Tokyo Disneyland |
"Pakai koper Mama saja, ngapain beli koper baru. Mending uangnya dipakai buat beli oleh-oleh di Jepang." Saran adik saya, Wiwin, tersebut langsung saya iyakan dengan semangat. Saya memang tergolong 'pelit' jika berurusan dengan membeli koper baru, bahkan ketika ke Eropa dua tahun lalu saya meminjam koper Wiwin hingga benda tersebut kini rusak berat dan tidak bisa digunakan. Hati ini (kocek ini tepatnya!) begitu berat mengeluarkan uang sejuta atau dua juta rupiah untuk sebuah koper yang menurut saya hampir sepanjang tahun hidupnya melewatkan waktu dengan tergolek di atas lemari berdebu. Koper milik Ibu saya yang kebetulan ditinggal di Jakarta adalah sebuah koper tua yang walau masih terlihat kokoh namun kuncinya telah rusak sehingga harus menggunakan gembok ekstra untuk membuatnya aman. Saya tidak terlalu memusingkan bentuk dan warnanya yang tidak keruan, yang penting benda ini bisa membawa semua pakaian dan perlengkapan dengan baik.
Beraksi narsis di depan booth makanan di Toei Kyoto Studio Park di Kyoto ^_^ |
Ketika tiba di Batam, kakak saya, Wulan, melotot melihat koper yang saya bawa. "Tobat kopermu! Kuat nggak itu sampai Jepang? Ntar kita ke mall dulu saja cari koper yang layak," nada suaranya yang penuh keraguan membuat rasa percaya diri saya menjadi kempis. Akhirnya kami putuskan untuk hunting koper dulu di beberapa mall di Batam. Namun walau sudah menemukan koper bagus seharga 900 ribu rupiah di Ace Hardware, Nagoya Hill, tetap saja hati ini berat untuk mengeluarkan kartu ATM. Akhirnya dengan tekad bulat, di bawah tatapan ragu Wulan, saya putuskan tetap menggunakan koper semula.
"Mau koper beranak nggak? Kalau kopermu masih muat, kita masukkan saja satu koper kecil di dalam. Jadi nanti ketika pulang kita bawa 3 koper. Lumayan satu koper kecil tambahan untuk oleh-oleh" Ide cemerlang Wulan langsung saya iyakan dengan antusias. Bahkan dengan tambahan sebuah koper kecil di dalam, koper besar tersebut masih bisa saya handle.
Masih ada beberapa pohon yang berbunga diantara ranting-ranting gundul |
Dengan sebuah ferry dan diantar oleh Mas Moko, kakak ipar saya yang tidak ikut serta karena sibuk dengan pekerjaannya, kami pun pergi ke Singapura. Perjalanan so far cukup aman terkendali. Semangat saya masih membumbung tinggi walau sempat mengalami kejadian menyebalkan ketika bertemu dengan petugas imigrasi Singapura yang terkenal super 'jutek' dan umumnya memandang warga negara Indonesia sebagai warga kelas tiga. Dengan bahasa Inggris Sing yang cukup sulit dideteksi oleh telinga saya si petugas merepet, mengoceh dengan muka kesal sambil menunjuk-nunjuk satu kolom yang masih kosong di kartu kedatangan Singapura saya. "So do you understand? Do you understand"?! Oalah Bu, Bu, urusan sepele begitu saja sampai melotot-lotot, gumam saya dalam hati tapi tentu saja bibir saya tetap menjawab, "Yes, sure."
Entah si petugas galak ini 'ngomong' apa, yang penting saya bisa segera lewat gate dan semoga ini menjadi pertemuan kita yang pertama dan terakhir, doa saya khusyuk. Betapa berbedanya sikap petugas imigrasi Singapura ini dengan petugas imigrasi di bandara Haneda Jepang yang ramah dan helpful. Bahkan petugas imigrasi di Haneda sempat tertawa 'ngakak' tatkala melihat saya tersenyum di depan kamera saat diminta mengambil foto.
Mengapa di Jepang... Tomat dan strawberry terlihat lebih merah dan terasa lebih manis....? |
Dan aneka sayuran terlihat lebih segar dan hijau....? |
Kami tiba di bandara Changi, Singapura, tiga jam lebih awal, dan sialnya konter Japan Airlines belum dibuka sehingga tidak bisa melakukan check in. Terpaksa kami bertiga berkeliaran di bandara bersama dua buah koper besar, dua buah tas berat di punggung masing-masing, dan sebuah stroller milik Ellan yang walau bisa dilipat ringkas namun lumayan bikin 'gempor' ketika harus ditenteng berjam-jam lamanya. Perut lapar menuntun kami naik ke lantai dua bandara tempat sebuah resto fast food McDonald berada. Semua masih aman, nyaman, hingga tiba-tiba kakak saya menepuk bahu saya kuat-kuat sambil setengah berteriak, "Aduh Ndang, bantalan roda kopermu jebol"! Hah?! Saya langsung menghentikan langkah dan mengeceknya. Dua buah roda belakang koper yang memang bekerja lebih berat dibanding dua rekan didepannya, tampak mulai lepas dari badan koper. Apalagi dengan beban yang berat membuat kerangka roda yang sudah agak lepas itu mendapat tekanan lebih berat dan mencuat keluar. Ketika roda tersebut saya goyang-goyangkan maka bantalannya menganga lebar selebar mulut saya yang menganga takjub.
Antrian panjang ini terjadi di depan sebuah resto 'gorengan' di Nakamise Street, Asakusa^_^ |
"Waduh, gubrak, tobat! Gimana nih"?! Tanya saya panik ke Wulan yang saat itu sedang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. "Kita mesti beli koper, masa baru di awal perjalanan roda koper sudah somplak begini? Bagaimana bisa diajak jalan di Jepang"? Walau saya mengusulkannya dengan antusias namun sebenarnya saya miris juga membayangkan betapa mahalnya harga koper di Changi Airport walau sudah dihajar diskon 70% sekalipun. "Nanti saja belinya di Tokyo, mungkin lebih murah dan banyak sale. Kita makan dulu saja sambil cari ide bagaimana supaya koper itu bertahan sampai Jepang." Kami pun duduk dan memesan fish fillet burger serta seporsi chicken nugget untuk Ellan. Namun walau french fries McDonald di bandara Singapura terasa lebih lezat dibandingkan di Jakarta, tetap saja saya sulit menikmatinya. Hati saya penuh rasa sesal mengapa tidak membeli koper di Ace Hardware dan kepala saya penuh dengan bayangan-bayangan mengerikan bagaimana jika roda koper itu benar-benar terlepas setiba kami di Jepang? Apa kata dunia!?
Namun ada keindahan tersendiri di balik ranting gundul tanpa daun di Odaiba .... |
"Nanti dari bandara Haneda kita harus naik kereta lagi ke stasiun di dekat hotel, dari stasiun kita berjalan kaki sekitar 500 meter menuju hotel," penjelasan Wulan tersebut tidak membantu meredakan stress saya tetapi justru menambah bayangan yang membuat perut mendadak mulas. "Masa kita harus panggul koper itu di punggung sepanjang jalan? Atau kita seret saja? Tapi beratnya tobat bo! Pakai roda saja dia berat apalagi tanpa roda," dan kami berdua terbahak-bahak bagaikan dua orang gila yang hidup tanpa beban. Akhirnya untuk menenangkan hati yang gundah kami pun memutuskan untuk mengecek kekuatan rodanya. Di sebuah lorong lantai dua bandara Changi yang relatif sepi dari orang yang berlalu-lalang duduklah saya 'lesehan' di lantai, membongkar koper besar dan mengeluarkan koper kecil yang tersimpan di dalamnya. Musnah sudah rencana dan harapan koper tersebut baru akan beranak ketika kami akan kembali di Indonesia, karena ternyata baru berangkat saja anaknya sudah harus dikeluarkan.
Struggling! |
Beberapa orang Western yang melewati base camp kami tampak memandang dengan tatapan heran dan confused, membuat urat malu saya yang tadinya tertekan karena kondisi darurat perlahan terlepas. Terpaksa berkali-kali koper saya tutup dengan muka merah menahan malu ketika melihat orang akan berlalu-lalang di lorong tersebut. Ellan yang terheran-heran dengan tingkah-laku dua orang dewasa ini berulangkali berkomentar, "Kenapa koper kecilnya keluar? Buat Ellan ya koper kecilnya"? Mama-nya pun berulangkali berkata sambil mendorong tubuh mungil anaknya, "Sudah Ellan minggir dulu."
Solusi kami akhirnya, semua barang berat masuk ke koper kecil dan sebagian ke koper kakak saya. Sementara barang-barang ringan termasuk persiapan logistik kami selama di Jepang berupa 2 kilo rendang, 1 paket daging yang diungkep, abon, aneka saus sambal dan kecap, aneka kopi dan minuman sachet, Indomie dalam cup tetap stay di koper semula. Wokeh, saya melihat anda mendelik membaca perlengkapan logistik yang saya tulis diatas, tetapi percayalah, swear, mereka sangat berguna ketika kami di Jepang selama 9 hari. ^_^
Chocolate Factory Park, Sapporo |
Sebagai langkah pamungkas untuk membuat hati ini yakin dan memastikan roda koper bersedia bekerja sama, saya pun lantas mengikatkan sebuah syal putih panjang dari wool yang kebetulan dibawa juga. Syal tersebut untungnya bersedia melar hingga panjang yang kami butuhkan, melingkari badan koper yang gendut dan mampu menahan roda koper hingga kami tiba di hotel di Tokyo. Agar tampilan koper tidak memalukan, kakak saya yang membawa cover koper dari kain lantas menyelubungi koper tersebut sehingga syal yang terikat disana tidak tampak. "Kopermu baru sampai di bandara Changi saja udah mengalami winter Ndang, kedinginan. Apalagi sampai di Jepang," dan kami terpingkal-pingkal hingga perut terasa sakit karena kram. Dengan sebuah koper besar cacat, sebuah koper besar lainnya, sebuah koper kecil, dua buah tas punggung dan sebuah stroller lipat, berangkatlah kami ke konter JAL untuk melakukan check in sambil hati ini berdoa khusyuk semoga roda koper tersebut masih berada di tempatnya ketika kami melakukan klaim bagasi di Haneda Airport. ^_^
Nah bagi anda yang sudah tidak sabar menantikan cerita saya yang sebenarnya tentang kota-kota di Jepang yang saya kunjungi, jangan khawatir cerita tersebut akan saya mulai di Just Try & Taste di Jepang Part 3 - Tokyo 1. Ciao!
wahhh seru banget... Selamat Liburan Mba Endang..
BalasHapusThanks Mba Kristiana ^_^
Hapusmbaaaaa bikin penasaran iiih ceritanya. seru banget yaaaa.. kalo mba Endang yang cerita kayaknya adaaaa aja problem selama perjalanan. wahaha. tapi untungnya semua under control ya mba 😄 ditunggu mba part 3 cerita travellingnya ke jepang. btw, mba Endang ke Jepang cuma sama Mba Wulan dan Ellan aja?
BalasHapusHalo Mba Farah, yep kami pergi bertiga saja mba. Saya, kakak dan Ellan, keponakan saya hehhehe. Sebenarnya gak akan ada trouble kalau saya ga super medhit beli koper wakkkaka
Hapusternyata mba endang cantik bangett deh..., aku tuh fans beratmu loh mba...
BalasHapusthanks ya Mba Dewi sudah meyukai JTT. Sukses selalu yaaa
HapusWuuuaaahhh... Keren, lucu, heboh, dan asiikkk, selamat jalan2 mbk Endang, mau dong oleh2nya :-) ngarep.com hehe
BalasHapusThanks ya Mba Indah, oleh2nya cerita yaaa hehehhe
HapusWaduh mbak saya sampai ngakak bacanya....ditgg part 3 nya
BalasHapusThanks Mba Nani, sedang disusun part selanjutnya hehehheh
HapusGa sabar, pengen denger ceritanyaa.....
BalasHapusthanks Mba Surani, ditunggu saja yaa
Hapusbuahahahhahaha ngakak baca nya pengalaman yang tak kan terlupakan ttep semangat
BalasHapusthanks yaaa, heheheh yep jadi pengalaman sepanjang umur hehehehe
Hapuswah mba aku bacanya aja ketawa, apalagi mba yg ngalamin.. hehehe
BalasHapusbtw mba bawa rendang ke jepang, di simpan dalam wadah seprti apa ya spy awet gtu? apa ga basi pas di jepang? krn slama di perjalanan kan di dalam koper trus.
thanks Mba Raisa, ^_^
Hapusyep, saya bawa rendang, saya masak sampai kering tidak berkuah Mba, dan ternyata tahan selama perjalanan, di jepang saya msukkan ke kulkas, hehhehhe
Alamaaak mbak Endang..ne mata uda kadung melototin ne cerita hikz...penasaran jadinya...
BalasHapuswkakakakka, ditunggu saja ya Mba Fetty ^_^
HapusWaduh mbk,,, bikin penasaran trus nih.. by the way mbk endang cocok jg loh jadi penulis.. pinter ngrangkai kalimat.. coba deh mbk pengalamannya selama travelling dibukukan pasti tambah asyik nih bacanya.. hehe
BalasHapusIka
Thanks ya Mba Ika, senang sekali ceritanya disuka, pengalaman trvelling saya banyak yang memalukan dan heboh seperti diats wakkakak agak sungkan mau di ekspose ^_^
HapusHahaha...ngakak bacanya mbak, tapi asli seru banget. Mba Endang memang top deh, baca artikel ini serasa baca penggalan novel. Ditunggu cerita selanjutnya ya mba, tks utk postingannya.
BalasHapus~Sri Han~
Thanks ya Mb Sri Han, senang sekali ceritanya bisa menghibur hehhehe. Sukses yaaa
HapusMba endang...berbakat bgt deh nulis..ak kalo baca ceritanya selalu merasa ikut masuk ngeliat kejadian yg dialami mba endang hahahaha
BalasHapusThanks mba Febri, senang ceritanya disuka ^_^
Hapusceritanya amat sangat menghibur loh mba endang...sampe ketawa2 sendiri didepan komputer. Jd ga sabar mo baca part 3 :D
BalasHapushahahha, wah saya ikutan senang cerita bisa menghibur, thanks yaa
HapusWkwkwk..... terimakasih untik pengalamannya... nasehat buat saya untuk jangan terlalu pelit. kalo emang penting ya hrs beli yg bagus ..syukur syukyr diskon.. .. tak tunggu part 3 mb....
BalasHapuswakakka, iyaaa betullll, secara koper super penting, kok ya saya masih pelita hati mengeluarkan uang buat beli hahahahha
HapusHahahaa..seru bacanya mbak,berasa ikutan mules 😂 wah perbekalannya lengkap juga ya mbak. Ditunggu part 3 nya ya mbak...
BalasHapusthanks Mba Dave, yep perbekalan kita ini memperlihatkan manusia2 yang takut kelaparan banget wkakakkaka
Hapusstress,lucu, gemesh hehehehe... keren
BalasHapusThanks Mba Yulia, senang ceritanya disuka ^_^
HapusAku bacanya ngakak lebar lebar mba, klo aku jadi mba endang udah stress banget dan gak berhenti berhenti menyesali enggak beli koper di ACE Hardware Indonesia. Terus klo aku jadi Mba Wulan, mba endang udah aku jitak, hahahahaha.....
BalasHapusHahhhah, iyaaaa, kakak saya sepertinya sih udah mau cekik saya hidup2 wakakkak.
HapusBener bener bikin mendelik mbak logistiknya. Sama ngiler lihat strawberry. Pengen comot. Hehe
BalasHapusHahahha, iyaa, tapi ini membuat cost kami disana bs mengirit hehehehe. Strawberrynya manissss
Hapusngakak bacanya mbak..serruu.. :)
BalasHapusthanks mba Dwi, senang ceritanya disuka hahhhhahaha
HapusTertarik sama logistiknya itu, mbak Endang. Terutama rendang dan daging ungkepnya, bisa awet berapa hari, mbak?
BalasHapusLiza
Rendangnya saya masak sampai kering mba, sampai hotel masuk ke kulkas, tahan sampai kami bawa pulang lagi sebagian wakkakaa
HapusSalam kenal mbak, aku Della. Sumpah baca part.2 nya dikantor sampe ngakak sendiri (kebawa suasana) sampe ditengok teman2 wkwkwkwk...
BalasHapusDitunggu part 3 nya mbak endang :)
Salam kenal Mba Della, thanks sharingnya ya, senang sekali ceritanya bs menghibur, semoga Boss gak dengar lagi cekikian yaaa hehheheh
HapusMbaa endaaang... knp ya tiap komentarku mba balesin itu rasanyaa sueneeeng bgd.. kyk dibls sm artis idola...hhhee...udh gtu selama 2 mggu mba ga posting kyknya merasa kehilangan bgd gtu (hhe sok sweet bgd yaaa).aduh mba endang ini bener2 idolanya para mahmud (mamah muda) deh pokoknya...andai mba bikin endang fans club , mgkin bakalan byk yg ikut gabung kali yaaa..yuhhuuu
BalasHapusHalo Mba Shoffwa, waaak sya jadi besar kepala nih, hidung saya yang segede terong makin jadi segede labu parang hehehhe. Thanks ya, senang JTT disuka. Sukses selalu buat Mba dan keluarga ya ^_^
HapusSaya Arin, semarang, salam kenal mbak. Wuaa mbak endang cantik.. Kirain selalu elegan gitu ee ternyata kocak juga. Bisa bayangin hebohnya. Saya jg pernah pertama keluar negeri bawaannya pating printil dan norak, bawaan bekal segubrak. Tapi seruuu ya kan mbak! Ditunggu bagian selanjutnyaa ��
BalasHapusHai Mba Arin, salam kenal juga ya Mba. Elegan? Awww thanks Mba, tapi jauh dari itu hahhaha, saya super tomboy, kaku dan clumsy hiiks. Ada gunanya juga membawa rendang 2 kg, ngirit hehheheh
HapusBwhahahaha... Koper aja pake syal ama jaket tebel.. Gimana orangnya... Wkwkwk.. Btw, Mba Endang cantik bangeeett... Kereeenn..
BalasHapusWakaakk betul Mba Joyce, bs dibayangkan orangnya pakai baju berapa lapis sampai sesak buanget rasanya huahahhah. Thanks yaa
HapusWkwkwkwkw....
BalasHapusSeru habis bacanya.
Ditunggu part 3 secepatnya mbak, penasaran.com
Sy bbrp kali bekalin rendang resep mbak endang ke bbrp temen yg bekerja di jepang, bener2 menolong mrk saat kangen makanan indo. Pokoke blog mbak endang TOP....(imel)
Thanks Mba Imel, part 3 nya sedang diperjuangkan wakkka, saya seling dulu dengan resep yaa, soalnya kalau sudah melibatkan lokasi, obyek wisata dll, kudu riset dulu hehehhe.
HapusSeriusan itu logistiknya segitu banyak mbak? Ngga cuma bikin mendelik, tapi juga bikin nganga baca listnya :)))
BalasHapushahhahah, itu belum semua mba, masih ada sambal pecel 2 bungkus, 2 bungkus sambal goreng kentang kering daaaan 1 bungkus teri goreng wakakkakk
HapusAaah mba, aku jg sebel sama petugas imigrasinya, kirain aku aja yg ngrasa gitu. Sampek rela2 tampil modis di bandara cm biar petugas imigrasinya nggak jutek.hahahaha ditunggu kelanjutannya ya mba
BalasHapusPetugas Imigrasi dan hal2 lain di singapur memang terkenal jutek bin judessss. pernah juga kena semprot supir taksi, tobat daaah. Beda banget sama orang2 Jepang.
Hapusmbak Endaang saya g bs tidur niih. penasaran sama kelanjutan crita mbak Endang. hehehe..
BalasHapuswakakkaka, saya gak bisa tidur juga berjuang merangkai kata untuk bercerita hehhehe. Thanks yaaa
HapusCeritanya khas mb Endang, kocak, dan apa adanya. Foto2nya indah pula. Kelanjutan ceritanya ditunggu ...
BalasHapusSisca - Surabaya
Halo Mba Sisca, thanks ya Mb, yep part 3 sedang diusahakan hehehhe
HapusMba..mba lucu banget ceritanya, sy cengengesan sendiri dpn computer bacanya, serasa ikutan ngalamin, ternyata mba Endang orgnya ga jaim ya...makin seneng sama orngnya... sama resepnya....
BalasHapushalo Mama Farhan, wah makasih Mba sudah menyukai cerita konyol diatas wakkaka, dalam kondisi darurat terpaksa jaim disingkirkan dulu wakakkak
HapusKocak banget ceritanya...😆😆😆 saya beberapa kali ketawa ketiwi sendiri baca ini loh mba Endang...
BalasHapusDitunggu ceritanya sampe hari ke 9 dan bagaimana kinerja rendang dua kilonya itu berhasil mengenyangkan perut..
halo Mba Aldila, thanks ya sudah menyukai ceritanya, sedang berusaha menulis kembali, setelah vakum lamaaaa, rada2 gak mood nulis akhir2 ini wakakka. Thanks yaa
HapusHai Mba Endang, beberapa x saya tertawa lucu ngakak sendiri baca tulisan Mba diatas. Kita dibawa dlm suasana Mba endang sama kakaknya itu. Gaya bahasa mba endang memang boleh. Rupanya yg buat berat koper itu banyak bekal logistik toh? Td diawal2 sempat mikir koq berat itu kenapa, apa aja sih yg dibawain? Ternyata itu.. Ok Mba, sukses sllu utkmu ya...
BalasHapushai mba dewi, iya, bekal logistik kita udah kaya persiapan mau mengungsi banjir sebulan mba hehehhe. Tapi bisa mengirit bnyak disana, makanan di jepang mahal bnget heheheh
HapusMengapa tomat dan stroberi di jepang lebih merah dan manis..??
BalasHapusKarena harganya mahal.. *nebak hehe
Rinty
wakak, iya sedikit mahal, tapi sebenarnya gak terlalu mahal juga, hanya beda rasanya jauh banget hehehhe
Hapusmbak Endang, fotoin kopernya atuh hihihii....jadi penasaran sama si koper.. bener, sikon ky gitu bisa bikin perut mules :) soalnya pernah ngalamin, habis trip, mau balik ke Jkt - ehh kopernya bermasalah rodanya dan handlenya, ga bisa naik turun.. untung masih bisa selamat, ga brodol selama perjalanan hehehe....
BalasHapushai mba maria, wakakak kopernya sudah pensiun, sya tinggal di batam, nggak tahu diapain sama kakak saya, di jepang saya beli koper baru dan harganya lebih mahal dibanding batam, haduuuh nyesel banget wakkaka
Hapusfotonya bagus2,mba Endang fresh bgt,saya jg heran knp rasa buah ama sayuran disini manis,di tipi sering ada siaran cara nanem mba' Endang,ampe mereka mati2an cari cara tanpa obat2an pengalaman mereka di dokumentasikan,tp gak nyesel kan walopun harganya agak mahal^^
BalasHapusbetul sekali mba, saya bahkan nyesel kenapa gak beli banyak striberinya wakkaka, soalnya bener2 mantap, orang Jepang memang serius tingkat tinggi kalau mengerjakan sesuatu yaaa. thanks sharingnya mba ^_^
Hapus