuman gak tahu saja namanya ya ^_^
ini linknya ya:
http://www.justtryandtaste.com/2014/12/yuk-mengenal-bumbu-dapur.html
banyak sekali resep2 simple di JTT, tetapi kalio memang bukan termasuk resep simple ya, karena masakan padang memang cukup complicated.
Halo mbak endang, udh lama sy berniat mau tanya soal ini, tp selalu lupa hehe
BalasHapusGini mbak, setiap mbak endang masak ayam pake ayam potong (ayam negeri) biasa pasti ada adegan dmn si ayam diremas remas dgn garam dan jeruk nipis lalu didiamkan 20 menit sblm dicuci kembali hingga kesat. Step ini fungsinya untuk menghilangkan bau khas ayam negeri kan ya mbak? Nah yg mau saya tanya, apakan step ini membuat ayam mentah tersebut jd lebih asin? Karena kan didiamkan dulu 20menit, mnrt logika saya jadi seperti dimarinade gitu mbak garamnya kan bisa meresap ke serat2 daging, walau nanti dicuci bersih. Apakah kalau mau memasak ayam potong dgn step tambahan ini, lantas porsi garam di resep yg biasa dieksekusi harus dikurangi?
Karena sy pernah mau masak ayam bumbu kuning biasa (pake resep ibu sy bukan resep jtt) dan saya pake step remas remas garam ini krna ingat saran dari jtt. Jadinya ayam lebih asin dari biasanya, cenderung terlalu asin mbak
Hehehe ditunggu jawabannya ya mbak
Mba ga perlu pake kemiri yah?
BalasHapussaya nggak pakai ya, kalau mau diitambahkan silahkan ya.
HapusKalau penggunaan cabe di skip pengaruh ke rasanya gak mbak ? Pengen bikin yang anak-anak bisa makan. Thx mbak
BalasHapusskip saja Mbak, rasa pedas sih selera ya
Hapus