Pada hari Sabtunya ketika sedang sibuk membersihkan rumah saya mendengar suara-suara ramai di jalan. Hasil mengintip di balik jendela terlihat banyak warga mengenakan kaus berwarna oranye sedang menyapu jalanan. Wah ada kerja bakti nih, pikir saya kalut namun sedikit tenang ketika teringat jalan di depan rumah telah disapu bersih sejak pagi. Saya pun melanjutkan pekerjaan dan tak lama kemudian terdengar pagar rumah digedor beberapa kali. Si pengetuk pagar pun berlalu saat panggilannya tak dihiraukan. Saking banyaknya preman yang meminta sumbangan dan pencurian di siang bolong membuat saya tidak pernah membuka gerbang rumah kala ada yang mengetuk, kecuali petugas PLN, Telkom atau Tiki yang hendak mengantar paket.
Sekitar pukul sepuluh pagi saya pun pergi keluar rumah menuju ke pasar, jalanan Pete yang biasanya kotor kini tampak bersih tanpa ada sepotong sampah sedikitpun, dan semua rumah terpasang bendera! Untungnya saya tidak bertemu dengan Pak RT saat berjalan melintas di depan rumahnya, jadi sambil bersenandung riang sayapun melenggang santai ke pasar, hingga tiba di ujung tikungan saya melihat sosok yang sedang saya hindari tersebut sedang berdiri disana mengobrol bersama seorang warga. Berjalan super cepat saya pun memberi salam sekenanya dan berusaha kabur dari situ segera. Tapi niat tidak baik biasanya memang berakhir gagal, saya dan Pak RT ternyata memiliki rencana yang berbeda. "Bu Endang, tadi saya ketuk-ketuk pintu pagarnya tidak ada yang jawab. Kalau memiliki bendera merah putih tolong dipasang ya Bu." Oke deh kakak!
Sialnya semua pedagang bendera masih tutup ketika saya tiba disana, terang saja karena saat itu masih pukul tujuh pagi dan hanya pedagang sayur dan ayam yang ramai menjajakan dagangannya. Seorang Bapak yang menjual pernak-pernik sekolah berkata, "Ntar Neng datang jam 9-an, pedagangnya masih pada tutup." Walau enggan rasanya jika harus berkunjung lagi ke pasar, namun saya pun berjanji akan kembali pukul sembilan. Saat memutar langkah hendak pulang, mata saya melotot kala melihat jejeran bendera merah putih dan aneka aksesori tujuh belasan lainnya berkibar-kibar di seberang jalan. Ya ampun, bagaimana mungkin saya tidak melihat berderet-deret bendera yang terjemur disana?!
"Hah sama tiangnya Mba? Tapi tiangnya ini saya pakai buat menyangga tali jualan bendera," penjelasan si Mas penjual bendera membuat saya was-was. "Saya perlu bendera sama tiangnya Mas, " kata saya ngotot. "Nanti dagangan saya mau dicantelin kemana Mba"? Jawab si penjual tampak bingung sambil menggaruk-garuk rambut gondrongnya. "Ya terserah mau digantung kemana. Kalau oke saya bawa sekarang nih." Akhirnya empat puluh ribu rupiah melayang dari dompet dan tiang sepanjang tiga meter itu pun saya tenteng menuju pulang. Beberapa komentar usil sopir bajaj dan orang-orang yang sedang nongkrong di tepian jalan tidak saya hiraukan, "Hari gini baru pasang bendera Mba"? Atau, "Wah kepanjangan atuh tiangnya Mba." Saya hanya memberikan senyum manis dan terus berjalan tegap bak pejuang 45 sedang membawa bambu runcing untuk berjuang membela negara.
Kala bendera telah terpasang di depan rumah Pete, dan berkibar dengan gagahnya hati saya pun dipenuhi rasa haru, dan bangga. Rasa menyesal pernah berniat enggan mengibarkannya pun perlahan merayap di hati. Apalagi membayangkan perjuangan para pahlawan yang telah rela mengorbankan jiwa raganya demi melihat Sang Saka berkibar membuat saya malu dengan diri sendiri yang saat ini menghirup alam kemerdekaan dengan bebas namun masih memiliki rasa malas mengibarkan bendera walau hanya setahun sekali saja. Walau rasa nasionalisme dan cinta tanah air tidak diukur dari sepotong kain merah putih namun mengibarkannya setiap tanggal 17 Agustus merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para Pahlawan yang telah memastikan Merah Putih bebas berkibar di negeri ini sekaligus memberi arti pada kata merdeka! Walau terlambat saya tetap ingin mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan yang ke -70! ^_^
Kembali ke manisan kolang-kaling yang kali ini saya sharing, ketika bulan puasa Ramadhan beberapa waktu yang lalu, kantor saya mengalami demam kolang-kaling. Hampir setiap hari tampak beberapa teman menenteng buah yang sering disebut dengan nama buah atap ini ke kantor, hasil perburuan di toko buah All Fresh. Saya akui All Fresh memiliki kolang-kaling dengan kualitas yang baik, segar dan tidak berbau. Umumnya teman-teman saya ini akan mengolahnya bersama sirup gula berwarna merah untuk dikudap kala berbuka puasa tiba, teksturnya yang kenyal dan menyegarkan memang tepat sebagai camilan ringan namun cukup mengenyangkan.
Rekan saya, Mba Mirah, sebenarnya telah lama mengkonsumsi kolang-kaling setiap hari secara rutin. Versi beliau tentu saja minus gula sama sekali karena memang murni untuk tujuan kesehatan. Biasanya sejumlah kolang-kaling, kira-kira lima hingga delapan butir buah setelah dicuci bersih kemudian dipanaskan sebentar di microwave. Mba Mirah kemudian akan menyantapnya begitu saja tanpa tambahan lainnya.
Kolang-kaling memiliki kadar air sangat tinggi hingga mencapai 93,8% dalam setiap 100 gram-nya, 0.69 gram protein, 4 gram karbohidrat serta serat makanan sekitar 0.95%. Kandungan karbohidrat di dalam buah ini mampu memberikan rasa kenyang sehingga baik bagi mereka yang sedang menjalankan program diet. Selain itu kandungan seratnya mampu membantu memperlancar proses pencernaan. Manfaat kolang-kaling ternyata bukan hanya sebatas itu, bagi anda yang memiliki masalah sakit pada persendian (arthirtis) maka kandungan karbohidrat bernama galaktomannan di dalam kolang-kaling mampu mengurangi rasa sakit di persendian. Untuk masalah ini disarankan mengkonsumsi kolang-kaling sebanyak 100 - 200 gram perharinya dimana kolang-kaling direbus tanpa gula dan tanpa pewarna. Bagi anda yang alergi akan susu, namun ingin mencegah penyakit osteoporosis maka kolang-kaling mungkin bisa menjadi penggantinya karena kandungan kalsiumnya yang tinggi, dalam setiap 100 gram buah mengandung sekitar 91 milligrams kalsium.
Umumnya masyarakat kita mengkonsumi kolang-kaling setelah merebusnya dengan gula dan pewarna, menjadikan buah ini tampak cantik berwarna-warni selayaknya batu akik yang saat ini tengah booming di tanah air. Nah manisan kolang-kaling merupakan salah satu makanan tradisional masyarakat Betawi dan rasa manisan buatan mereka memang spesial dan mantap. Adik ipar saya, Azy, memiliki Bibi (tante) bernama Bik Non, yang asli orang Betawi dan jago membuat manisan ini. Saat Lebaran kemarin kami mendapatkan setoples manisan kolang-kaling yang berwarna pink lembut, legit, empuk, harum dan sangat sedap membuat saya - yang sebenarnya kurang suka dengan makanan ini - berkali-kali mengudapnya hingga manisan tersebut ludes. Sayangnya saya tidak mendapatkan resep aslinya, namun Bulik Piyah, tante saya di Depok memiliki resep yang cukup tokcer, dan walau hasilnya tidak selaziz manisan kolang-kaling a la Bik Non, namun layak untuk saya share disini.
Hal terutama ketika anda hendak membuat manisan ini adalah memilih buah kolang-kaling yang akan digunakan. Pilih buah yang terlihat bening transparan, firm (cukup keras bukan lembek), berbau fresh selayaknya kolang-kaling dan bukan basi, serta bentuknya masih bulat lonjong utuh. Memilih satu-persatu buah kolang-kaling memang pekerjaan yang menyebalkan tetapi ini perlu dilakukan agar manisan yang kita buat mantap hasilnya. Sekarang ke prosesnya. Nah untuk menghilangkan bau-bauan aneh yang melekat di buah maka kolang-kaling perlu direndam dengan air cucian beras selama semalam, saya meletakkannya didalam wadah plastik dan menyimpannya di chiller kulkas selama 24 jam.
Buah yang telah direndam air cucian beras ini kemudian ditiriskan dan untuk memastikan semua lendir, serta bau yang tidak sedap benar-benar lenyap maka tips Bulik Piyah adalah meremas-remas buah dengan daun bambu yang terasa kesat dan kasar. Jika tidak ada daun bambu maka daun pisang kering (klaras) juga bisa digunakan. Kita bisa menggunakan daun bambu jenis apa saja, tetapi daun berukuran besar seperti daun bambu kuning, atau bambu apus memang membuat pekerjaan lebih mudah kala harus memisahkan si daun dengan kolang-kalingnya. Remas-remas buah dengan daun bambu hingga permukaan kolang-kaling terasa kesat, bebas lendir baru kemudian kolang-kaling siap digunakan dalam manisan.
Ada banyak cara untuk memaniskan buah kolang-kaling, seperti merebusnya dengan air gula pasir, pewarna dan essens. Atau merebusnya dengan minuman soda Fanta, berwarna merah atau hijau. Atau merebusnya dengan sirup merah seperti yang saya hadirkan kali ini. Terus terang saya sendiri sangat penasaran dengan formula manisan Bik Non, karena kolang-kaling buatan beliau berwarna pink soft yang cantik dan bukan merah menyala seperti yang saya buat kali ini. Buah perlu direbus hingga lunak, dan sirup gula berubah menjadi mengental. Nah pada tahap ini sebenarnya manisan sudah siap disantap tetapi rasanya akan menjadi jauh lebih mantap jika diinapkan terlebih dahulu selama beberapa hari di chiller hingga gula terserap dengan sukses. Manisan ini sedap dimakan begitu saja atau sebagai campuran es buah. Segar dan sedap!
Berikut proses dan resepnya ya.
Tertarik dengan resep manisan lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Manisan Kulit Jeruk
Manisan Mangga Muda dengan Kiamboy Merah
Manisan Belimbing Wuluh
Siapkan kolang-kaling, pilih buah yang terlihat bening transparan, firm (cukup keras bukan lembek), berbau fresh selayaknya kolang-kaling dan bukan basi, serta bentuknya masih bulat lonjong utuh.
Letakkan buah di wadah/mangkuk, masukkan air cucian beras dan rendam hingga buah tenggelam dan benar-benar terendam dalam air cucian beras. Tutup wadah dan simpan kolang-kaling selama 24 jam di dalam chiller kulkas.
Keesokan harinya, tiriskan buah. Cuci bersih, masukkan daun bambu dan remas-remas buah bersama daun bambu selama 5 - 10 menit hingga permukaannya terasa kesat dan tidak berlendir. Buang daun bambu.
Cuci bersih kolang-kaling dan tiriskan. Sisihkan.
Siapkan panci, masukkan gula pasir, daun jeruk purut (saya lupa memasukkannya pada step ini jadi daun jeruk masuk terlambat ^_^) dan air. Rebus hingga mendidih. Tuangkan kolang-kaling, aduk rata dan masak hingga buah empuk dan kuah mengental.
Tuangkan sirup, dan beberapa tetes essens frambosen, aduk rata dan masak hingga kental dan buah menyerap sirup. Angkat, cicipi apakah kolang-kaling telah cukup empuknya, jika kurang empuk tambahkan air sedikit dan lanjutkan merebus hingga empuk dan kuah kental.
Angkat, biarkan dingin. Masukkan manisan ke dalam wadah yang memiliki tutup. Simpan di chiller. Manisan kolang-kaling akan memberikan rasa terbaik setelah berusia lebih dari 2 atau 3 hari. Manisan ini tahan di chiller hingga 2 minggu lamanya. Super yummy!
Sources:
Wikipedia Indonesia - Kolang-Kaling
The Vegetarian - Benefits of Arenga pinnata for your Health
Aaaaah ngileeeerrrrr..... kalau ngga dicuci sama daun bambu gimana mba? nyarinya Peer nih hihihi udah gitu kl daun jeruk diganti sama daun pandan ngga apa2 kali ya :D
BalasHapusskip saja daun bambunya Mba kalau susah ya, daun jeruk bisa diganti dengan daun pandan, saya skip daun pandan karena nggak ada hhahahha
Hapushhhhh, kayaknya endooos bgt mbk,,, segeerrr ngeliatnya, , jadi pingin nyoba, misal syrupnya sya ganti ma gula jawa enak ga ya mbk kira2???
BalasHapushai Mba Apri, kayanya kalau pakai gula jawa kurang oke ya mba, gula jawa punya rasa khas jadinya nanti manisannya jadi aneh dan warnanya juga gelap kecoklatan, teman kantor saya pernah buat pakai gula jawa rasanya gak keruan heheehhe
HapusKl ibu sy bkin kolang kalingx dikukus coz kl direbus suka keras truz bhnx cm pk sirup marjan cocopandan, mgkn krn ky minum sirup pk kolang kaling mkx ponakan2 pd doyan ;)
BalasHapushai mba, thanks sharingnya yaa, wah saya belum tahu kalau dikukus, next time saya pengen coba aaah hehhehe
HapusHai mba Endang, kolang kaling ini salah satu makanan favorit saya, tiap lebaran ibu saya selalu bikin sampe 10kg. maklum anaknya banyak hehee tiap anak bungkus 1 kilo.. resep ibu saya sama seperti yg mba buat, tapi ditambah daun pandan. jadi makin harum.. duuh jg kepengen.
BalasHapuswaaaah, ini sama kaya Bik Non yang saya ceritakan diatas, setiap tahun bikin banyaak banget karena saudara2nya banyak, setiap yang datang dapat 1 stoples wakakak
HapusWaaaaaah jd kepengen bikin lagiiiiiiii, aq bikin kolang kaling pas lebaran ajah haha, proses bikin nya hampir sama dgn mba endang, tpi rendamnya pke air kapur sirih, hasilnya jd ga berlendir dan ga bau.
BalasHapusHalo Mba Zhee, kemarin kepikiran mau pakai air kapur sirih cuman takut tambah keras hehehe. Thanks tipsnya mba
HapusMbk..sexi banget kolang kaling nya...cantik lg perantinya tanpa ada kesan snob.Sukaa bingits kolang kaling sjk msh kecil samp sdh jd Eyang begini..Tp yg fresh ga ada Mbk di tmpt tinggalku..hikshiks..disyukuri aja deh ..msh ada yg kalengan atau dl botol kaca...tp muaniis nya tobat tobat...Insya Allah nnt klo pulkamp bs praktekin resepnya.Trims Mbk ....(Slm dr Omi van Obien,NL).
BalasHapusThanks ya Bu Omi sharingnya. Ahhhh, akhirnya ada juga buah yang disana gak ada dan cuman ada di Indo ya, hahaha. Soalnya saya ngiler baca cerita tentang apel, pear dan cherrynya hehehhe. Moga2 nanti saat pulkam manisan kolang-kaling bs diwujudkan ya Bu. Sukses selalu!
Hapushehehee iya mbk endang, , akhirnya kemarin saya nyoba pakai syrup pambosss , , hasiilnya enaak binggoo, , kolang kalingnya keset set set, , , resepnya mbk endang top markotop pokoknya, , ehehehehehe, , ,
BalasHapusHai Mba Apri, wah saya kemarin bikin lagi, gak kira2 langsung 3 kilo wakakka. Saya pakai sirup prambos merk sarangsari, tapi kok kurang nendang ya wangi prambosennya. Ntar malam mau sya tambah coco pandan wakaaka.
Hapusthanks sharingnya yaaa
Wiiiiih... Ternyata ada resep ini di JTT, request pak suami buat lebaran selain nastar. Trims Mba Endang..
BalasHapusSilahkan dicoba Mb Emilia, moga suka yaa
HapusMba endang mau tanya nih kalondi rendam di air cucian beras aapa gak bau ya? Mkasih....
BalasHapusnggak ya, justru menghilangkan bau kolang kaling
HapusMba Endang, buatannku kolang kalingnya malah bukan jadi manisan mba tapi kenapa malah jadi kayak permen :'( lempengan kolang kaling jadi menciut gitu jd pipih. Huaaa, apa ada yg salah ya? Mba tolong dibantu :'( :*(
BalasHapusDhea-Karawang
terlalu lama di rebus dalam larutan gula mungkin mba dhea
HapusHai mbak Endang, makasih resepnya. Aku sudah berkali-kali mempraktekkan resep manisan kolang-kaling ini. Untuk menghasilkan warna soft pink aku pakai sirup merk Tjampolay rasa pisang susu. Rasanya juga enak, nggak bikin sakit tenggorokan utk yg sensitif dgn sirup2 lain
BalasHapusthanks mba Ika sharingnya ya, senang resepnya disuka, sukses yaa
HapusKalau kami di Medan biasanya menggunakan sirup kurnia, mbak. Sirupnya sudah sangat manis jadi tak perlu ditambah gula. Warnanya pun tidak terlalu merah.
BalasHapushai mba, thanks sharingnya ya, sayang sekali disini tdk ada jenis sirup itu. Yep harusnya memang tdk terlalu merah ya.
HapusNyontek resep mbak endang ach, klo resep mertua pake gula merah n gulpas, pake kayumanis... Jd wrnnya coklat gitu, beliau ga dimasak buahnya... Jd air, gula, daun jeruk n kayumanis dimasak sampai mengental trus dimatiin apinya masukin kolang kaling, biarkan semalaman... Klo di rebus menurut beliau jd keras... Mau nyoba yg wrn warni soalnya... Mksh mb endang....
BalasHapusThanks Mba Elza sharingnya ya, moga suka resepnya, sukses yaa
HapusMbak Endang, bagaimana mengolah kembali manisan kolang Kaling yg gagal. Pulang dari rumah mertua aku dikasih setoples yg menurutku gagal, rasanya asem dan berlendir.kata mertua diolah lagi aja. Aku suka manisan ini. Bantu ya mbak.🙏
BalasHapushalo mba, kalau ibu saya sih biasanya dicuci ulang pakai garam, digosok2, rebus lagi dan buang airnya. katanya sih ilang asamnya, kebetulan kemarin lebaran dapat manisan yang gagal juga hehehe
HapusSip.. sdh diolah ulang dan ikut resep MB endang iakai sun jeruk dan pandan. Seger hasilnya. Anakku wedok ikutan suka.
HapusMB endang pernah bikin lumpia Vietnam yg pakai paper rice blm. Nunggu resepnya nih..
belum pernah pakai paper rice mba Indah.
Hapus