Hai Mba Endang apa kabar? Maaf Mba saya baru bales karena banyak acara yang saya lalui meskipun saya sendiri tidak terjun langsung ke acara tersebut, namun terharu bahagia saya rasakan di sela2 menanti resep papeda dari Ibu saya :). Sejak liat komenku di bales Mba Endang, di saat itu juga saya langsung Whatsapp Ibuku untuk minta resep papeda. "Buk minta resep papeda donk". "Ibu lagi dinas di Tretes 2 hari, ntar ya kalo udah di rumah aja, tak liat nya catetan biar manteb".
Sepenggal paragraf diatas saya ambil dari email kiriman Mba Anti, salah seorang pembaca JTT yang beberapa waktu lalu menawarkan resep papeda khas keluarganya. Resep ini telah lama menjadi koleksi Ibunda tercinta dan selalu mencetak hits ketika dihadirkan di keluarga. Sudah lama saya memang ingin membuat papeda, tetapi ragu karena belum pernah mencicipi masakan ini secara langsung, dan belum menemukan sebuah resep handal di tangan. Jadi ketika tawaran Mba Anti datang, bagaikan pengembara di padang pasir yang tiba-tiba melihat oase di tengah haus yang menggigit, saya pun langsung mengiyakan tawaran resep gratis tersebut dengan antusias. ^_^
Berhubung karena Ibu saya juga sedang berkunjung ke Jakarta untuk menengok Aruna, putri mungil Tedy yang baru dilahirkan bulan lalu, maka awalnya saya bermaksud untuk memasaknya di rumah Wiwin, adik saya, agar kami semua bisa menyantapnya beramai-ramai. Namun Sabtu weekend lalu, perjalanan panjang ke rumah Tedy di Cilebut, dan ketika kembali ke Jakarta hari sudah hampir menjelang senja maka rencana tersebut saya batalkan. Di hari Minggunya, semua anggota keluarga termasuk saya, sejak pagi telah sibuk dengan acaranya masing-masing dan rencana untuk mengeksekusi resep ini pun tertunda.
Namun resep papeda seakan menari-nari di dalam kepala saya, meminta untuk segera dicoba. Jadi sore harinya ketika kembali ke rumah Pete saya pun nekat singgah di supermarket Hari-Hari untuk membeli seekor ikan kakap dan pernik-pernik membuat papeda lainnya. Walau jam telah menunjukkan pukul empat sore, dan saya harus mengejar sinar matahari yang sebentar lagi hilang ditelan senja demi sebuah foto yang cantik, namun misi tetap harus dilaksanakan. Untungnya membuat papeda sangat lah mudah, jadi sebelum pukul lima, masakan ini telah matang dan saya bisa beraksi di teras rumah Pete mengambil foto dari berbagai sudut ditemani sinar mentari sore yang masih benderang.
Bagi anda yang mungkin masih asing tentang makanan bernama papeda, maka deskripsi singkat saya berikut ini yang diambil dari Wikipedia mungkin bisa membantu. Papeda merupakan bubur sagu khas Maluku dan Papua. Biasanya ditemukan di daerah Indonesia Bagian Timur, karena masyarakat disana umumnya lebih banyak menjadikan sagu sebagai makanan pokok mereka dibandingkan dengan beras. Bubur sagu ini dibuat dengan cara memasak larutan tepung sagu dan air hingga menggumpal. Papeda memiliki tekstur, warna dan kekentalan seperti lem.
Karena tidak memiliki rasa sama sekali alias tawar, maka biasanya bubur sagu ini disajikan bersama sup ikan yang terbuat dari ikan tongkol, tuna, makerel atau mubara. Sup ikan ini berwarna kekuningan karena dibumbui dengan kunyit dan terasa asam segar karena jus jeruk nipis yang dikucurkan ke dalamnya. Selain sup ikan, papeda juga dikonsumsi bersama tumis bunga pepaya dan tumis kangkung, kedua sayuran ini seringkali menjadi sayuran pelengkap untuk menemani papeda.
|
Kangkung kukus |
|
Kemangi, daun rempah yang membuat sedap sup ikan |
Saya sendiri sebenarnya cukup beruntung karena beberapa tahun yang lampau pernah berkunjung ke Jayapura. Saat itu saya masih berprofesi sebagai trainer sehingga sering mendapat tugas mengajar di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah ke Jayapura, Papua. Jayapura merupakan petualangan mengajar yang menurut saya sangatlah berkesan, selain karena saya harus pergi seorang diri kesana juga karena jaraknya yang sangat jauh dari Jakarta membuat tugas mengajar ke kota ini terbilang langka untuk didapatkan.
Berangkat di malam hari, terbang selama enam setengah jam setelah transit sebanyak dua kali di Ujungpandang dan Biak, akhirnya di pagi hari saya tiba di Bandara Sentani. Rasa lelah dan mengantuk seketika hilang ketika pesawat yang hendak mendarat terlebih dahulu harus melewati pemandangan spektaluer danau Sentani yang luar biasa indah. Danau terbesar kedua di Indonesia ini berwarna biru kehijauan dihiasi dengan pulau-pulau kecil didalamnya dan rimbunnya pepohonan yang subur. Tanah Papua memang luar biasa subur dan indah.
Sayangnya waktu saya sangat singkat disana, hanya satu malam dua hari. Jadi ketika usai mengajar di sore harinya, saya pun kembali ke Hotel Yasmin untuk beristirahat. Tidak ada petualangan kuliner yang seru, tidak ada papeda yang harus dicicipi karena saya bersama rekan-rekan kantor cabang di Irian Jaya hanya bersantap ikan bakar di salah satu restoran kecil di tepi jalan. Namun yang membuat saya takjub, ketika malam semakin larut suasana jalanan di depan hotel semakin ramai dan meriah, membuat saya penasaran dan akhirnya berjalan keluar kamar. Saat itu telah pukul sembilan malam, muda-mudi Papua tampak ramai memenuhi jalanan di depan hotel. Mereka bernyanyi dan bergoyang, membuat saya mengira sebuah karnaval sedang dilangsungkan di malam hari. Namun info dari petugas hotel membuat saya takjub, setiap malam memang jalanan itu selalu ramai dengan muda-mudi yang sedang berjalan-jalan, menari dan berjoget bersama.
Saya tidak berminat dengan kegiatan seperti pesta ini namun sebuah lapangan parkir yang terletak di seberang jalan dan berdekatan dengan supermarket Gelael penuh sesak dengan penduduk lokal yang sedang menjajakan dagangannya. Wah, pasar tumpah di malam hari, jerit saya excited. Pasar tradisional apapun bentuknya merupakan tempat yang selalu mampu menarik perhatian saya, apalagi ini pasar tradisional di malam hari di Papua! Ibu-ibu tampak duduk bersimpuh di tanah dan dihadapan mereka terlihat aneka sayuran segar, ikan asap, bumbu dapur, buah-buahan lokal dijajakan dalam gundukan-gundukan kecil. Mata saya melotot memandang kangkung raksasa yang ukurannya tobat besarnya, mulut ini rasanya sudah ingin mengunyah batangnya yang terlihat segar. Dengan ramahnya mereka melayani pertanyaan saya dan beberapa ekor ikan tongkol asap akhirnya masuk ke dalam koper saya bersama berkilo-kilo buah matoa yang sedap. Senyum ramah mereka yang terkembang lebar membuat saya merasa betah berlama-lama disana. Ah, saya cinta Papua dan berharap suatu hari bisa datang lagi kesana!
Kembali ke resep papeda yang dikirimkan Mba Anti, tidak ada yang sulit dalam membuatnya. Anda bisa menggunakan jenis ikan apapun, namun ikan laut terutama ikan kakap merah akan memberikan hasil yang paling maknyus. Untuk membuat kuahnya terasa asam maka digunakan belimbing wuluh, namun peran si belimbing sayur ini bisa digantikan dengan air jeruk nipis, tomat muda, air asam jawa, atau cuka masak biasa. Bumbunya simple, sederhana dan rendah hati, se-humble masyarakat lokal Papua yang ramah, dan friendly. Namun rasanya yang nendang mampu membuat sepanci papeda amblas tak bersisa. Atau jika anda tak terbiasa dengan bubur sagu yang terasa seperti lem ini maka santap sup ikan dengan nasi putih biasa.
Menyantap papeda memang membutuhkan skill dan jam terbang, bubur sagu ini sangat sulit diraih dengan sendok terutama jika anda menggunakan sendok stainless steel. Jadi jangan dicoba menggunakan sendok besi atau sejenisnya, bisa-bisa sampai besok anda tidak selesai menyantap sepiring papeda. Tips yang pernah saya baca adalah dengan melilitkan bubur di potongan kayu yang berbentuk seperti sumpit atau menggunakan sendok kayu. Atau cara termudah adalah dengan menyeruput si bubur dari tepian piring. Konsistensinya yang kental dan mulur, membuatnya mudah ditarik dengan bibir ketika diseruput. ^_^
Berikut resep dan prosesnya ya. Terima kasih atas resep mantapnya ya Mba Anti dan Ibu Susi Wibawati!
Papeda
Resep diadaptasikan dari resep keluarga Susi Wibawati (Ibunda tercinta dan tersayang dari Mba Anti)
Bahan:
- 1 ekor ikan kakap merah berat sekitar 1 kg (bisa menggunakan jenis ikan lainnya, seperti kerapu, bawal, ekor kuning, kembung, namun kakap merah memberikan rasa yang mantap)
- 1 butir jeruk nipis
- 1 sendok makan garam
Bumbu dihaluskan:
- 5 siung bawang merah
- 5 siung bawang putih
- 1 ruas jari kunyit segar
- 3 buah cabai merah keriting
- 8 buah cabai rawit (kurangi jika tidak suka pedas)
Bahan & bumbu lainnya:
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 2 batang serai, ambil bagian putihnya dan memarkan
- 10 buah belimbing wuluh, belah membujur menjadi 2 bagian (kurangi jumlahnya jika tidak suka masakan terlalu asam)
- 800 ml air panas mendidih
- 1/2 sendok makan garam
- kaldu bubuk instan secukupnya (jika pakai)
- 2 buah tomat merah, belah masing-masing menjadi 6 bagian
- 1 ikat besar kemangi, ambil daun dan pucuk mudanya
Bahan untuk bubur sagu:
- 5 sendok makan tepung sagu atau tapioka diencerkan dengan 150 ml air
- 800 ml air
Pelengkap:
- 2 ikat kangkung, siangi dan kukus hingga matang (resep asli menggunakan bayam)
- sambal tomat (saya tidak pakai)
Cara membuat:
Siapkan ikan kakap, siangi sisiknya dan buang insang dan isi perutnya. Potong ikan sesuai selera, saya memotongnya menjadi 5 bagian. Lumuri ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam hingga rata termasuk kedalam rongga badannya. Diamkan selama 20 menit. Cuci hingga bersih. Sisihkan.
Siapkan daun kemangi, ambil daun dan pucuk mudanya. Cuci bersih dan sisihkan. Siapkan kangkung, siangi dan kukus hingga matang. Angkat dan sisihkan.
Siapkan panci, anti lengket lebih baik. Panaskan 2 sendok makan minyak, tumis bumbu halus hingga harum, matang dan berwarna agak gelap. Masukkan serai, belimbing wuluh, tumis dan aduk hingga harum.
Masukkan potongan ikan, aduk-aduk sebentar hingga ikan terlumuri bumbu dan berubah warnanya menjadi tidak transparan. Tuangkan air panas mendidih ke dalam tumisan ikan, tambahkan garam dan kaldu bubuk instan (jika pakai).
Tambahkan irisan tomat, dan masak dengan api kecil hingga mendidih dan ikan matang, sekitar 15 - 20 menit. Cicipi rasanya, sesuaikan rasa asinnya. Tambahkan daun kemangi, aduk perlahan agar daun layu. Angkat.
Jika ingin rasa asam belimbing wuluh lebih kuat, maka ketika masakan telah matang, hancurkan beberapa potong buah belimbing di kuah dengan menggunakan sendok hingga tercipta rasa asam yang pas.
Cara membuat bubur sagu:
Siapkan panci, masukkan air dan masak hingga mendidih. Tuangkan perlahan larutan tepung sagu/tapioka ke dalam rebusan air, sambil diaduk dengan cepat hingga larutan sagu habis. Masak dan aduk bubur sagu hingga terasa berat ketika diaduk, artinya bubur telah matang. Angkat.
Hasilnya adalah bubur sagu yang transparan seperti lem. Berat, pekat dan kental.
Cara penyajian:
Siapkan piring, ambil bubur menggunakan centong nasi atau spatula kayu seperti yang saya gunakan pada foto diatas. Menggunakan bahan stainless steel/alumunium atau bahan besi lainnya akan membuat bubur susah untuk disendokkan.
Letakkan bubur di piring, letakkan rebusan daun kangkung dan sambal tomat (jika pakai), Tambahkan ikan di atas bubur, siram dengan kuahnya banyak-banyak. So yummy!
Sources:
Wikipedia - Papeda (food)
Wikipedia Indonesia - Papeda
Mba, itu buat papedanya pakai tepung sagu/tapioka biasa yang ada di pasaran gitu kah, atau harus khusus? Saya pengen banget nyobain papeda, tapi berhubung buat saya dalam urusan makan faktor mouth feel penting banget kayanya habis itu pasti masih cari nasi deh, hahahaha
BalasHapusSaya pakai tepung sagu biasa dalam kemasan Mba, secara dirumah adanya itu wakakka, mungkin kudu pakai sagu khusus yang batangan coklat itu yaaa, next time kalau ketemu di SPM pengen coba sagu yang batangan itu.
HapusHmmm, saya juga akhirnya makan pakai nasi hahhahahhah
Mba Endang, salam kenal
Hapusbagi info dikit ya, mba, yang saya tau sagu batangan warna cokelat itu bukan buat bikin papeda tapi buat dimakan sama kopi dicelupin gitu atau dimasak sama santan dan gula merah, sumpah ini enak bgt, mba
Kalau om saya, suami tante saya yang asli Ambon, kalo di sana biasa buat dari batang sagu yang segar dan diparut terus diperas, nah patinya disiram langsung pakai air mendidih, tapi karena di Medan sini susah jd bikin pakai singkong diparut trus diperas, patinya lalu disiram air yang bener2 bru mendidih, mba, kalau makannya emang paling enak pakai ikan kuah kuning katanya, mba, saya sih belum pernah nyoba, biasa makan ikannya pake nasi aja, hehhehe
Itu yang saya tau hasil tanya2 ke om saya, mba, oiya satu lagi, mba, kata om saya, mereka percaya kalo papeda tuh bersifat diuretik, mba, tp belum cari tau juga sih
Utie di Medan
Halo Mba Utie, salam kenal ya, Wah untung saya mendapatkan info, kalau nggak kan lucu juga saya bikin pakai sagu lempengan coklat itu wakakkak. Wah pengen coba dimasak pakai santan dan gula merah, saya yakin sedaaappp.
HapusYep, berdasarkan baca2 bersifat diuretik karena papeda mengandung banyak air ya, dan juga memperlancar pencernaan karena kaya serat heheh.
Mba Endang...
BalasHapusDuh mba...beneran deh serius mba nelan liur baca postingan ini, he he he...
apalagi liatnya malem2 gini belum makan...eh puasa makan malem... salah waktu saya mampir ke JTT mba....
Thanks ya Mba Monik, memang kalau yang suka masakan sup ikan asam pedas segar begini bakalan menahan air liur wkakakak. Sya termasuk maniak sama masakan seperti ini, Thanks yaa, sukses selalu ya Mba Monik ^_^
HapusAssallammualaikum Mba Endang...dulu saya pernah mencicipi masakan ini mba kebetulan ditempat saya kerja ada 1 orang dari Ambon yang pinter banget bikin papeda dan begitu liat Tips Resep Masakan dari blog mba saya jadi ingat sama nostalgia dulu..heee.
BalasHapusWalikumsalam Mb Icah, thanks sharingnya ya Mba, memang masayarakat Indonesia Timur jago2 ya masak sagu dan ikan laut. Wah saya yakin pasti rasanya mantap banget ya dimasak langsung oleh ahlinya heheh.
HapusMba, maaf itu panci ijo yg dipake masak sup ikan merk apa? Beli dimana? Ada tutupnya? Mahal ya?
BalasHapusMaaf ya, Mba Endang yg baik hati bgt...... tolong dibalas xexexe
Hai Mba Najmi, panci keramik Mba, beli di Ace Hardware, merknya saya lupa wakaka mungkin Fincook atau mungkin juga bukan yaa. Waktu itu beli saat ada promo di Ace, harganya sekitar 150 rb kalau gak salah ya.
Hapusoh ya, ada tutupnya yaa hehhe
HapusOke, Mba thanks bgt.... Emang bener Mba Endang baik bgt..... Sdh mau berbagi ilmu masak+baking, eh info alatnya jg ga pelit. Terimakasih banyak, Mba....
Hapussama2 Mba Najmi, senang bs membantu yaa
HapusIni mirip spt lomie ya mba cm ga trlalu pekat ky papeda hehee....
BalasHapuskuah lo mie ya Mba Emma. iya mirip kalau papedanya disiram kuah agak banyak hehhe ya
HapusHai mba..seneng deh mba nulis tetang menu papeda..untuk orang yg tinggal dipapua jd ku bangga..papeda bagus untuk diet loh, krn sebanyak apapun kit Mkn akan keluar klo buang air kecil, kadar airnya tinggi sie.. Oh iya mba coba di bumbu halus ikannya di tambahin jahe lebih mantap lagi.. Plus ilangin amis ikannya.. Klo ga ada belimbing bisa make perasan jeruk nipis..selamat mencoba ^^
BalasHapusHalo Mba Heidy, salam kenal dan thanks yaa sudah menyukai tulisannya. Papua luar biasa indah dan banyak sekali yang bs diceritakan andai saya bs berlama2 disana hehehhe. Seru!
Hapusthanks info dan tipsnya yaa, pasti akan diterapkan jika kelak saya membuat lagi. sukses dan sehat selalu yaaa! ^_^
Mba Endang....salam kenal. Sumpah....ini enak bingits. Dari saya kecil sampai sekarang ibu sering masak ini.....sayur sama ikannya itu loh....yummy. (Shiny)
BalasHapusHalo Mba Shiny, salam kenal yaa! Yep setuju memang enaaaaak banget banget hahhaha, saya sampai habisin papeda dan sup ikan 1 panci wakakakak. thanks yaa
Hapushalo, mba. saya ina. saya udah sering banget nyobain resep2 di jtt dan favorit saya adalah muffin keju lemon dan browniesnya. enak banget. tapi saya belum pernah comment di sini. pas mba posting papeda ini, saya jadi pengen ikut sharing. ini kalo di kampung ayah saya (di kab Luwu, Makassar) namanya begalu. persamaannya adalah di sagunya. cuma perbedaannya bubur sagunya dibentuk bulat2 dengan alat bantu dua buah sumpit. setelah dibulat2 dengan sumpit, dimasukkan ke panci berisi kuah daging utk penyajiannya disajikan dengan kacang panjang dan kangkung yang sudah direbus terlebih dahulu, ayam goreng dan sambal tomat. ini jd menu favorit keluarga. kalau di daerah asal ayah, makannya dengan ayam kampung rebus dan bayam merah, jd kuahnya merah juga. pas saya tunjukkin resep mba ke ayah saya, ayah bilang wah ga nyangka ya resep papeda bisa masuk internet juga...hehehe... thanks resepnya, mba. jd pengen nyoba papeda asli papua ala jtt.
BalasHapusHuaaa ngeces saya mba ina baca sharingnya, pengen banget bs cobain begalu. Apakah kuah daging untuk begalu sama seperti kuah ikan kuning untuk papeda seperti resep yang saya posting ini mba ina? karena saya gak ada gambaran kuah dagingnya hehhehe.
HapusWah Bapak merendah, masakan Indonesia timur mantep, jos gandos mba! thanks sharingnya yaa
begalu ala resep keluarga saya kuah dagingnya lebih mirip seperti kuah bakso, mba. air direbus dengan tulang rusuk dan daging, bumbunya cukup bawang putih dan merica. setelah daging empuk, daging dikeluarkan dan dipotong kecil2. kemudian sagu yg sudah dibulat2kan dengan sumpit disiram dengan kuahnya. kebetulan saya domisili di pontianak, Kalimantan Barat, jadi ayah saya banyak memodifikasi versi begalu asli sesuai selera orang rumah. kalo di daerah aslinya di kab Luwu, kuah begalu berwarna merah karena dicampur bayam merah, air rebusan ikan/ ayam nya dijadikan kuah, hanya beda warna kuah saja. tapi kalo ala keluarga kami, sayurnya direbus terpisah, jd kuah begalu tetap bening. ikan/ ayam pun digoreng dan tidak dicampur dikuah begalu, hanya sebagai pelengkap saja.
BalasHapusWaah makasih tips dan sharing resepnya Mba Ina, kedengarannya seger bangettt. Saya lagi mau belajar cara membulat2kan bubur sagu dengan sumpit wakakak, saya dah lihat2 di intenet dan sedikit ada gambaran. Saya suka masakan daerah yang unik dan jarang dieksplor. Sukses dan sehat selalu yaaa
HapusHalo mbak Endang, saya arin dari Ternate Maluku Utara. Papeda juga merupakan makanan utama kami di Ternate. Di Ternate ada dua sagu yang biasa digunakan untuk membuat papeda. Pertama Sagu Tumang, tepung sagu yg warnanya butek ini terbuat dari pohon sagu. Membuat papeda dengan sagu tumang mesti ekstra hati2, adonan ato tempat tidak boleh kena minyak, karna akan gagal jadi papeda. Tapi kalo soal rasa juaraaa.
BalasHapusYang kedua papeda kasbi. Kasbi di Ternate adalah sebutan untung singkong. Jadi Papeda kasbi terbuat dari tepung singkong dan warnanya putih bersih seperti kertas. Kalo papeda kasbi ini tidak terlalu sensitif seperti sagu tumang.
Untuk tingkat kekentalan papeda yang mbak buat terlalu encer makanya susah di makan meskipun pake sendok. Kalo di rumah saya cara membuat papeda, sagunya rendem air, trus disiram dengan air mendidih sambil terus diaduk sampe dia terbentuk adonan yg transparan, jadi airnya bisa terkontrol. Tidak terlalu banyak yang menyebabkan papeda menjadi encer.
Di Ternate, kita makan papeda pake tangan karna adonannya tidak encer sehingga bisa di masukan ke mulut dengan menggunakan tangan. Hahaha...mbak endang pasti terkejut mendengarnya :D
Kalau untuk kuah ikan seperti resep mbak endang saya kira sama aja, tapi kalau di rumah mama saya biasanya menambahkan kenari yang digiling kasar sehingga menambah citra rasanya.
Halo Mba Arin, salam kenal ya, dan woooow terima kasih sekali atas informasi dan sharing tipsnya yang mantap! Saya juga sudah menduga papeda yang saya buat terlalu encer, mirip kaya lem buanget hahhahah, saya seruput makannya mba, habis gak bs diambil pakai sendok.
HapusWah saya ngiler dengan papeda dari Sagu Tumang, pasti rasa dan aromanya mantap yaa. Saya pernah melihat di TV ada yang makan pakai tangan, cuman saya bingung apa bs ditangkap sama jemari tangan yaa hahhahah. Katrok saya.
Thanks sekali lagi atas infonya yaa, sangat bermanfaat jika next saya akan mengulang membuatnya lagi. sukses dan sehat selalu Mba Arin! ^_^
Salam kenal juga mbak.. saya ini silent rider setia di sini.. tiap hari kalo buka blog pasti nyari postingan mbak endang juga hehehe :D Seneng baca cerita mbak endang.. hehe
HapusIya mbak, saya juga makan papeda enaknya pake tangan karna lebih otentik halaah lebay.. hahaha
Sama2 mbak endang.. Makasih juga udah dibales hihi seneng ^^
Sukses dan sehat terus buat mbak Endang, dan ditunggu postingan2nya :D
Halo Mba Arin. Thanks sharingnya yaa, sukses dan sehat juga untuk Mb dan keluarga yaaa. Senang sekali cerita JTT disuka hehehhe ^_^
HapusHai mba, saya dr ambon, senang juga mba mau bikin papeda, walaupun encer menurut sy. Kalo bubur sagu jg enak mba, cobain deh, kyk puding. Bikinnya dr sagu lempeng yg coklat itu direndam dl. Campur gula merah, santan. Toping cacahan kenari. Kalo senggang bs dicoba loh mba...hehe
BalasHapusHalo Mba Shinta, salam kenal juga ya. Thanks sharingnya yaa, iya memang keenceran ya heheh. Wah pengen coba bubur sagunya, kayanya sedap., Thanks yaa, sukses selalu!
HapusMba Endang, sop ikannya seger banget.. Nanti coba bikin ah.. Tp mau minta resep sambal tomatnya.. Kalo sagunya kayanya ganti nasi aja deh, soalnya pernah nyobain dan ga suka, berasa kaya makan lem.. Wkwkwk.. ( Maaf yg baca ya, jgn tersinggung).. Makasih resepnya ya Mba..
BalasHapusHi Mba Joyce, waah senang resepnya disuka. Memang ini nampol bingits! Sambal tomat kayanya cuman tomat, cabai merah keriting, bawang merah, terasi digoreng ya, angkat, kasih garam dan gula, dan diulek kasar saja.
HapusHallo mba endang sy jg nona ambon,
BalasHapusCoz sy tinggal dijakarta, papeda jd makanan langka pas ada papeda langsung habis disantap :)
Kl ibu sy utk sup kuah kuningx, asemx pake asem sambe, buahx wrn merah kl dijemur jd hitam, rs asemx khas enak mba dan kt ibu sy buah sambe ini adax cm dibeberapa kampung di maluku tengah. O ea kuah kuningx jg pk jahe yg diulek bareng bumbu hls, laos n dn salam dan jg ibu sy kl lg males tumis, bkin kuah kuningx smua bumbux direbus ttp enak n seger sskali di coba versi rebusx dech mba..
Haedeh...mba posting resep papeda jd pengen makan papeda dah lm g mkn coz lom dpt kiriman sagu tumang hiks..makasihby mba dah posting resep makanan khas kami, orang ambon..big hugh..
hai Mba Endy, salam kenal ya Mba, thanks infonya ya, sangat bermanfaat sekali dan thanks tipsnya juga, next time kepengen coba heheheh. Wah seandainya ada asam sambe di jkarta pasti rasa kuah asam nya lebih maknyus. thanks yaa
HapusMbah, kalau didaerah jakarta ada ngk yang jualan sagu ?
Hapuskalau sagu yang khas papua berwarna kecokalatan dan berbentuk kotak2 terkadang sya lihat di supermarket tertentu ya, tapi belum pernah coba
Hapus