Saya dan kentang, kami berdua memiliki story panjang, melalui banyak suka dan duka yang sampai sekarang masih sering terbayang. Dulu, sebelum Alm. Bapak dipindahtugaskan dari Tanjung Pinang, Riau ke Maospati, Madiun, kami sempat tinggal di Surabaya selama 1 tahun lamanya. Ketika itu saya masih duduk di kelas dua Sekolah Dasar dan kota Surabaya dalam bayangan saya merupakan kota yang panas dengan nyamuk yang luar biasa banyaknya. Sayangnya
memori saya tentang kota ini sangat minim sekali mengingat waktu yang
singkat, sehingga saya lupa nama daerah tempat tinggal kami waktu itu.
Rumah yang dikontrak kedua orang tua saya bersebelahan dengan pabrik pengolahan minyak babi, satu hari dalam seminggu pabrik akan beraktifitas lebih ramai dari biasa. Saat itu lemak babi dimasak dalam wajan rakasasa untuk diolah menjadi minyak, dan baunya pun menyengat memenuhi seantero rumah. Awalnya kami, terutama Ibu, mengalami muntah dan mual yang akut, namun lama-kelamaan menjadi terbiasa. Mungkin itu yang membuat harga kontrakan rumah tersebut menjadi sangat murah dan terjangkau. Tidak banyak orang yang mau mengontrak di rumah seperti ini, kecuali keluarga kami yang memang kemampuan ekonominya lemah. Saat itu Bapak hanyalah tentara berpangkat rendah dengan gaji yang sangat kecil, dan Ibu hanya di rumah mengurus kami semua.
Walau hanya setahun tinggal di Surabaya dan banyak kenangan terlupa, namun ada beberapa peristiwa yang sampai sekarang masih sering membuat saya tersenyum. Kenangan pahit memang terkadang lebih terpatri di dalam relung otak yang terdalam dan tergores di dalam hati lebih kuat dibandingkan cerita yang manis, setidaknya pada kasus saya seperti itu. Awal masuk ke sekolah yang baru merupakan perjuangan yang paling berat, adaptasi adalah proses yang tidak mudah bagi saya yang menyukai aktifitas rutin dan kestabilan.
Saya masih ingat sekolah saya waktu itu adalah SD Petemon XII, kegiatannya lebih banyak dibandingkan SD di Paron dan Tanjung Pinang. Murid-muridnya juga lebih kreatif dan persaingannya lebih tinggi. Setiap kali Ibu Guru meminta kami untuk membuat prakarya, maka itu menjadi nightmare bagi saya. Membuat kincir angin dari karton, membuat jam dinding dari kertas, adalah sekian kegiatan kreatif yang berubah menjadi musibah. Karena minimnya dana untuk membuat aneka prakarya ini, maka biasanya saya, dibantu Ibu dan Paklik Jumadi (sepupu Bapak yang ikut bersama keluarga kami sejak beliau kecil), akan menggunakan sumber daya yang ada di rumah. Kertas karton mahal harganya, jadi kami menggunakan map karton bekas milik Bapak dan sebagai gagang kincir angin, Paklik Jumadi memotong kawat jemuran di belakang rumah yang bentuknya sudah mencong tidak keruan.
Esok paginya ketika di sekolah, Ibu Guru meminta kami untuk menunjukkan hasil prakarya tersebut. Hampir semua murid mengangkat kincir angin kertas buatan mereka dengan bangga. Kincir angin yang besar, berwarna-warni, ditopang dengan kayu yang lurus dan terbungkus kertas krep yang cantik. Baling-balingnya yang kekar, gagah dan kokoh tampak berputar perlahan ditiup angin sepoi-sepoi dari jendela kelas yang terbuka. Pemandangan ini membuat hati saya menjadi kecut. Kincir angin saya berukuran imut sebesar tatakan gelas, warnanya abu-abu monyet menyesuaikan warna kertas map bekas yang ada. Gagangnya yang terbuat dari kawat jemuran, terlalu panjang dibandingkan dengan ukuran baling-baling kincir yang kecil. Itupun penuh tekukan, lekukan, karena kawat yang susah diluruskan. Dua buah karet gelang yang diuwel-uwel dipakai untuk mengganjal kedua sisi kertas, agar baling-baling terjepit di gagang dan tetap mau berputar.
Seingat saya, hanya saya satu-satunya murid yang tidak mengacungkan hasil karyanya. "Mana kincir angin kamu"? Bisik teman sebangku saya yang baik hati. "Aku tidak buat, tidak tahu caranya," jawab saya pengecut. Dan kincir angin buatan Paklik Jumadi, yang masih terbungkus di dalam kresek hitam, hanya mampu saya genggam erat-erat di dalam kolong meja, tak kuasa untuk menunjukkannya pada dunia.
Jajan dan menikmati kuliner Surabaya adalah kegiatan yang langka kami lakukan. Ada satu penjual yang menggunakan gerobak diatas sepeda dan selalu lewat di depan rumah ketika tepat pukul dua siang. Si abang akan berteriak dengan nyaringnya, "Weeeeng"! Awal-awal tinggal disana, kami sama sekali tidak tahu apa yang dijual si Abang dan apa maksud kata 'weng' yang dia teriakkan. "Apa itu Ma"? Tanya saya penasaran yang hanya dijawab dengan gelengan kepala Ibu. Ketika pemilik rumah sebelah memanggil si Abang untuk mampir, saya, Wulan, dan Wiwin, akan berdiri berdesak-desakan mengintip dari balik jendela. Sebuah panci kukusan besar dibuka, dan asap pun mengepul dibaliknya. Kami bertiga menelan air liur membayangkan rasanya. Namun hingga kami pergi dari Surabaya, sekalipun tidak pernah mencicipinya. Makanan itu adalah bakwan Malang, dan sebenarnya kata yang diteriakkan oleh abang penjual adalah 'wan' dan bukan 'weng'. ^_^
Jika bakwan Malang tak terjangkau, lain halnya dengan kentang. Saat itu seingat saya, harga kentang sangat murah. Setidaknya itu yang berulangkali dikatakan oleh Ibu dan Bapak. Selain murah, ukurannya yang hampir sebesar kepala bayi memang membuat takjub. Rasanya pulen, lembut dan sedap. Err, jika dimakan sesekali. Namun karena murah hampir setiap hari hidup kami dihiasi olehnya. Kentang rebus, perkedel kentang, kentang goreng, sup kentang, keempat makanan ini diputar-putar menjadi menu harian secara bergantian karena kemampuan Ibu mengolah kentang yang pas-pasan. Dari rasa happy, excited, euforia, karena bisa menyantap kentang setiap hari, hingga timbul rasa bosan, eneg, 'mblenger', dan akhirnya kesal tak keruan. Kentang rebus menemani kami di rumah, di perjalanan ketika naik kereta api ke Ngawi, bahkan ketika piknik di kebun binatang.
"Nanti di kebun binatang jangan nakal-nakal ya, kasihan Paklik. Nggak usah minta jajan apa-apa, Mama sudah bekali kalian dengan kentang rebus," dan mata kami melotot kala melihat gelondongan kentang rebus utuh dimasukkan Ibu ke dalam plastik besar sebagai bekal kami jalan-jalan ke kebun binatang Surabaya. Bersama satu termos besar berisi teh manis maka sebuah tas anyaman jumbo ditenteng Paklik Jumadi yang pergi mengantarkan kami bertiga ke kebun binatang. Waktu itu Paklik Jumadi masih remaja usia sekitar 17 tahunan, karena Bapak sering berdinas di luar daerah maka Pakliklah yang banyak mengasuh kami. Beliau lah yang mengantar kami ke sekolah dengan sepeda mini, mengajak jalan-jalan ke berbagai pasar dan hampir separuh kota Surabaya lagi-lagi dengan sepeda mini. Beliau adalah big brother bagi saya, Wulan dan Wiwin.
Musim kentang ini benar-benar membuat susah, bagaimana mungkin jalan-jalan ke kebun binatang tetapi berbekal kentang rebus? Semua anak pasti akan membeli aneka makanan dan minuman di stand yang banyak berjajar di kebun binatang, dan kami akan duduk di rumput menyantap kentang? "Ma, masak bekalnya kentang sih? Di rumah udah makan kentang, di kebun binatang makan kentang lagi"? Protes kami bertiga panik. "Kenapa dengan kentang? Enak, murah dan kenyang. Satu saja sudah membuat perut kalian penuh," ujar Ibu kalem. Ketakutan kami pun terjadi, ketika kaki telah lelah melangkah melihat semua binatang yang dikerangkeng disana, duduklah kami berempat di hamparan rumput hijau. Membuka bekal dan menyantap kentang rebus. Tak peduli dengan tatapan ingin tahu yang dilayangkan pengunjung kebun binatang ke kami. Saat perut kelaparan berat maka semua makanan akan terasa sedap!
Kembali ke perkedel kentang yang kali ini saya posting. Resep ini diajarkan oleh Ibu saya dan telah berkali-kali dipraktekkan beliau di rumah. Walau rasanya sedap, namun terus terang perkedel kentang bukanlah lauk favorit saya. Mungkin karena pengalaman masa lalu atau mungkin karena saya kurang berminat menyantap nasi berlauk karbohidrat. Membuat perkedel kentang sangat mudah dan tips dari Ibu saya yang saya ingat hingga sekarang adalah menggoreng kentang yang dipergunakan untuk perkedel dan bukan mengukus atau merebusnya. Kentang yang digoreng akan memiliki tekstur lebih keras dan kesat sehingga tidak mudah hancur kala digoreng.
Tips
lainnya agar perkedel tidak hancur adalah jangan goreng perkedel terlalu banyak dalam
satu penggorengan dan jangan dibalik-balik selama perkedel digoreng.
Jadi pastikan perkedel matang dan kering disatu sisi baru dibalik dan
digoreng sisi lainnya. Tips terakhir supaya perkedel utuh adalah dengan mengukus adonan kentang yang telah dibentuk selama 20 menit. Proses mengukus membuat perkedel padat dan keras. Setelah perkedel dingin maka siap dicelupkan dalam kocokan telur dan digoreng, atau anda juga bisa membekukannya di freezer hingga 3 bulan lamanya. Tips terakhir ini merupakan kiriman dari Mba Hanifa di Facebook JTT. Thanks ya Mba!
Supaya rasa perkedel maknyus adalah jangan lupa untuk menambahkan cincangan daun seledri dan bawang goreng ke dalam adonan, kedua bahan yang harum ini akan membuat perkedel kentang anda menjadi istimewa. Perkedel kentang ini sedap tanpa tambahan apapun namun cincangan daging sapi atau ayam atau kornet sedap juga dicampurkan ke dalam adonannya. Biasanya Ibu saya tidak akan menambahkan telur ke dalam adonan, karena telur akan membuat perkedel menjadi lembek dan hancur ketika digoreng. Telur kocok diperlukan hanya sebagai bahan pelapis saja saat perkedel akan digoreng. Selain sebagai pelindung untuk mencegah perkedel hancur juga agar tampilan perkedel menjadi lebih cantik.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Resep Perkedel Kentang a la My Mom
Resep diadaptasikan dari Ibu saya
Untuk 20 buah perkedel ukuran kecil, diameter 3 cm
Tertarik dengan resep kentang lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Kroket Kentang Isi Ayam dan Wortel
Creamy Mashed Potato - Yuk membuat kentang tumbuk laziz a la restoran
Donat Kentang
Bahan:
2 buah kentang ukuran besar, kupas, potong kotak ukuran 2 x 2 cm
Bumbu dihaluskan:
- 3 siung bawang putih
- 1/4 sendok teh merica butiran
- 2 sendok teh garam
Bahan lainnya:
- 2 batang daun seledri, dirajang halus
- 2 sendok makan bawang merah goreng (saya tidak pakai)
- 1 butir telur untuk mencelup perkedel, kocok lepas
Cara membuat:
Siapkan wajan, beri dan panaskan minyak agak banyak. Goreng potongan kentang hingga matang. Untuk mengetahui apakah kentang telah matang, maka tusukkan ujung pisau ke kentang, jika pisau melesak dengan mudah maka kentang telah matang. Tidak perlu menggoreng kentang hingga kering karena akan menyulitkan ketika menumbuknya.
Siapkan cobek, haluskan kentang hingga lumat tetapi jaga jangan sampai kentang terlalu halus seperti lem, karena terlalu lama menumbuk akan membuat kentang berubah menjadi lembek dan lengket seperti lem.
Tuangkan kentang tumbuk ke mangkuk, masukkan semua bumbu lainnya dan daun seledri. Aduk rata. Cicipi rasanya, sesuaikan rasa asinnya.
Bentuk adonan menjadi piringan bulat agak pipih dengan diameter + 3 cm atau tergantung selera anda. Tata bulatan perkedel di wadah datar dan bentuk semua adonan hingga habis.
Siapkan telur kocok di mangkuk, celupkan perkedel di kocokan telur. Goreng dalam minyak panas hingga permukaanya kecoklatan, angkat dan tiriskan.
Tips agar perkedel tidak hancur adaalah jangan goreng terlalu banyak dalam satu penggorengan dan jangan dibalik-balik selama perkedel digoreng. Jadi pastikan perkedel matang dan kering disatu sisi baru dibalik dan digoreng sisi lainnya. Siap disantap!
Update dari pembaca JTT di Facebook, Mba Hanifa, perkedel kentang juga bisa di bekukan, caranya:
Setelah adonan dibentuk bulat kemudian dikukus
sekitar 20 menit. Diamkan perkedel kukus hingga benar-benar dingin baru kemudian dicelupkan telur kocok dan digoreng. Jika hendak dibekukan maka setelah dikukus, perkedel dibiarkan dingin,
masukkan perkedel kukus ke wadah, jangan berdempetan dan bertumpukan, jika hendak bertumpukan maka beri selapis kertas baking di permukaan perkedel sebelum dimasukkan perkedel berikutnya. Tutup rapat dan bekukan di freezer maksimal sampai 3 bulan ya.
Yummy!
mba, supaya lapisan telurnya kriuk tuh gimana caranya mba?
BalasHapusanak2 saya suka sekali dengan perkedel untuk cemilan, tapi saya selalu gagal membuat lapisan yg kriuk gitu, akhirnya walau pada akhirnya mereka doyan, ada satu komen yang kurang enak di akhir gigitan, "Kok ga ada kriuknya, gak kaya yang di pasar"
hiks....
Waak Mba Lina, saya malah bingung ada ya kentang dengan lapisan luar kriuk wakakkak. Ada pembaca yang memberi saran katanya dicelup kocokan putih telur saja Mba. Saya belum coba, tapi kayaknya sih memang bs kriuk ya hehheh
HapusSemua resep anda istimewa. Terima kasih.
BalasHapusMadame N
Thanks ya Madame N ^_^
HapusMba resepnya hampir mirip, sama ky mamaku jg klo buat perkedel kentangnya di goreng dlu. Hehehe
BalasHapusBedanya klo mama sy lbh suka pakai telur, jd perkedel yg di hasilkan lembek..
Oh ya di dalam perkdel slain pakai kornet jg bs pakai keju, mama sy pernah mencobanya, enak rasanya mba. Jd ad asin2 dr keju di dalamnya yg melting di mulut hehehe
Thx y sharing perkedelnya mba ^^
Wah mantap itu Mba Raisa, pakai kornet keju, hmm, yummy! Thanks sharingnya yaa
HapusMba Endang salam kenal saya Devi sudah beberapa kali eksekusi resep2 nya, saya suka sekali semua cerita prolognya termasuk yang ini, lucu bangettt hahahhaha saya sampai kepingkal2 bayangin mba endang bertiga mlipir duduk kecapean sambil makan kentang rebus wakakakka, edisi gagal fokus sama resepnya, terus berkarya ya mba n sharing cerita2 menariknya, cu..
BalasHapusHalo Mba Devi, salam kenal ya, thanks ya sudah menyukai resep JTT. Yep kalau diingat2 sekarang saya masih suka ngakak sendiri, walau waktu itu rasanya sebel banget.Gak bs membayangkan jalan2 makan kentang rebus wakkkak
HapusTerharu baca pengantarnya mba, tapi sekarang mba Endang bisa nunjukin dengan bangga hasil masakan dan buku2 hasil karyanya. Saya aja ikut bangga karena merasa jadi bagian dari JTT walo cuma sebatas pembaca dan penyoba resep2 mba endang plus pengamat peralatan masak punya mba Endang xixixixixi. Semangat terus ya mba, hug hug
BalasHapusThanks ya Mba Sugi, waduh maksud saya untuk menghibur dan ngakak Mba wkkakak. Sukses untuk Mba dan keluarga yaa^_^
HapusSalam kenal mba Endang,suka banget sama resep2 mba.ditambah lagi cerita pembukanya,ada yg lucu sampai bikin haha hihi sendiri,ada jg yg menyentuh hati sampai bikin terharu bacanya.oh ya mba,resep perkedel kentang ini sama resepnya seperti yg biasa ibu saya bikin,selain di kasih irisan daun seledri ibu saya juga tambahin irisan bawang merah goreng supaya rasanya lebih mantap.
BalasHapusTerus berkarya ya mba..^^
Ria-Surabaya
Halo Mba Ria, salam kenal juga yaa. Thanks ya sharingnya, senang sekali resep dan ceritanya disuka. Yep pakai bawang goreng wakkaka, saya lupaaaa. Ibu saya juga selalu pakai bawang goreng.Thanks yaaa
HapusHai, mba.. Salam kenal yah.. Kalo saya bikin perkedel suka pake bawang bombay yg diiris tipis. Apalagi kalo ditambah ayam giling, mirip deh sama yg di jual di resto ayam terkenal. Yummy!
BalasHapusHalo Mba, waah mantaap itu! Memang banyak modifikasi perkedel ya, versi saya ini yang paling basic buanget wakakkak. Thanks yaa
HapusDitambah bawang goreng yg ditumbuk sama bawang putih jg berasa enakny mbk Endang...
BalasHapusuntuk mbk Lina,klo aku ngelapisin perkedelnya pake putih telurnya aja....hasilny kriuk mbk
Halo Mba Heni, iyaaa pakai bwang merah goreng jadi makin wangi yaa, saya lupa bagian itu hahahah. Thanks tipsnya untuk kriuk ya Mba Heni ^_^
Hapusmbakk SD Petemon itu deket rumah aku banget..satu kecamatan hehe..perkedel ini kesukaan anakku mbak..bsk mau nyobain resepnya mb endang
BalasHapusHalo Mba Retno, wah iya ya? Saya sampai sekarang masih ingat itu nama SD karena namanya lucu hehhehe. Tapi yang lainnya sudah lupa hiiks. Thanks sharingnya yaa
HapusMba bikin novel aja gih.. seneng sm prolognya, ada haru, lucu, seru.. bikin nagih pngen baca prolognya tiap hari.. ato bikin buku biografi aja sekalian mba.. hehehe.. *ngarep*
BalasHapusBella
Waak Mba Bella, ntar gak ada yang beli bukunya hahhahah. Kemampuan baru buku masakan hahhahah
HapusHalo mbak, salam kenal ya...
BalasHapusini resep perkedel nya persis, siss, sissss sama kayak resep dari ibuku, hahh jadi kangen sama rumah nih, hehehehe,,,
maklum mbak, lagi berkelana ceritanya...
sukses terus ya mbak,,dijaga semangat nya utk terus berkarya dan berbagi dengan kita-kita yg selalu nunggu resep dan pengalaman seru mbak Endang,,,
hatur nuhun.
Lia - Bandung.
Hali Mba Lia, hahhahha kayanya kalau Ibu2 jaman dulu perkedel kentangnya yang super simple banget yaa, klau jaman sekarang banyak dicampur ini itu yaa, Kalau Ibu saya memang karena modalnya cuman kentang sama bumbu wakakka.
Hapusthanks sharingnya ya Mba Lia, sukses selalu yaaa
Terharu baca prolognya...senada dng masa kecil saya dulu mba...dan resep perkedelnya juga sama dng resep ibu saya..makasih mba endang, cerita dan resepnya membawa saya terbang kembali ke masa kecil yg mungkin agak pahit saat dijalani, tapi jadi manis saat dikenang :) Handa
BalasHapusHalo Mba Handa, thanks yaaa. Ceritanya dimaksudkan untuk menghibur dan tertawa mba wkakakak, kadang dibalik masa2 susah itu ada faktor humornya juga yang bikin sekrg ngakak kalau diingaht yaa hehhehe.
HapusMba Endang jago banget dalam menyajikan prolog selain tentunya sangat jago masak... "cerpen"nya selalu seru, saya yang baca serasa seakan-akan ada di situ ikut menyaksikan.... heheh lebay.com ^_^
BalasHapusResepnya simple, persis sama seperti yang diajarkan almarhum ibu saya mba... pasti maknyus deh rasanya.
Halo Mba Ertianna, thanks yaaa, senang cerita dan resepnya disuka. Habis kadang saya bingung, resep simple kaya perkedel mau buat tulisan apa yaaaa wakakkak.
Hapusmba endang,, peluk dulu aah,,, meleeer,,, bener banget kenangan pahit itu lebih mudah terpatri dan sulit untuk hilang begitu saja... jadi ingat dulu juga hidup susah sempat hanya makan nasi dikuahi air hangat dan bubuhan sedikit garam.. gak mampu beli sepeda, bapak ngedorong kami (saya dan kakak) pakai sapu ijuk. ijuknya diduki, lalu bapak tarik gagang sapunya :D
BalasHapusAlhamdulillah kehidupan bergulir menjadi lebih baik, kalau ingat memang sedih. kita saja sedih apalagi orang tua,, T_T
BTW mba endang ada resep kue cucur gak?
Halo Mba Tiara, jangan meler Mba dibuat ngakak saja, selalu ada humor di setiap peristiwa wkakakka. Saya yakin saat ini mba seperti saya juga suka tersenyum2 ketika ingat masa kecil heheeh.
HapusThanks ya Mba Tiara sharingnya, sukses untuk Mba dan keluarga yaa.
Kue cucur belum pernah buat hahahha, kalau sudah ditrial pasti akan dishare yaa
Hai Mbak Endang, salam sehat selalu.
BalasHapusWah baca cerita masa kecilnya mbak Endang jadi haru banget, memang begitulah mbak perjuangan Ibu selain jadi juru masak, ahli keuangan dll banyak banget tugas Ibu. Tak tunggu terus lho mbak postingan-postingannya di JTT...menarik sekali. Makasih banyak.
Halo Mba Nurul, thanks shairngnya yaa,. Yep sampai sekarang saya suka takjub kalau ingat perjuangan Ibu saya dulu yang luar biasa, tangguh dan tidak mengeluh. Suka sesak di dada terharu ketika mengingatnya ^_^
Hapusthanks yaaa
Wahhh....mbak oke banget tulisannya sampai mau menitikkan air mata nih bacanya jadi inget masa-masa kecil dulu saya juga harus ikut merasakan keprihatinan orang tua kita. Saya terus menanti resep-resep dari mbak Endang loo...
BalasHapushalo Mba, thankss yaaa. sepertinya masa kecil yang prihatin itu yang membuat kita sekarang menjadi lebih kuat ya. Sukses ya mba ^_^
HapusMbak ini resepnya bisa d simpen freezer?? Harus d goreng dulu ato lansung freezer
BalasHapusbisa ya, ada saran dari salah satu pembaca di facebook, setelah dibentuk adonan dikukus, nah setelah dingin bs dibekukan di freezer ya
HapusMba Endang, suka banget baca postingan resep mba, apalagi ditambah cerita masa lalu. bikin betah browsingin resep satu2.
BalasHapusLove
thanks ya Mba, senang sekali resep dan cerita2nya disuka. Sukses selalu yaaa
HapusMba Endang, kenangan pahit menjadikan jiwa yang kuat, bener kan Mba? He he he.. Kayanya banyak yang senasib kaya kita2 ya Mba.. Tapi banyak hal yang bisa kita rasakan dulu, drpd anak sekarang, rasanya hidup kok ga bervariasi.. Pagi bangun, sekolah, pulang les, balik ke rumah udah magrib, mandi, makan, buat peer, tidur.. Weekend ga mau diganggu, maen gadget.. Ga kaya kita dulu, banyak mainnya, keluyuran kemana-mana.. Wkwkwk.. Sip deh Mba, jangan bosen2 berkarya dan ngejawab pertanyaan dari kita2 yg msh amatir ya Mba.. Sukses selalu.. Tuhan memberkati..
BalasHapusYep betul banget Mba Joyce! Tapi saya bersyukur bs mengalami banyak cerita masa kecil yang seru hahhaha, bermain dan keluyuran kemana2. Suskses untuk Mba dan keluarga yaa
Hapusmbak endang, q ngefans abis sama mbak. mbak inspiring banget buat q. resep2nya ngebantu banget buat q pelajari. jadi bisa masak sekarang...semoga selalu bermanfaat ya mbakku. salam dari Surabaya
BalasHapusHalo Mba Sefya, salam kenal dan thanks yaa, senang sekali resep JTT disuka. Sukses selalu yaa
HapusDieksekusi tadi pagi mba. . .
BalasHapusBiasanya di RM. Sunda adonan perkedel ditambah tapioka, rasanya jadi kenyal-kenyal. . .
Tapi, saya suka yang rasa kentangnya nendang. . .
Dan saya selalu buat tanpa campuran terigu atau tapioka. . .
Makasi yaa mba, buat trik dan tips nya. . .
Tadi pagi, perkedel yang dibuat tidak hancur, terbentuk cantik. . :D
Halo Mba Risa, thanks sharingnya yaa, wah sya malah gak tahu kalau ditambah tapioka yaa, saya juga kurang suka perkedel yang kenyel2 hahhahah. sukses yaaa
HapusHalo mbak Endang, pengen nangis baca prolognya. Saya juga mengalami masa kecil yang suram. Giliran sekarang anak-anak cukup mapan, ibu saya sudah berpulang, jadi beliau tidak sempat ikut menikmati. Salam hangat buat mbak Endang dan ibunda. Heni
BalasHapusHalo Mba Heni, ceritanya sama dengan keluarga saya, ketika sekarang anak2 sudah mapan, Bapak saya udah gak ada, beliau padahal dulu bekerja keras membanting tulang untuk keluarga dan beliau belum pernah merasa senang. Sedih.
HapusMbak, saya nangis lho baca cerita masa kecil mbak Endang... bikin sedih dan terharu. Sukses selalu ya Mbak Endang..
BalasHapusHalo Mba Titis, selalu ada tawa disetiap kisah sedih Mba ^_^. Thanks sharingnya yaa, senang ceritanya disuka. Sukses selalu ya Mba Titis
HapusSalam kenal Mba Endang
BalasHapusBaca kisah bergedel Kendang INI jadi haru, sedih, tapi juga bikin saya ngekek Mba
Walah jadi ingat masa Kecil saya dulu yang juga enggak beda jauh seperti ITU, malahan saya sdh ikut Bantu orang tua nyari uang...
Yah itulah perjalanan kehidupan ya Mba..
Sekarang berbuah manis kan Mba selamat ya Mba .
Keep spirit, semoga terus mengispirasi semua
btw saya asli Madiun Mba.. Skg tinggal di juanda Sby, sebelumnya di bintan, Dan juga Batam
He he JD curcol
Sukses terus, hari INI eksekusi Rica Tongkolnya Mba..
Weess pokoke lezatooos
Thanks resepnya 😘😘😍
Halo Mba Yuni,
Hapussalam kenal dan thanks sharingnya ya. Setuju dengan pendapat Mba, masa lalu yang pahit biasnya berbuah manis yaaa.
Btw, tempat tinggal Mba yang berpindah2 mirip saya hahhah. Dulu di riau, pindah surabaya, trus ngawi hehhehe.
sukses dan sehat selalu yaaa
Mbak...ayam ungkep, kalau saya simpan kulkas (bukan freezer) tahan berapa lama ya? Seminggu masih bisa kah mbak?
BalasHapushai mba tiara, sekitar 3 atau 4 hari ya, semiggu masuk freezer saja mba.
HapusSiang Mba, kalau tidak punya kertas baking, bisa tidak perkedelnya di lapisin sama tisue dapur pas dimasukin ke freezer?
BalasHapusKemudian karena saya tidak suka segala jenis bawang, dan daun seledri.
Apakah boleh di skip aja?
Makasih Mbak.
jangan pakai tisue dapur mba, ntar lengket, pakai daun pisang juga oke ya. skip saja daun bawang dan seledrinya mb.
Hapuspagi mba mau tanya ukuran berat kentangnya berapa gram ya ?
BalasHapusmungkin sekitar 250 gram ya mba
HapusHi Mba, perkenalkan sy fans barunya mbak. Resep ini adl resep jtt prtama yg sy buat. Perkedel adl favorite suami sy. Gitu msk dapur n liat menu nya perkedel lgs senyum lebar hehe.. apalg mknnya pake sup ayam. Dhuu mbak, lgs tandas tak bersisa haha.. thanks ya mbak atas resepnya. Sy akan buat lg resep2 berikutnya n sy akan ksh tau mbak.jempol utk mbak Endang 👍👍
BalasHapusHai Marjanni, salam kenal ya, thanks sharingnya, senang resep JTT disuka, sukses yaa
HapusOia mbak, boleh nanya lg,, klo perkedel disimpen di freezer utk stock 3 bln, tapi tanpa dikukus, bisa kah? Thanks a lot mbak 😙
Hapusbisa ya mba, tata jangan menempel satu sama lain, kalau mau ditumpuk dilapisi dulu dengan kertas baking supaya gak lengket
Hapusjadi ingat masa kecil juga ada tugas kesenian dan hasil karya saya yang paling sederhana terbuat dari benda-benda bekas tapi selalu dapat nilai paling tinggi karena buatan sendiri kalo yang lain pada beli, sampai teman-temanku minta sebagai kenang-kenangan^^
BalasHapusresep perkedel kentangnya persis seperti yang diajari ibu, ditambah daging cincang yang sudah ditumis dan bumbui. thanks resepnya..
thanks ya mba sharingnya, kalau saya dulu krya seni paling anchur karena memang payah kalau urusan prakarya hehehheh
HapusMbak Endang,terharu bener bacanya.. Meleleh deh.. Mbak,kalo mau tambah daging giling kira2 nambahnya brp banyak ya Mbak? Trims
BalasHapusHai Mba Dini, thanks sharingnya yaa, senang artikelnya disuka. Daging giling sekitar 100 - 150 gram oke ya mba. Mau banyak lebih enak hehehhe
HapusSip deh, makasih banyak ya Mbak Endang.. Sukses terus dan sehat selalu yaa..
HapusMet pagi mba Endang, saya sudah coba beberapa resepnya dan enaaakkk semua..mau nyoba bikin perkedel dn diisi daging sapi cincang, prosesnya gimaana tuh mba...trimakasih mba...
BalasHapusthanks ya Mba Nelly, mungkin dagig cincang tumis terpisah mba, baru kemudian kentang tumbuk diisi tumisan dan dikepal, baru digoreng
HapusHay mba wah saya suka bngt sama apa yng di tulis di resep jtt mba saya masih umur 17 mba xixi jdi saya bljr masak dri resep mba endang terus hasilnya selalu memuaskan terimakasih mba
BalasHapussip, sama2 yaaa, senang resepnya disuka ya
HapusSy tinggal di surabaya dekat pabrik korek mbak, sy baca prolog mbak gimana gitu ya nyentuh banget, seandainya dulu tetanggaan pengen beliin mbak bakwan yg lewat depan rumah mbak itu hehe, begitu dalam kenangan mbak saat tinggal di surabaya, seperti itu juga mungkin rasanya saat sy punya teman baru di sekolah lalu teman itu pindah karena ayahnya ditugaskan ke kota lain,ga bisa lupa kenangan saat main bersama dan wajah putih dan cantiknya yg bukan wajah khas jawa, tapi ga ingat siapa namanya dan darimana asalnya hehe. Utk resep perkedelnya makasih banyak insya Allah manfaat, sy mau coba bentar lagi mumpung ada daging qurban hehe. Dari ririn 40th surabaya
BalasHapus