Teman-teman kantor, keluarga dan berita di internet membicarakannya hampir setiap hari, namun saya sendiri belum pernah menggunakan transportasi ini. Padahal Go-Jek selayaknya ojek umumnya memang mantap untuk menembus kemacetan jalanan di Jakarta, plus dengan banyaknya promo yang disebar membuat biayanya menjadi sangat murah dibandingkan dengan ojek umum yang tidak bernaung di perusahaan sejenis seperti ini. Contohnya saja untuk promo bulan ini, Go-Jek dan Grabbike (pesaing Go-Jek) memberikan harga pukul rata jarak jauh-dekat dibawah radius 25 km hanya sepuluh ribu rupiah. Jika saya naik angkutan umum dari kantor ke rumah, yang harus berganti kendaraan sebanyak tiga kali maka saya harus merogoh kocek sebesar dua belas ribu rupiah. Dengan Go-Jek atau Grabbike, saya bisa tiba lebih cepat dan masih bisa saving dua ribu rupiah. Hmm, otak kikir saya mulai melakukan kalkulasi dan akhirnya saya memutuskan untuk mencobanya. ^_^
Karena saya 'gaptek' dengan aplikasi ini, saya pun lantas mengambil kursus kilat menggunakannya. Gurunya adalah teman kantor saya, Yuni, yang merupakan pengguna Go-Jek atau Grabbike sejati, upahnya adalah bonus referensi dari Go-Jek sebesar lima puluh ribu rupiah yang jika saya menggunakan Go-Jek, maka bonus tersebut akan masuk ke kantung kredit aplikasi Go-Jek milik Yuni secara otomatis. Trial pertama saya adalah dari kantor menuju ke Plaza Semanggi, dan karena saya baru menggunakannya pertama kali maka Go-Jek memberikan saya deposit cuma-cuma sebesar lima puluh ribu rupiah. Itu artinya saya bisa gratis menggunakan Go-Jek sebanyak 5 kali. Yuhuy!
Driver saya adalah Bapak Mukhlis, dan kami pun melakukan janji bertemu di seberang mall Ambassador. "Saya pakai baju hitam, berambut panjang dan menenteng tas kresek besar warna merah", ciri-ciri ini saya berikan ke pak supir ketika beliau menelpon dan saya mendapatkan balasan berupa, "Saya menggunakan jaket warna biru tua dan berkumis." Dan mulailah penantian saya menunggu kedatangan supir Go-Jek, mirip seakan sedang melakukan kencan buta, dimulai. Setiap kali Go-Jek yang lain lewat dan melirik, saya pun sibuk menebak-nebak sendiri, apakah ini Pak Mukhlis atau bukan sekaligus celingukan untuk mencari kumisnya. Akhirnya misi berlangsung sukses, walau saya sedikit kecewa karena driver yang ini tidak memberikan saya masker dan shower cap untuk menutup kepala, namun hati sedikit terobati karena gratis.
Pengalaman sukses pertama membuat saya pun menjadi bersemangat untuk menggunakan sarana ini berikutnya. Jadi ketika usai bertemu dengan teman saya, Sintya, dari sebuah bazar di gedung Sampoerna Strategic, saya pun membuka aplikasi Go-Jek kembali dan memesannya. Kali ini driver saya bernama Bapak Warsito. "Driver anda akan tiba 5 menit lagi," tulis aplikasi Go-Jek yang membuat Sintya langsung berkata, "Yuk kita tunggu di luar Mba, di dekat pintu masuk. Biasanya suka banyak Go-Jek nungguin disana." Kata-kata Sintya disusul dengan SMS yang masuk dari Pak Warsito, "Bu, saya nanti tunggu di pintu masuk dekat security. Motor saya, Honda Beat warna merah." Okeh deh kakak.
Berjalanlah kami ke pintu masuk gerbang, tempat dimana petugas security berada. Saat itulah saya baru menyadari betapa banyaknya supir Go-Jek sedang nongkrong disana dan sepertinya mereka semua sedang menunggu order yang datang dari gedung. Waduh, bagaimana saya bisa mengenali Mister Warsito kalau seperti ini? Mana pengetahuan saya tentang merk motor sangat minim sekali, dan saat ini banyak juga yang menggunakan motor berwarna merah.
Menunggu selama lima menit, sebuah motor tiba-tiba berhenti tepat di depan saya dan Sintya. Driver-nya tersenyum kearah kami sambil melambai-lambaikan tangannya. Saya yang sudah tidak sabar menunggu, langsung berjalan mendekat dan berkata, "Pak Warsito Go-Jek kan"? Si driver melongo dan saya baru tersadar ketika seorang perempuan muda berjalan mendekat dari arah belakang saya. "Saya bukan ojek Mba, saya sedang menjemput pacar saya," jawab si Mas pengendara motor sambil menampilkan senyum selebar nampan kearah pacarnya yang sudah tiba disisinya. Saya berani bertaruh si Mas-Mas ini sedang menahan tawa yang ingin dilontarkannya kuat-kuat. Sambil menahan malu dan dengan muka terasa panas, saya pun kembali ke sisi Sintya. Teman saya ini pun ngakak sekencang-kencangnya. "Kan dia gak pakai helm dan jaket Go-Jek Mbak," penjelasan Sintya membuat saya menepuk jidat sendiri. Ah! Kenapa saya tidak memperhatikannya ya tadi?
Menunggu tidak terlalu lama sebuah motor (kali ini pengendaranya menggunakan helm dan jaket Go-Jek) mendekat. Si supir tersenyum dan menyapa, saya pun mendekat dan bertanya, "Pak Warsito ya"? Si supir tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Shower cap dan masker lantas diberikan dan helm pun terpasang di kepala saya. Setelah bersalaman dengan Sintya dan mengucapkan goodbye, saya pun duduk nyaman di atas motor. Saat itu lah bencana berikutnya terjadi, "Hm, Ibu menuju ke pasar Palmerah kan"? Hah, pasar Palmerah? "Bukan Pak, saya mau ke pasar Blok A"! Pak supir terlihat kaget, "Lho bukannya pasar Palmerah ya? Dengan Ibu Suci bukan"? Beh, kenapa tadi 'ngaku-ngaku' bernama Warsito! Turunlah saya dengan gondok dan melepaskan segala pernak-pernik yang sudah terpasang. Petugas security yang berdiri di belakang saya terdengar mengikik membuat saya ingin menjerit. Ternyata menemukan supir Go-Jek yang tepat diantara serombongan supir-supir Go-Jek lainnya, bukanlah pekerjaan enteng. Tobat!
Saya pun lantas menelpon Pak Warsito sambil dengan mata melotot memperhatikan kerumunan supir Go-Jek lainnya, berharap ada diantara mereka yang sedang mengangkat telepon juga, "Saya sudah didepan security Bu Endang," jawaban itu tidak memuaskan karena saya pun berdiri di depan security. Didepan security yang mana? Akhirnya saya berjalan berkeliling di antara supir-supir Go-Jek, "Pak Warsito? Bapak, Pak Warsito"? Seakan gila, satu persatu saya menanyai nama mereka, hingga akhirnya seorang supir Go-Jek berbaik hati membantu. "Woi, yang namanya Pak Warsito mana ya"?! Busyet suaranya yang stereo membuat semua wajah menoleh ke saya. Namun cara itu terbilang ampuh karena tiba-tiba Pak Warsito muncul dari balik motor supir-supir lainnya, "Bu Endang? Saya dari tadi berdiri di pos security Bu." Lho kenapa saya tidak melihatnya? Padahal dari tadi saya berkeliaran di area tersebut.
Setelah pengalaman terakhir menggunakan Go-Jek ini saya pun sedikit berpikir untuk menggunakannya kembali. Kesimpulan saya, Go-Jek memang transportasi yang cepat, murah dan mudah untuk dipesan, namun yang menjadi masalah adalah betapa susahnya bertemu dengan si supir ketika telah membuat janji. Apalagi jika kita berada di lokasi dimana terdapat banyak Go-Jek lainnya yang sedang mangkal dengan jaket hijau dan helm yang sama. Mungkin seharusnya supir Go-Jek ini dibekali dengan papan nama yang bisa ditunjukkan ketika hendak bertemu. Misalnya seperti saat kita hendak menjemput seseorang yang asing di bandara. Atau inovasi lainnya yang memudahkan kita menemukan driver yang dipesan. Dengan cara itu maka menemukan supir Go-Jek pesanan akan menjadi lebih mudah. Hm, semoga bisa diwujudkan.
Okeh kita lupakan mengenai Go-Jek, kembali ke resep calamari yang kali ini saya bagikan. Calamari merupakan makanan yang populer di berbagai belahan dunia. Di banyak bahasa di sekitar laut Mediterania, cumi-cumi seringkali mengacu pada istilah dalam bahasa Italia 'calamari' (bentuk tunggalnya adalah 'calamaro') dari kata dalam bahasa Yunani 'calamos' yang artinya botol tinta. Di dalam bahasa Inggris, calamari menjadi nama hidangan dari Mediterania yang melibatkan cumi-cumi, terutama cumi-cumi goreng (calamari goreng). Nah calamari sebagaimana jenis gorengan lainnya merupakan makanan yang sangat simple dan mudah dibuat, tapi sering dibandrol dengan harga yang mahal di restoran dan seakan menjadi makanan yang ekslusif. Mungkin karena cumi-cumi sebagai bahan utamanya tidak bisa dibilang murah harganya. Tapi sebenarnya dengan tiga ekor cumi-cumi, kita sudah mampu menghasilkan sendiri sepiring besar calamari yang sedap dengan harga yang terjangkau dan seluruh anggota keluarga bisa berpesta menyantapnya.
Untuk membuat calamari, pertama-tama adalah memilih jenis cumi-cumi yang digunakan. Gunakan cumi-cumi ukuran yang besar, biasanya supermarket menyebutnya dengan nama cumi-cumi Bangka. Cumi-cumi ini umumnya keras, alot ketika dimasak terlalu lama, namun dalam balutan tepung nan crispy dan dimasak tidak terlalu lama akan membuat daging cumi-cumi tetap lembut. Untuk menghilangkan bau amis dan bau-bauan tak sedap lainnya di cumi-cumi maka meremasnya dengan air asam jawa adalah cara terampuh dibandingkan menggunakan bahan lain seperti jeruk lemon, jeruk nipis atau cuka. Remas cumi-cumi bersama asam jawa dan garam hingga lendirnya keluar dan cuci hingga bersih. Cumi-cumi pun siap untuk diolah.
Balutan tepungnya yang crispy merupakan campuran dari berbagai jenis tepung seperti tepung terigu, tepung beras, tepung maizena dan tapioka/sagu, plus baking powder untuk membuatnya lebih renyah. Bumbu calamari sangat sederhana, umumnya hanya garam dan merica. Namun dengan sedikit kecap ikan, bawang putih, cabai bubuk akan membuat rasanya menjadi lebih mantap. Calamari goreng ini sedap disantap bersama cocolan saus mayonnaise, saus sambal atau saus tartar yang terbuat dari campuran mayonnaise dengan beberapa bahan lainnya.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Tertarik dengan resep sejenis lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Tempura
Bakwan Sayur dengan Saus Asam Pedas Manis
Bu Jan, Bakwan Talas Ikan khas Bangka
Untuk 3 porsi
Bahan & bumbu:
*) tambahkan porsi garam di resep jika anda tidak menggunkan kecap ikan/fish sauce
Campuran tepung, aduk menjadi satu:
Pelengkap:
Cara membuat:
Siapkan cumi-cumi, gunakan cumi-cumi bangka yang berukuran besar. Biasanya 1 kg cumi-cumi ini berisi 5 - 6 ekor. Tarik organ dalamnya, buang tinta dan insang plastiknya. Kupas kulit cumi-cumi, kemudian cuci hingga bersih. Potong melintang setebal 1 cm.
Pencet mulut cumi-cumi yang terdapat diujung kepala dengan cara memencet sisi kepala cumi-cumi dengan dua jari tangan hingga mulut tersebut muncul keluar. Tarik dan buang. Belah kepala cumi-cumi menjadi dua bagian. Remas-remas potongan cumi-cumi dengan air asam jawa dan garam hingga mengeluarkan lendir. Cuci bersih dan tiriskan.
Tips note: asam jawa sangat ampuh menghilangkan amis dan bau tidak sedap pada cumi-cumi dibandingkan air jeruk nipis, cuka atau bahan lainnya.
Tiriskan cumi-cumi hingga benar-benar tiris air cuciannya. Keringkan cumi-cumi dengan cara menepuk-nepuknya dengan tissue dapur. Masukkan cumi-cumi ke dalam mangkuk, beri telur kocok, bawang putih, lada hitam, kecap ikan, cabai bubuk dan garam. Aduk hingga rata.
Goreng satu potong cumi-cumi untuk mencicipi rasanya, seusaikan garam jika kurang asin.
Source:
Wikipedia - Squid as food
Mba resepnya mantep deh. Kapan2 aku coba di rumah ah...
BalasHapusBtw pakak gojek lbh praktis mba. Aplg klo lapar bs pesan makanan pakai gojek jg hahaha
Btw thx resepnya (^~^)
Hlo Mb Raisa, thanks sharingnya yaa, Yep gojek memang praktis apalagi masih ada promo 10 rb yaa hehhehe,
HapusMba Endang kantornya dimana? Saya di Sampoerna Strategic. Kalau tau ada mba Endang main ke bazaar, pasti saya samperin. hihihi...
BalasHapusHalo Mba, kantor saya di OCBC NISP tower yaa. Kemarin tahu2 teman saya ngajak kesana, sering banget bazar di Sampoerna Strategic yaa. balik2 belinya ya makanan lagi, makanan lagi wakkakak
HapusWkwkwkwk... mba endang aku bacanya sampai perut aku sakit krn ketawa. Hehehe... bener kt mba endang mungkin hrs di kasih papan nama biar ngga susah carinya. Mba endang selain jago masak cocok jd penulis mba. Yg mba endang tulis selalu menarik utk di baca dan resepnya jg ok punya. 😊
BalasHapusHai Mba Silvia, thanks yaa. Senang bisa menghibur heehhe. Yep, gojek perlu inovasi yang lebih oke tuh, susah bener carinya kalau dah keroyokan mangkalnya hehheheh
HapusWuih kebetulan banget nih belum lama ini beli kecap ikan, tp bingung mau masak apa..
BalasHapusTapi gak doyan sm kepala cumi mba :(
Calamary sih doyan.. cm aq trauma sm kepala hewan apapun itu yg dah mati.. hehe..
Makan ikan aja gak mau ada kepalanya, apalagi ayam, gak mau ada kepalanya wkwkkwkw
Oia dlu kyknya pernah makan deh calamary tp isinya bukan cumi aja, tp campur bawang bombay biar kliatan banyak calamarynya.. Pinteran ya yg jual..
Jd pngen bikin ^^
Bella
Halo Mb Bella, nah saya suka sama semua jenis kepala (hewan yang bs dimakan yaaa) wakakak. Kalau makan ikan, kepalanya dicari, nah kepala cumi2 jugaaa, tentakelnya enak hehehe. Hadoooh, kalau vegetarian baca ini pasti udah ngeri banget mereka hehheh.
Hapusmonggo dicoba yaa, moga suka ^_^
Dulu aq doyan mba sm kepalanya, cuma pas ada insiden jd trauma.. jd pas msh skolah dlu pernah miara ayam dr msh kecil warna warni sampe gede bgt kyk ayam broiler, trus pas lebaran ayam2ku dipotong sm mama dijadiin opor.. sempet liat pas lg disiangin bulunya, dan yg kliatan itu kepalanya.. jd pas yg lain dgn lahapnya makan opor ayam, aq cm bs mkn opor telor sambil nangis meratapi nasib ayam kesayangan yg lg dimakan.. hiks..
HapusYah semenjak insiden itu jd gak pernah mkn ayam pas lebaran slama bbrp tahun, gak brani kluar rumah slama idul adha, trus gak brani liat kepala hewan yg dah mati smpe skrg.. hehe.. efeknya super lama ya..
Bella
waah trauma berat itu mba Bella, sampai sekarang masih terasa yaa. Saya sejak ayam piaraan diseret banjir selokan ketika SD gak pernah piara hewan lagi, karena sakitnya tuh disini hihihihi
HapusAlhamdulillah.. Mbk Endang sy ber kali2 msk calamary berkemul dg mcm2 adonan baik instant maupun kreativitas sendiri,selalu jd lembab alias tdk crispy lagi stlh dingin.Smg yg ini ttp kriuk yaa.Terimakasih resepnya yg biasanya anti gagal.Btw iya betul Mbk tulis roman dan sejenisnya,insya Allah laris manis.Sy bc intronya di atas senyum simpul sndr.Mbak End complainlah ke kntrnya Go-Jek,mungk bs usul stiap motor/helm drivernya di beri nr..spt taxi Blue Bird dll.?( angka lbh mudah diingatkan kan?)..atau ide lain yg lbh brilian.Unt menolong pengguna jasa yg lain jg?.Walau tdk menulis komentar,tetap berkarya ya Mbk.. Nengok blognya sdh menjd nomer wajib :D.( Salam dr Omi van Obien).
BalasHapusHalo Ibu Omi, sayangnya calamari yang ini juga harus disantap kala masih panas ya, kalau sudah mendingin tidak akan renyah lagi. Ada tips lainnya yng katanya bs membuat gorengan bertahan renyahnya yaitu dengan meggoreng dua kali. Pertama digoreng setengah matang, kemudian dibiarkan dingin dan digoreng sekali lagi hingga kering dan matang.
Hapusthanks untuk sarannya ya Bu Omi, memang gojek sepertinya perlu inovasi, sedangkan Grabbike sepertinya lebih maju selangkah karena selalu menyertakan plat nomor di setiap pesanan kita.
Terima kasih sudah sudi menengok JTT setiap hari ya Bu Omi, saya jadi terharu membacanya, ^_^. Sukses dan sehat selalu yaaaa
Lets try
BalasHapusSukaaaa cumiiii
sipp, moga sukses yaaa
HapusHi Mba Endang,
BalasHapusSelalu suka baca prolognya.. Disamping resep yg tak pernah kalah menarik tentunya :)
Kalo order gojek, telp aja mba drivernya kalo uda sampe di lokasi janjian.. Lebih mudah mendeteksi driver kita lho, hehehe..
Halo Mba, thanks sharingnya ya, yep saya sudah melakukan sarannya hahhaha, ketika buanyak supir gojek berkumpul memang agak susah menemukan gojek kita, tetapi kalau cuman satu atau dua gojek biasanya mulus2 saja janjiannya hehhehe.
HapusMbak Endang, aku pernah bikin jg, tp kok cumi dan adonan tepung pas digoreng terpisah, tidak menyatu.... kenapa ya mbak?
BalasHapusHai Mba Elnina, karena itu diresep ini cuminya saya rendam dengan telur mba, dengan harapan cumi dn adonan bs nempel dengan baik, Jangan balik2 cumi ketika digoreng, pastikan satu sisi matang baru diblik ya.
HapusWaah....mantep bngt resepnya. Aku suka bnget sma cumi mbak, tp adekku ga bgtu suka. Mungkin klo aku cb masak sesuai dg resepnya mba endang, adekku mau mencobanya.
BalasHapusOia mbak, bs bikin whipped cream sendiri ga mbak?
Hai Mba Septi, thanks ya, moga resepnya disuka ya
Hapuswhipped cream sepertinya gak bs dibuat homemade ya, karena kandungan lemaknya sangat tinggi. Klau hanya cooking cream untuk masak biasa atau puding bs dibuat dengan mencamurkan susu cair dengan mentega leleh. Tapi ini cooking cream ya bukan whipped cream dan gak bs dikocok kaku
Mksh mbak....informasinya.
HapusMbak, mau mnt saran. Minuman apa yg gmpang dibikin, unik dan bisa dijual dg harga yg pas dikantong. Hehe...png bkin usaha ne mbak..
hai mba septi, wah sayang sekali pengetahuan saya dibidang ini snagat terbats mba, kayanya mba harus guugling yaa hehhe
HapusSalah fokus deh dg postingan kali ini. Yg ada ngakak2 sendiri. Geli membayangkan Mb Endang. Dibikin meme apik tuh mb, hehehe...
BalasHapusSalam,
Dian-Solo
Hai Mba Dian, thanks sudah ngakak diatas penderitaan orang lain wakkakak. Iya, gara2 itu sampai rada ragu mau pesen gojek lagi, tapi weekend lalu saya pesan gojek dan lancar jaya hehhehe
HapusSukses dan sehat selalu ya! Hugs!
Makasih buat resepnya mbk... Jd alternatif lauk buat hr ini, coz anak2 n bapaknya penggemar berat seafood...
BalasHapusRia-solo
Thanks mba Ria, moga berhasil dicoba dan disuka yaa. ^_^
HapusMbak Endang, di aplikasi Gojek biasanya ada foto diri drivernya, selain nama dan nomor telponnya. Mungkin kemarin pas belum ada fotonya ya, jadinya susah ketemuannya. :-D
BalasHapusHalo Mb Chika, kemarin ada fotonya, cuman karena sudah malam dan berhelm semua jadi semua muka terlihat sama, plus dah senewen jadi lupa sama wajah di foto wakkakakak
HapusMba Endang, kalau pakai Grabbike dikasih info no polisi drivernya, jadi lumayan ngebantu buat "nemuin" drivernya. Kalau Gojek, biasaya aku telp-in drivernya aja tanya posisi sudah dimana.
BalasHapusHai Mba Yulia, yep sepertinya aplikasi Grabbike lebih lengkap dan memudahkan ya, at least bs mencocokkan nomor polis,. Thanks sharinngnya yaaa
HapusWuahahaha....... ampun deh mba Endang..postingan kali ini kocak habis..!! Aku seakan bayangin diri sendiri seandainya pakai Gojek, karena diriku juga gaptek...hihi. Ini yang aku suka dari blognya mba Endang..selain dapat resep yang maknyuss juga selalu dapat bonus "cerpen" yang menarik, bermanfaat dan terkadang bikin ngakak... ^_^
BalasHapusHalo Mba Ertianna, thanks sharingnya ya dan senang bs menghibur hehhehe. Hidup ini ternyata penuh dengan cerita kocak ya ketika diceritkan kembali, walau pada saat mengalaminya rasanya mau cabut2in rambut wkakakak
Hapusnapa ga minta plat nomer nya mbak endang
BalasHapus:v kan klu cuma nama ma ciri " bisa mirip
iyaaam lupa mba debi, next time saya minta hahhaha. Thanks yaa
HapusHahaha...ngakak baca prolognya
BalasHapusThanks yaa, senang bs menghibur hehhehe
HapusMba Endang, masakan nya sungguh menggiurkan deh, menarikkk minat selera. Tapi cerita gojek nya gak kalah menarik! Menariik bibir ke samping (baca:ketawa) dan sulit utk kembali. Abis ga brenti2 nih ketawa akibat membaca cerita nya. Hihiiii... mba Endang pandai bercerita ya
BalasHapusThanks ya Mba Novalind, senang sekali resep dan cerita JTT disuka hehhehe,, Sukses dan sehat selalu yaaa
HapusMba Endang,
BalasHapusSaya ngakak abis baca cerita gojek. Untungnya bos lagi ga ada dan lagi sendirian diruangan kntor. Karena saya juga pengguna ojeg pergi pulang biar hemat dan cepat.
Tp saya pernah ngalamin jg pas lagi keluar gedung intiland (karet) menjelang magrib banyak gojek nangkring, sempet bingung tp untungnya bnyak juga yang kluar dari gedung jd nunggu aja gojek sisaan. Trus ngeliat terakhir yang blom dinaikin penumpangnya dan tnya nama pak driver gojeknya.
btw maaf agak oot, pernah juga gojek jemput dirumah pagi", tetanggaku dah tau aku slalu naek gojek, jadi tiap pagi klo ada gojek masuk diarahin ke rumahku, pdhal itu pesenan tetangga disebelah.
Resep calamarinya bisa diganti juga ga dengan udang?
Thanks & Regards,
Inge (* J *)
Halo Mba Inge, thanks sharingnya yaa, senang bs menghibur hehehhe. Saya skrg udah mulai mahir pakai gojek, saya kasih deskripsi panjang lebar mengenai diri sendiri di aplikasi supaya gojeknya gampang mengenali, dah kaya nulis CV mba, wakakkakak.
Hapuscumi2 bs diganti udang ya, tapi udang enaknya dibikin ebi furai yaa resep dituggu yaaa. heheh
Mbak.. Klo maizena di skip, bisa gak? Trus penggantinya apa biar tetap renyah? :)
BalasHapusskip saja mba, ganti dengan tepung terigu 1 sdm dan tapioka 1 sdm
HapusHai mba, baru eksekusi resep yg ini... rasanya maknyus. Selama ini ga pernah bener klo masak kalamari, nuhun ya mba :)
BalasHapusthanks mb Ika sharingnya, senang resepnya sukses dicoba. GBU!
HapusMbak, apa resep calamari ini bisa untuk frozen food?
BalasHapusUmmu ghazi
halo Ummu Ghazi, sebenarnya bs cumi goreng di freezer tapi ketika akan disantap sebaiknya digoreng lagi, tapi kalau mau versi menth di freezer sebaiknya cumi2 dibalut tepung panir seperti resep ebi furai mba.
HapusDear Mba Endang,
BalasHapusSenangnya nemu blog ini dan nemu resep ini, oh ya mba, aq dulu kantor pusatnya ada disebelah OCBC NISP, dan klo sore ada tukang Somay yang laris yang mangkal di depan OCBC NISP, pasti mba endang paham...
mba saya mau tanya, kenapa calamary saya alot ya mba, apa saya kelamaan masaknya? atau ada tehnik memasak calamary biar ga alot. makasih
Hi Mb Siwi, yep siomay depan kantor adalah langganan saya hehehe, siomaynya enak dan murah meriah.
Hapusuntuk membuat cumi2 tidak alot:
1. kadang2 jenis cumi2nya memang alot, cumi2 bangka yang besar lebih alot dibandingkan yang ukurannya kecil. Jadi jangan beli cumi2 yang besar, makin kecil makin empuk.
2. katanya merendam cumi2 di susu cair selama beberapa jam di kulkas bs sedikit mengempukkannya, saya belum pernah coba.
3. maksimal ring setebal 1 cm, makin tebal makin lama dimask dan makin alot.
Mba, klo misalnya untuk di bekukan bagaimana, apakah sehabis di tepungin langsung masuk freezer ? Maksudnya biar bisa untuk persediaan dan di goreng sewaktu2x gitu, terima kasih sebelumnya
BalasHapusyep, habis ditepung ditata di tupperware, jangan bertumpukan, kalau mau tumpuk kudu dikasih lapisan kertas baking antar lapisan
HapusHai mbak. Aku abis baca resepnya dan tertarik untuk mencoba. Mau nanya, apabila dibekukan apakah adonan tepungnya meresap ke telur dan rasanya berubah atau tetap sama ya? Terima kasih sebelumya.
BalasHapusmenurut saya untuk resep diatas kurang oke dibekukan. kudu dibuat saat itu juga dalam kondisi fresh.
Hapus