Adiknya, Aruna, yang hampir berusia empat bulan, memiliki wajah yang berbeda. Mukanya bundar bak bulan purnama dengan pipi semonthok bakpau yang paling 'mentul-mentul' yang pernah ada. Matanya pun sipit seperti gambar pendekar China di cersil Kho Ping Ho yang dulu menjadi bacaan favorit saya. Berulangkali saya tertawa setiap kali melihat wajah monthoknya yang super menggemaskan karena mengingatkan pada diri sendiri ketika masih berusia empat bulan. Bocah ini juga sangat tenang, kalem dan jarang sekali rewel, membuat kami semua merindukan suara tangisnya. Ketika akhirnya tangis itu pecah, kami semua justru bersorak dan tertawa girang melihatnya. Tobat! ^_^
Selama Tedy sibuk mencari kos-kosan untuk Mega, adik perempuan Diar, diseputaran blok A dan Petogogan maka kedua bocah tersebut dan Ibunya ditinggal dulu di rumah Pete. Saya pun bisa sepuas-puasnya bermain-main dengan mereka dan mengambil video Kirana yang sedang bermain dengan adiknya. Lambat laun akhirnya Kirana pun bosan dan mulai mengeluarkan aksi ngambeknya yang terkadang membuat kewalahan orang dewasa. Bocah kecil ini mulai memanggil ayahnya, menjerit dan menangis. Berdasarkan pengalaman, tingkah ngambek ini akan berlangsung lama dan susah untuk diredakan jadi saya pun segera membuka You Tube. Kirana penggemar berat Princess Sofia the First, jadi ketika film diputar bocah itu pun langsung menghentikan aksi ngamuknya dan duduk 'anteng' diatas tempat tidur saya menonton film kartun kegemarannya.
Lega dengan Kirana yang telah berhasil ditenangkan, Diar pun sibuk menyusui Aruna yang mulai mengantuk. Nah selama periode tenang ini saya pun kembali ke dapur dan melanjutkan membuat tumis tempe gembus dengan leunca yang menjadi salah satu makanan favorit. Entah telah berapa kali saya membuat lauk ini, dan selalu dalam porsi yang luar biasa banyak, namun rasa-rasanya saya masih sanggup membuatnya lagi, dan lagi, dan lagi. ^_^
Bagi mereka yang tidak suka dengan leunca maka rasanya yang langu dan sedikit pahit memang mengganggu ketika disantap. Tapi untungnya indra pengecap saya telah mati rasa dengan aroma langunya dan saya justru menikmati rasa sedikit pahitnya, ditambah lagi sensasi ketika butiran leunca yang pecah saat dikunyah di dalam mulut memang tidak bisa dicari tandingannya. Saya justru akan batal membuat tumisan ini jika tidak tersedia leunca di pasar.
Leunca atau ranti (Solanum nigrum L.) adalah tumbuhan anggota suku terung-terungan (Solanaceae) yang buahnya dikenal sebagai sayuran dan juga menjadi bahan pengobatan. Tumbuhan ini berasal dari Asia Barat dan telah menyebar ke seluruh penjuru dunia karena mampu hidup dalam kondisi tertekan. Dalam bahasa Inggris, leunca dikenal sebagai (European) black nightshade. Sebagaimana tanaman nightshade lainnya yang beberapa jenisnya mengandung racun maka buah leunca mengkal dan matang juga dapat mengandung racun, namun ini tergantung galurnya. Buah yang dapat dimakan berasal dari kultivar yang hanya mengandung racun dalam kadar yang rendah. Karena itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi buah ranti yang tumbuh di sembarang tempat.
Biasanya masyarakat Jawa Barat mengkonsumsi leunca sebagai lalap atau mencampurnya dengan oncom. Masakan bernama ulukutek leunca sangat terkenal dan digemari karena rasanya yang lezat dan mampu menambah selera makan. Nah untuk resep kali ini saya menggunakan tempe gembus yang sebenarnya masih bersaudara dengan tempe oncom hanya berbeda jenis kapang (jamur) yang terlibat di dalam proses fermentasinya. Kapang oncom berwarna jingga dan tampak seperti selaput tepung halus di permukaan tempe, sementara tempe gembus menggunakan kapang yang sama seperti tempe umumnya, berwarna putih dan tidak membentuk selaput tepung. Jika sulit menemukan jenis tempe ini maka ganti saja perannya dengan tempe biasa atau tahu yang digoreng setengah matang. Bahan lainnya yang juga sedap untuk menemani tumisan ini adalah daun melinjo (daun tangkil), teri goreng, cabai hijau dan petai. Ketika semua bahan ditumis bersama cabai rawit segunung maka kolaborasi mereka memang tak tertahankan. ^_^
Berhubung karena saya membuatnya dalam jumlah banyak, maka bumbu tumisannya pun terlihat melimpah ruah. Diar yang terheran-heran dengan banyaknya bahan yang akan saya masak akhirnya mengeluarkan komentar, "Mba, ini semua bahannya mau dimasak semua? Banyak banget." Sambil nyengir saya berkata, "Yep, ini bisa buat lauk seminggu, tinggal disimpan saja di kulkas dan dipanaskan di microwave ketika akan dimakan. Setiap hari aku bawa ke kantor untuk lauk makan siang." Penjelasan saya membuatnya semakin heran, "Setiap hari makan lauk yang sama Mba? Andai saja Mas Tedy mau aku bawakan makanan yang sama setiap hari ke kantor, bisa lebih santai kerjaanku," katanya takjub.
Saya memang suka memasak, tapi enggan jika setiap hari harus direpotkan dengan urusan menu dan mempersiapkan makanan. Terkadang membuat makanan sekaligus dalam jumlah banyak seperti ini menjadi cara termudah dan praktis sekaligus menghemat waktu. Untungnya, saya bukan tipe pembosan, dan jika telah suka dengan satu masakan maka saya bisa menyantapnya berkali-kali, dan berkali-kali setiap hari hingga tiba titik jenuh itu datang menyerang.
Nah berikut resep dan proses membuat Tumis Tempe Gembus, Leunca, Teri dan Daun Melinjo yang sangat mudah ya.
Tumis Tempe Gembus, Leunca, Teri dan Daun Melinjo
Tumis tempe gembus ini enaknya disantap dengan:
Ayam Ungkep Bumbu Kuning
Ungkep Daging Sapi a la My Mom
Ikan Tongkol Rica-Rica
Bahan & bumbu:
- 8 siung bawang putih, cincang halus
- 6 siung bawang merah, cincang halus
- 6 buah cabai hijau besar, iris melintang setebal 1/2 cm
- 8 buah cabai rawit merah, iris serong tipis
- 5 buah cabai rawit hijau, iris serong tipis
- 250 gram leunca atau ranti yang masih muda, tandanya ketika buah dipencet masih cukup empuk.
- 100 gram daun melinjo, buang tangkainya yang keras, cuci bersih dan rajang kasar
- 1 papan petai, kupas dan potong bijinya sesuai selera
- 5 buah tempe gembus ukuran 10 x 5 cm, potong kubus ukuran 2 x 2 cm
- 200 gram ikan teri, goreng hingga matang (bisa menggunakan semua jenis ikan teri, jika menggunakan teri medan yang asin kurangi takaran garam di resep)
Bumbu lainnya:
- 3 cm lengkuas, memarkan
- 2 cm jahe, memarkan
- 3 lembar daun salam
- 2 sendok makan saus tiram
- 2 sendok makan kecap manis
- 2 sendok teh garam
- 2 sendok teh terasi dihaluskan
- 2 sendok makan gula Jawa, sisir halus atau gula palem bubuk
- 1 sendok makan air asam Jawa
- 100 ml air
Cara Membuat :
Siapkan semua bahan. Goreng teri hingga matang, sisihkan.
Siapkan wajan, panaskan minyak hingga benar-benar panas. Tumis bawang putih dan bawang merah hingga harum dan berubah menjadi transparan. Masukkan cabai hijau, cabai rawit lengkuas, jahe, daun salam, aduk rata dan tumis hingga bumbu harum dan cabai layu.
Tambahkan saus tiram, kecap manis, terasi, gula, garam dan air asam, aduk rata, masak selama beberapa detik saja. Tuangkan leunca, aduk rata dan masak hingga leunca menjadi setengah matang. Masukkan daun melinjo, tumis hingga layu dan menyusut.
Tambahkan air, aduk rata. Masukkan tempe gembus, aduk rata dan masak dengan api kecil sambil masakan diaduk-aduk hingga semua bahan matang. Cicipi rasanya, tambahkan teri goreng, aduk hingga rata dan sajikan dengan nasi hangat. Super yummy!
Wahhh..lha ini yang bikin nambah nasi lagi dan lagi mbak Endang..😄😁😝
BalasHapusbetulllll, bisa berpiring2 huaaaa
HapusMakanan Indonesia emang bikin nagih yahh
BalasHapusyep, rasanya gak ada duanya dan gak bosan juga hehehhe
HapusSedapnyeeeeuuu...kebetulan d kebun samping rmh banyak daun melinjo muda tinggal petik aj.Haturnuhun mba endang resepnya...
BalasHapusHai Mba Keisya, thanks sharingnya ya, senang sekali resep JTT disuka. Sukses selalu yaaaa ^_^
HapusMba Endaaannnggg sejak mengenal resepmu aku jd tambaah doyan makan (emang maruk sebenernya) ga bosen sm masakan ibu yg itu lagi itu lagi, skrg klo mau masak tinggal bilang aja mau masak ini trus belanja n masak bareng deh, laku keras lauk pauk dr resep Jtt ini mba. Udah beberapa resep yg aku ikutin. Semoga mba trus mendapatkan inspirasi untuk bikin resep2 baru ya mba.
BalasHapusHahahah, kalau masak sendiri memang bikin makan jadi banyak, tobat daaah. Thanks sharingnya mba Ariana, senang sekali resep JTT disuka. Sukses selalu yaaaa ^_^
HapusOya mba saya ada pertanyaan tp oot ya, kan Titan Bakery melayani online shop, mba pernah coba belanja online di Titan ga? Klo prnh bagaimana pelayanannya? Responnya cepet ga? Aku rencana mau belanja online jg mba, krn ga ada waktu n ga ada yg nganter buat ke TKP nya. Maaf ya mba banyak tanya. Makasih sebelumnya.
BalasHapusSaya belum pernah belanja onlen di Titan, tetapi teman saya sering pesan onlen dan diambil sama Gojek belanjaannya. Responnya oke ya. mereka ada operator yang khusus ditaruh buat handle onlen.
HapusLeunca = kesukaan, daun melinjo = favorit, tempe gembus = kegemaran, ikan teri = gak ada duanya, cabe = tak tergantikan...
BalasHapusWah koloborasi spektakuler ini masakan mbak endang....
Sip markusip ini pasti sampe ngeces bayangin leunca, saking ngefans sama leunca bisa saya ngabisin nasi sebakul cm dgn leunca yg digoreng bumbu cm garam. Hahahaha makasih resep mak nyusnya mba endang.....
Wakakkaka, samaa! Saya suka banget makanya diceburin semua jadi satu wajan mba. Makannya bs berpiring2 hehhehe.
HapusThanks sharingnya yaa Mba.
mbak endang, kalo gak ada leunca bisa diganti sama apa ya? soalnya gak umum ditempat saya. trus itu tempe gembusnya sebelum di mix semua gak digoreng dulu kah. apa mentah gtu aja mbak?
BalasHapusSkip saja ya leuncanya, karena sulit mencari penggantinya ya. Tempe gembusnya tdak saya goreng karena menyerap banyak minyak ya.
Hapusmbak endang, ow memang leunca itu agak pahit ya.., jd inget dulu pernah nyoba resep tumis tempe+leunca dr tabloid saji, tp pas dicicipi kok pahit. Krna takut terjadi sesuatu maka tumisan sewajan berakhir di tempat sampah he..he..
BalasHapusHi Mba Mieke, yep memang terasa seidkit getir2 begitu ya, semakin tua semakin getir. Tapi getir2 itu yang membuat leunca sedap wakakka
HapusG nyangka mbak endang doyan leunca juga, saya kira cuma org jawa barat yg suka leunca... Resepnya hrs segera dieksekusi nih, biasanya saya kalo masak teri tempe itu kolaborasinya sama pare... Ternyata dengan leunca keliatannya maknyusss juga. Trims resepnya mbak...
BalasHapusHai Mba Nur, thanks sharingnya ya, senang sekali resep JTT disuka. Sya suka semua sayuran wakkak, gak peduli yang aneh2 juga hehhehe.
HapusSukses selalu yaaaa ^_^
Leunca itu beda sama ketokak ya, Mbak? dulu di samping rumah Semarang tumbuh pohon ketokak, saya sering masak buat bothok atau oblok oblok ( nama kerennya apa ya?), dan pas pindah kesini ( Cikarang), nemunya leunca, tapi ternyata beda sama ketokak rasanya, buahnya juga lebih kecil, pernah coba dibothok rasanya aneh.kata tetangga yang rata rata orang sunda, leunca biasa buat lalap atau ditumis pakai oncom dengan cabe banyak.Memang kalau pohon leunca itu kayak apa ya, Mbak? masih saudaraan gak sama ketokak?
BalasHapusBtw, wah Mbak Endang sama kayak Mama mertua, bisa tahan dengan satu jenis masakan dalam waktu lama, Mama tuh juga sama, kalau masak umurnya panjang, satu menu sehari habis itu udh pendek umurnya, tapi kok beda sama anaknya ya? Suami saya malah kebalikan mertua, setidaknya paling panjang umur makanan atau lauk ya dua kali makan, kalau mau dimunculkan lagi, harus nunggu siklus setidaknya seminggu. Padahal pinginnya kalau perlu masak mung dua hari sekali hehehe...
hai mba inge, beda ya mba. Takokak lebih besar2 ukurannya, keras dan kasar selain itu aroma takokak lebih langu. Kalau di jawa timur dulu Ibu saya juga sering masak takokak, tapi menurut saya lebih enak leunca ya, leunca lebih lunak, empuk dan tidak terlalu langu. memang di jawa leunca susah ditemukan. Pohonnya hampir sama ya, seperti pohon terung, tetapi tinggi dan kekar. Takokak buahnya lebih besar dibanding leunca.
HapusAku sering masak ini juga mba endang, tp klo aku ga pake daun melinjo krna jarang ada disni. Tpi aku pakein daun kemangi jd sedep mba endang. Oiya mba endang udh pernah coba ayam rica daun melinjo + kemangi dengan tumisan sambal super pedas yg dicampur dengan ayamnya, enak bngt deh mba endang. Sukses terus ya mba. Ayu
BalasHapusHari ini nyoba resep ini... waduuuh, banyak ngabisin nasi ya mbaak, kebetulan ada temen2 datang, pada bungkus semuaaa... mbak asisten juga pulangnya bungkus...wkwkwkwk... endeees bgt mbak
BalasHapusHahhha, iya ini resep saya sukaaa banget, saya suka bikin bnyak sekalian,masuk ke tupperware bs sampai 1 minggu di chiller mba, dimakan pakai oatmeal di kantor hehhehe. thanks sharingnya yaa
HapusLeunca nya diganti takokak bisa gak mbak?
BalasHapusbisa ya mba, asalkan masih muda, tdk apa2
HapusMba Endang, di rumah ibu saya ada pohon leunca. Karena kesibukan, ibu lupa memanen padahal sudah berbuah banyak sampai akhirnya leunca udah pada ungu semua (gak ijo lagi), itu masih bisa dimakan gak ya? Atau udah makin tinggi kandungan racunnya? Saya pernah coba gigit satu rasa pahitnya udah gak ada, beda dgn yg masih muda sih. Makasih mba :)
BalasHapushai mba, selama leunca tersebut dari kultivar/jenis yang aman dikonsumsi dan tidak pernah menimbulkan racun sih oke2 saja mba. Yang beracun umumnya yang tumbuh liar dan tidak jelas asalnya ya
HapusMba itu ikan terinya asin/ga?
BalasHapusasin dan tawar tidak masalah, saya pakai kedua jenis tergantung yang tersedia saat itu saja mba.
Hapus