Seorang pembaca JTT pernah bertanya ke saya melalui email, "Mba Endang, saat ini saya sedang mendalami food photography. Apakah bisa dishare mengenai teknik food photography yang dilakukan, misalnya berapa ISO, shutter speed, aperture dan teknik pencahayaannya"? Memang selama ini saya tidak pernah menampilkan satu artikel pun mengenai food photography di JTT, bukan karena enggan berbagi untuk ilmu yang satu ini, melainkan karena sangat menyadari kemampuan fotografi yang pas-pasan. Walau beberapa buku mengenai teknik memotret makanan pernah saya lahap dan setiap kali mengambil gambar selalu berusaha mengingat tips dan trick yang diberikan tetap saja ujung-ujungnya hanya jepret-jepret tak keruan yang saya lakukan. Apalagi tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu sepertinya sudah menjadi 'motto' saya dan tergesa-gesa dalam memotret makanan termasuk di dalamnya. Jadi ketika hidangan telah matang, 'boro-boro' teringat dengan segala tips maka yang saya lakukan adalah cepat-cepat mendudukkan piring di meja dan mengambil gambar sebanyak-banyaknya. Modal utama saya selain kamera (tentunya), adalah cahaya matahari yang maksimal. ^_^
Belajar memotret sebenarnya saya peroleh secara otodidak, hasil kutak-katik tombol kamera yang berulang kali saya lupa fungsinya untuk apa. Untuk menambah ilmu agar fungsi kamera lebih maksimal diberdayakan dan tidak hanya mengandalkan pada tombol 'auto' maka berbagai artikel di internet dan buku mengenai food photography sedikit demi sedikit saya lahap. Informasi di dalamnya pun berkali-kali saya lupa karena otak yang lemon tea alias 'lemot' jika berhubungan dengan gadget dan teknologi. Namun jika anda berminat untuk mendalami bidang ini maka ada satu buku yang saya rekomendasikan untuk dibaca, buku ini juga sering saya bawa kemana-mana untuk mengisi waktu di jalan, judulnya Plate to Pixel: Digital Food Photography & Styling oleh Helen Dujardin, foto bukunya akan saya cantumkan menyusul.
Setahu saya buku ini hanya ada dalam versi bahasa Inggris, dan dibeli di Singapura karena beberapa toko buku impor di Jakarta tidak memiliki stock-nya ketika saya cek waktu itu. Buku ini sangat lengkap dan detail membahas mengenai bukan hanya menjepret kamera namun juga mempersiapkan hidangan agar tampil menarik ketika difoto (food styling). Beberapa food blogger luar banyak yang merekomendasikan buku ini, jadi mungkin anda bisa browsing di internet untuk mencari informasi jelasnya.
Nah cahaya disini bisa mengacu pada sinar matahari, lampu flash kamera (yang ini tidak pernah saya gunakan karena efeknya tidak natural pada makanan), atau dari pencahayaan buatan seperti lampu bersinar putih. Saya menyukai cahaya matahari terutama pada pukul sembilan pagi hingga dua belas siang atau mulai pukul empat sore hingga senja mulai menggelayuti. Pada jam-jam tersebut cahaya matahari akan bersinar lembut, tidak terlalu terang dan keras sehingga efeknya pada makanan sangatlah dramatis.
Sudut foto kesukaan saya adalah dari samping makanan, karena membuat objek terlihat megah dan tinggi. Namun saya juga sering memotret dari sisi atas jika saya merasa pernak-pernik yang menunjang hidangan cukup bagus difoto atau jika energi saya cukup untuk menata semua pernak-pernik itu. Karena bagian menata dan membereskan saat melakukan food styling terbukti lebih menguras tenaga dibandingkan memotretnya. Nah untuk posisi objek di dalam sebuah foto agar terlihat balance maka ada aturan yang umumnya sering dipegang para fotografer yaitu rule of thirds. Penjelasannya sangat panjang, jadi anda bisa cek artikelnya di Wikipedia pada link disini.
Sebelum memotret, pastikan tidak ada benda-benada lain yang berserakan di sekitar atau di belakang objek yang akan kita potret. Misalnya peralatan bekas memasak, orang yang sedang duduk atau berdiri, atau kain lap kotor bekas mengelap panci. Jika terpaksa anda harus memasukkan background yang berserakan tersebut maka gunakan aperture (bukaan) yang lebar pada kamera untuk memberikan efek blur dilatar atau fotolah objek dengan jarak sedekat mungkin.
Sekarang kita menuju ke kamera. Kamera dan lensa dengan merk atau tipe tertentu sebenarnya tidak terlalu saya tekankan untuk dimiliki, karena saat ini kamera handphone pun sudah mampu menghasilkan gambar yang 'ajib'. Namun jika anda menggunakan kamera DSLR maka ada tiga tombol yang harus anda kenal, hapal dan gunakan berulang kali, yaitu ISO, aperture dan shutter speed. Ketiga fungsi ini sangat berhubungan satu sama lain dan merubah satu tombol biasanya juga diikuti dengan penyesuaian pada tombol lainya. Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar disini, karena infonya banyak bertebaran di internet. Jadi, go googling!
Untuk kamera, menurut saya standar kamera DSLR sudah memberikan hasil yang baik, namun untuk lensa harus saya akui lensa yang tepat akan memberikan efek yang sangat berbeda. Saat ini saya menggunakan kamera DSLR Canon EOS Mark ii dan lensa andalan saya adalah Canon EF 24-70mm f/2.8L II USM dan lensa makro Canon EF 100mm f/2.8 Macro USM. Lensa dengan f number yang kecil dan bukaan yang lebar seperti ini mampu menangkap gambar dari jarak dekat dan memberikan efek blur (bokeh) di latar pada foto yang dihasilkan. Food photography memang tidak jauh-jauh dari kepuasan visual, artinya kepuasan mata adalah nomor satu baru kemudian kita tertarik untuk mencoba resep yang dicantumkan. Nah makanan memang akan tampak jauh lebih menggiurkan jika detail dan teksturnya tertangkap dengan baik di gambar. Bayangkan secangkir coklat panas dengan uap yang mengepul dan melayang diatas cairan yang terlihat berkilau dan kental, saya jamin anda akan langsung berteriak, "Mana mug? Mug mana"?!
Wokeh, cukup sekian saja beberapa sharing yang bisa saya berikan seputar food photography. Terus terang sebenarnya saya malu membaginya karena banyak sekali food blogger di Indonesia dengan kemampuan food photography yang membuat saya ber-oh dan ah setiap kali menatap foto makanan yang mereka hasilkan.
Berikut ini resep dan proses pembuatan ikan gurame siram tauco, resep ini juga saya hadirkan di buku ketiga saya, '90 Menu Masakan Rumahan untuk 1 Bulan'. Enjoy!^_^
Resep Gurame Siram Tauco
Gurame Garing Siram Cabai, Bawang, Garam
Pecak Ikan Gurame
Gurame Acar Kuning a la My Mom
- 2 sendok teh garam
- 1 sendok makan gula Jawa, sisir halus
- 100 ml air
lensanya ngeriiiiii....
BalasHapusdan sy pun ttp ngiler dg bumbu taoco nya...nyam nyam nyam...
dian-solo
hahhahaha, lensanya ngeri tapi yang pakai ngaco.
Hapusmoga suka resepnya mba dian, thanks yaa
Tiap kata dan kalimat dalam tekhnik food photograpy nya kubaca pelan-pelan dan sangat kuhayati Mbak (halah) hehehe. Betul yang Mbak Endang bilang, awalnya dari foto alias pandangan dan langsung jatuh ke hati, akhirnya ke perut. Pengen punya foto-foto bagus di setiap jepret-jepret hasil dapur. Kadang mood-kadang gak. Ilmu ku harus diasah lagi nih hehhe, sambil mendambakan kamera DSLR tentunya wkwkwkwk
BalasHapusMakasih Mbak Endang, ulasan kali ini benar-benar bermanfaat
thanks sharingnya mba Kartika, senang sekali jika tulisan kali ini bermanfaat, walau sebenarnya mungkin sudah pada tahu semua wakkakak, standar banget yaaa, karena ilmunya masih cethek bin gaptek juga wakakkak
Hapussukses yaaa
Oemji.... lensanya.... Jadi pengen minjem ^_^
BalasHapusYg paling sering dipake buat moto makanan lensa yg mana mba endang?
thanks mba Rika.
Hapussaya sering pakai yang 24-70 mm karena zoom lens, jadi gak perlu mundur atau dekat buat memperbesar/memperkecil objek. yang 100ml makro lens dia fixed jadi kita kudu maju mundur wakkakak
Mba, bikin kue khas bali donk kyk kue gambir dan laklak...
BalasHapuswaaak, saya baru dengar kue ini, saya memang payah dengan kue tradisional hiiks. Saya sudah googling dan kayanya seru tuh, kalau ada waktu akan saya coba yaaa. thanks idenya yaaa
HapusMbak Endang maaf mau bertanya pertanyaan tipikal orang demgan ilmu super minimalis...Ikan-ikan apa sajakah yang bisa (dan gak bisa) saling menggantikan untuk suatu menu yang sama? Dan kenapa kiranya?
BalasHapusMisalnya kembung dan selar bisa saling menggantikan karena bentuknya mirip (aduh maaf mbak contohnya gak kreatif *shy)
halo mba Nestri, tergantung makanan yang akan dibuat ya mba, kalau hanya untuk digoreng semua jenis ikan oke. Kalau untuk bakso/siomay/pempek maka ikan berdaging putih yang oke, kalau untuk di tim maka ikan berdaging lembut seperti gurame/nila/kakap oke. Selebihnya ikan bs saling menggantikan ya.
HapusSalam.kenal...suka dg blog nya mbk...mau tny, pernah baca resep ada taosi. Nah, tauco dan tausi ini sama gak sih sebenarnya? Mksh
BalasHapussalam kenal juga mba Rachma, thanks ya sudah menyukai JTT.
HapusTauco fermentasi kedelai putih ya, sedang tausi kedelai hitam, rasa dan aromanya berbeda ya
saya kadang-kadang suka photo.. dulu pernah kerja di hotel sering disuruh bantu foto untuk promosi.. menurut saya yang penting itu pastinya arah cahaya, sudut pandangnya dan pelengkapnya seperti plate atau tambahan bumbu2 keringnya..
BalasHapusThanks Mas Rizky sharingnya yaa, sangat bermanfaat sekali. Sukses yaaa
Hapus