|
Kyoto Railway Station |
Kami tiba di Haneda International Airport di Tokyo yang nyaman, setelah melewati proses imigrasi yang cepat dan menyenangkan, jauh berbeda dengan pengalaman ketika melewati petugas imigrasi di Singapura sebelumnya. Mata saya yang sepat dan mengantuk karena tidak bisa memejamkan mata sedikitpun selama di pesawat menjadi terbuka lebar, dan hati ini sedikit berdebar menantikan petualangan selanjutnya di negara Matahari Terbit ini. Berbeda dengan kakak saya, Wulan, dan putranya, Ellan, yang mampu tidur dengan nyenyak dan so peaceful diperjalanan maka saya memang selalu mengalami kendala susah tidur di tempat yang asing. Walau saya sangat menyukai traveling namun bagian melakukan perjalanan jauh dan susah beristirahat seperti ini selalu menjadi hal yang paling menyebalkan ketika hendak memulai suatu acara jalan-jalan.
|
Chocolate Factory Park di Sapporo |
Perut yang keroncongan dan tuntutan seorang bocah cilik yang harus makan tepat waktu, membuat kami memutuskan untuk mengisi perut dulu di sebuah kafe bernama Cafe and Diner Pista di Haneda Airport. Disebutkan bahwa mereka tidak menggunakan pork dan sejenisnya di masakan yang dijual namun kemungkinan masih menggunakan lard (sejenis lemak beku dari minyak babi). Jadi makanan yang 'aman' di menu bagi kami hanyalah sepiring roti panggang dengan selai strawberry dan dua buah telur rebus yang dipesan untuk sarapan Ellan, sementara saya dan kakak menyantap sandwich isi tuna yang kami dapat di penerbangan. Segelas kopi panas menyiram mulut yang terasa asam dan saya pun merasa fresh kembali. " Disini ada shower room yang bisa kita sewa beberapa menit untuk mandi dan berganti pakaian. Mau dicoba"? Tawar kakak saya. Kebetulan shower room yang dimaksud Wulan tersebut terletak tidak jauh dari kafe. Saya yang sudah tidak sabar untuk mengganti pakaian yang terasa lepek dan berbau karena telah dipakai seharian kontan menyambut dengan suka cita.
|
Jalanan menuju ke Arashiyama Bridge |
Tiga puluh menit pertama menggunakan shower room (masing-masing ruangan hanya boleh diisi dengan satu orang saja!) dibandrol dengan harga 1200 yen atau sekitar 140 ribu rupiah dengan kurs 1 yen = 116 rupiah. Lima belas menit berikutnya dikenakan biaya tambahan 500 yen. Walau cukup mahal hanya untuk sekedar mandi namun fasilitas shower room yang seperti hotel berbintang empat memang super menyenangkan, plus dengan air hangat yang menyiram kencang membuat semua penat dan gerah terguyur habis bersama air yang mengalir. Tak ingin dihajar tambahan biaya 500 yen, terpaksa saya tidak bisa berlama-lama menikmatinya apalagi mengingat persiapan baju berlapis-lapis yang harus dikenakan. Nah di bandara Haneda inilah kami mulai mengenakan long john, sweater dan aneka persiapan menghadapi suhu dingin lainnya yang saya ceritakan di Just Try & Taste di Jepang - Part 1: Persiapan.
|
Jalanan di Kyoto |
Mengingat kami tiba di Haneda di pukul enam pagi sedangkan umumnya hotel di Jepang baru bisa dilakukan check in ketika pukul dua siang maka kami sedikit berlama-lama di airport. Waktu yang lumayan panjang itu dipakai kakak saya untuk mengambil seperangkat wifi portable di lantai tiga airport dan membeli tiket kereta sebagai persiapan petualangan hari itu. Walau internet selalu tersedia di airport dan hotel namun tidak semua tempat publik memiliki fasilitas ini. Padahal internet sangat diperlukan ketika sewaktu-waktu kami perlu ber-googling ria mencari keterangan suatu tempat atau sekedar membuka peta dan schedule JR Line (Japan Railways), subway dan Shinkansen.
Portable wifi atau pocket wifi ini berbentuk seperti sebuah pager atau handphone jadul kecil bersama sebuah charger yang praktis untuk diselipkan ke dalam tas dan memiliki kemampuan untuk digunakan hingga lima buah devices. Sebagaimana kecepatan internet di Haneda Airport yang mantap maka kecepatan internet portable wifi ini pun sangat fantastis. Saya bahkan masih bisa ber-WA ria bersama adik saya, Wiwin, kala bom Thamrin terjadi dan berselancar ria di internet mencari berita perkembangan kejadian tersebut di tengah-tengah badai salju di Otaru.
|
Interior dalam di Shinkansen |
Pocket wifi ini bisa juga disewa di Jakarta, dua tour agency yang setahu saya menyediakannya adalah Jalan Tour dan HIS Tour. Kedua agency ini memang terkenal menyediakan fasilitas tour ke negara Jepang. Sayangnya ketika waktu itu saya hendak menyewanya, semua pocket wifi mereka sedang keluar dan baru kembali di pertengahan Januari. Biaya sewanya berkisar di 75 ribu rupiah per hari dengan deposit sebesar 1 juta rupiah. Untungnya di Haneda Airport kita bisa mendapatkannya, banyak website yang menawarkan jasa penyewaan namun kakak saya sebelum berangkat ke Jepang telah memesannya melalui website globaladvancecomm, jadi ketika tiba di Airport kami tinggal mengambil barangnya (denah lokasi pengambilan telah diberikan di website). Kami menggunakan spec yang biasa, standard wifi dengan kecepatan 75Mbps selama 9 hari di Jepang, namun dengan spec standard saja terbukti sangat cepat dan bertahan di bawah hajaran salju di Sapporo. ^_^
Proses pembayaran melalui credit card, tanpa deposit sama sekali tetapi kemungkinan kartu kredit kita akan di open hingga barang kembali ke mereka dengan selamat saat masa pakai telah berakhir. Bagaimana jika barang mengalami kerusakan? Kita akan dikenakan denda sebanyak 20 ribu yen. Untuk mengembalikan peralatan ini pun super mudah. Pihak penyedia jasa telah membekali kita dengan sebuah amplop berserta alamat yang tertera disana, kita cukup memasukkan portable wifi kedalamnya dan meletakkannya di kotak pos di bandara. Simple dan tanpa biaya pengiriman.
|
Mochi green tea isi pasta kacang merah di Toei Studio Park di Kyoto |
Berpergian dengan seorang cerdas dan penuh perencanaan seperti Wulan memang sangat menyenangkan. Semua info sudah didapatkan dan disimpan aman di dalam handphone dan tab, semua itinerary perjalanan sudah di print out rapi, dan dengan otak yang brilliant seperti komputer maka informasi apapun seakan terekam dengan mudah di kepala kakak saya tersebut. Berbeda dengan saya yang sering melakukan action tanpa perencanaan, pontang-panting ketika sudah tercebur ke dalam situasi yang tidak menguntungkan, mengandalkan insting saat bertemu kondisi yang kepepet, susah mengingat arah/jalan dan bad di geografi, maka tak heran selama 9 hari di Jepang saya hanya berperan sebagai follower dan mengekor kemanapun Wulan pergi. ^_^
|
Jaket orange ini membuat saya seperti permen raksasa ^_^ . Di Osaka Castle |
Dengan tiket subway Toei dan Tokyo Metro one day pass di tangan serta aneka koper yang mengerikan, kami pun berduyun-duyun menuju ke stasiun kereta yang memiliki connecting door ke bandara. Berbicara mengenai transportasi di Jepang memang seakan tak pernah ada habisnya dan selalu berhasil membuat saya berdecak penuh kekaguman, bukan hanya karena semua tempat terlihat dan terasa nyaman namun juga terintegrasi dengan baik dengan tingkat ketepatan waktu yang luar biasa tinggi. Menurut CNN, Haneda Airport yang merupakan bandara internasional besar nomor 3 paling sibuk di dunia mampu bertengger di nomor satu sebagai bandara dengan tingkat ketepatan waktu hingga 91.25%, sementara JAL dan ANA menempati posisi lima besar masakapai penerbangan dunia dengan ketepatan waktu yang tinggi. Kereta api di Jepang sendiri menyandang titel sebagai sarana transportasi kereta api paling tepat waktu di dunia, dengan rata-rata delay untuk Tokaido Shinkansen pada laporan tahun 2012 hanya 0.6 menit.
|
Senja di taman kuil Sanjusangen-do |
Ketika kereta terlambat lebih dari lima menit maka pengumuman permintaan maaf lantas dikumandangkan dan running text di atas pintu keluar menampilkan alasan penyebab delay. Kami pernah mengalami delay cukup lama ketika hendak kembali ke Tokyo dari Osaka, disebutkan di running text karena kecelakaan yang berhubungan dengan manusia, namun yang mengagumkan semua penumpang di kereta yang penuh tersebut tidak ada satupun yang terlihat sewot, komplain atau heboh. Mereka duduk atau berdiri dengan manis, diam seribu bahasa, termenung, memejamkan mata, atau sekedar sibuk dengan handphone dan sebuah buku di tangan. Ketika kami tiba di Tokyo, antrian penumpang telah mengular panjang, melingkar dan semua berbaris rapi dengan raut muka yang tenang sementara kru televisi tampak mengambil gambar kejadian yang luar biasa tersebut. ^_^
|
Ellan pun sibuk browsing mencari info perjalanan ^_^ |
Hotel kami yaitu Shinagawa Prince Hotel terletak di Shinagawa, Tokyo. Untuk menuju ke Shinagawa Station kami menggunakan subway dan metro melalui Keikyu Line. Sempat terjadi accident ketika saya berusaha menuruni eskalator dengan dua buah koper. Sebuah koper (untungnya yang berukuran kecil) terlepas dari tangan dan menggelinding turun dengan sukses dan saya hanya bisa menjerit pasrah. Untungnya koper tersebut tidak mencederai siapapun, walau hampir saja menghantam teman kakak saya dan anaknya yang berjalan di depan. Sejak itu saya tidak berani nekat menuruni atau menaiki eskalator dengan dua buah koper di tangan.
Pertama kali menaiki kereta di Jepang (dengan bagasi segambreng!) memang cukup membuat heboh. Kakak saya yang telah banyak membaca artikel di aneka website traveling sudah membekali saya dengan peraturan. "Orang Jepang tidak suka berbicara keras di kereta, mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca buku atau bermain handphone. Tidak suka juga jika stroller anak dibuka di dalam kereta karena membuat space berdiri berkurang. Tidak suka dengan koper yang rodanya hanya dua sehingga harus ditarik dibelakang dan mengganggu pejalan kaki lainnya." Saya hanya menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, mendengarnya.
|
Pengunjung bersiap duduk di tepian jalan untuk melihat parade senja di Tokyo Disneyland |
Walau semua peraturan tidak tertulis maupun tertulis tersebut sudah terekam di kepala, namun ketika kereta telah tiba didepan kaki maka adegan super heboh pun dimulai. Kakak saya yang fokus untuk mengurus Ellan - yang perhatiannya sering tercuri dengan aneka kejadian di depan matanya sehingga tidak mendengar instruksi dari orang dewasa disampingnya - membuat saya memikul tanggung-jawab mengurus koper yang 'berjibun' banyaknya. Berbeda dengan sikap orang Jepang yang tenang, kalem dan tertib, maka kami menyeruduk masuk ke kereta seperti serombongan banteng yang mengamuk.
Pertama-tama perhatian kami adalah mencari kursi kosong, sehingga koper kami biarkan berdiri di depan pintu. Lega telah mengamankan diri saya pun tersenyum-senyum merasa diri telah aman hingga Shinagawa. Namun ketika kereta mulai berjalan dan terkadang berbelok, mata saya melotot kala melihat koper-koper yang kami parkir di depan pintu berlari-lari sendiri kesana kemari. Penumpang kereta lainnya memandang koper tersebut dengan tatapan horror, dan perlahan sambil menekan rasa malu saya pun beringsut ke pintu kereta dan menarik koper tersebut mendekati kursi tempat kami duduk.
|
Sandal khas Jepang di Nakamise Street, Asakusa |
Saat kondisi mulai tenang dan kondusif saya pun mulai menebarkan pandangan ke sekitar gerbong kereta, saat itulah saya baru tersadar hampir 99% penumpang mengenakan pakaian atau jaket dengan warna yang tidak jauh dari hitam, abu-abu, coklat tua, krem atau biru tua. Hanya saya dan Wulan yang mengenakan jaket dengan warna pink dan orange cerah yang kami beli di Uniqlo. Saat itu saya merasa kami seperti dua buah permen gendut raksasa yang cocok jika terdampar di tengah-tengah supporter sepak bola, bukan di tengah-tengah warna yang cocok untuk suasana berkabung ini.
Belum lagi karena ketakutan dengan suhu dingin di ruang terbuka membuat saya mengenakan pakaian lebih dari tiga lapis. Suhu di dalam kereta yang hangat dan aksi heroik 'kuli barang' yang baru saya lakukan membuat keringat seukuran biji kedelai edamame mengalir di leher dan kening, membasahi punggung dan membuat saya seperti lontong yang sedang dikukus di dalam dandang dengan suhu 70'C. Tobat! Sejak pengalaman ini saya lebih banyak mengenakan jaket biru tua kemanapun kami pergi. ^_^
Hotel kami terletak tidak terlalu jauh dari Shinagawa Station, dan betapa leganya kami ketika tiba di lobi utama Shinagawa Prince Hotel roda koper yang jebol masih bertahan disana. Seperti yang sudah saya sebutkan diatas, check in baru bisa dilakukan pada pukul dua siang, sementara saat itu masih pukul setengah sebelas jadi kami pun hanya bisa menitipkan seluruh luggage dan segera berangkat ke Asakusa untuk melihat Senso-ji temple yang menjadi tujuan wisata pertama kami di Tokyo. Disana kami juga berencana untuk bersantap siang di Naritaya restaurant, sebuah resto ramen halal yang cukup terkenal dan direkomendasikan dibeberapa website traveling.
Nah nantikan cerita pengalaman kuliner pertama tersebut dan peruntungan saya mencoba omikuji (kertas ramalan) di Senso-ji temple pada Jalan-Jalan Just Try & Taste Part 4 di Tokyo ya. ^_^
Baca juga Just Try & Taste di Jepang - Part 1: Persiapan dan Just Try & Taste di Jepang - Part 2: Awal Perjalanan.
Sources:
Wikipedia - Haneda Airport
Wikipedia - Rail Transport in Japan
CNN - The World's Most Punctual Airports and Airlines are ...
Salah satu yg suka dr Jepang adl keteraturan dan kebersihanx, kpn ya org Indonesia bs sprti itu?? Jadi nggak sabar ngikutin kisah selanjutx, apalagi ttg kulinerx, ditunggu ya mb End.. ^_^
BalasHapusthanks mb Nita, yep mereka jauuuuuh berbeda dengan masyarakat kita, hiiks :(
Hapushahhaa..mba endang kocak banget cerita perjalanannya. Pasti heboh ya masuk keretanya mba. Tapi gak main sikut kaya penumpang kereta di indonesia kan mba? hihiih..
BalasHapusDitunggu part 4 nya mba dan juga resep2 maknyus lainnya ;)
-fameli
hai mba Fameli, thanks sharingnya yaa, yep memang super heboh hehhehe. sempat beberapa kali nginjek kaki penumpang lain dan kena pelototan wakkakak
Hapuskeren mba... otot tangan pasti udah kebentuk dengan sempurna setelah banyak adegan angkat-angkat dan geret-geret yaaa mba... hehehehe
BalasHapushahahah, iyaaa, kalau sebulan saja disana gotong2 koper bisa langsing mendadak heheheh
HapusMbak, portable wifinya sewa di haneda langsung? Kalo iya minta infonya dong mbak? Atau hanya ambil saja karena sudah order sebelum berangkat?
BalasHapusmba Ika, sudah saya update infonya ya mengenai pocket wifi ini diatas ya. Yep, kita pesan dulu di internet sebelum berangkat ya.
HapusGak sabar menunggu kisah selanjutnya mbak endang ^_^
BalasHapussedang ditulis mba Yusi, hehhehe thanks yaa
HapusMba endang tampilkan photo mba wulan dunkz mba, hehehe. Aku terkesima dengan persiapan travelingnya beliau mba. Patut di contoh ^_^
BalasHapusntar yaa, semoga pemilik foto gak ngamuk wakkaka, Persiapan travelling beliau sungguh membuat tercengang haduuuh. hehheheh
HapusMakin penasaran & antusias untuk baca kisah mba ke jepang part selanjutnya. Seru banget mbaa, jadi makin ngecess nih mau jalan2 ke sana jg hehehe
BalasHapusthanks mba raisa, sedang ditulis, saya kelamaan vakum, moga2 gak lupa wkakakak
HapusKeteraturan menunggu kereta yang bikin saya selalu takjub dan bikin kangen tokyo.... Mb endang enjoy japan... Bikin pengen aja...
BalasHapusah yaa, saya benar2 suka banget dengan Jepang, amazing!
Hapusmeni seruuuuu,...
BalasHapusudah kebayang deh hebohnya saat koper ngegelinding di KA...terus jatuh di escalator....
thanks mba rachma, wah itu mengerikan, untung koper kecil hiiks
HapusStasiun kereta apinya aja udah keren gitu, gimana airport nya ya... Pemandangan sama suasana jalan dan kotanya keren2.. Jd tambah pengen kesana.. Moga2 Tuhan mengabulkan yaa... Aminnn.. He he he...
BalasHapusamiin mba Joyce! pasti suatu saat bisa kesana, dan memang Jepang super keren menurut saya ^_^
HapusWk wk super heboh eui...
BalasHapussuper norak tepatnya wkakakak
HapusWah, semakin seru aja nih ceritanya. Alur cerita begitu hidup sampai rasanya ikut berada di sana. Info2nya sangat bermanfaat, bisa buat bekal kalau ada kesempatan liburan di sana. Apalagi saya yg sering berhubungan dg Jepang dlm hal pekerjaan, jadi lebih pengin lagi ke sana. Harus lebih giat menabung! Kelanjutan cerita tetap dinanti.
BalasHapusSisca - Surabaya
Thanks mba Sisca sharingnya, senang ceritanya disuka. Saya doakan bs juga pergi kesana yaa! ^_^
Hapussereu seru.... ditunggu mba endang cerita selanjutnya, jd berasa nungguin web toon episode selanjutnya hehehehe
BalasHapushahaha, thanks mba Yuni, senang sekali ceritanya disuka. next episode sedang digarap hehhehe
HapusTiap hari intip2 jtt... nunggu cerita selanjutnya. TOP deh pokoknya tulisannya mbak endang... Rima
BalasHapusthaks mba Rima, senang ceritanya disuka ^_^
HapusSeru banget mba endang... ikut senyam-senyum gaje bacanya hehehe...
BalasHapushahaha, saya kalau ingat suka cekikikan sendiri ^_^
HapusWih Mba, kalo ke osaka takoyakinya recommemded loh, udah nyobain?
BalasHapusBtw, katanya Ellan alergi gluten, kok makan roti?*kepo hihi
Rinty
udah coba hehhe, Ellan alergi ketika masih kecil, sekarang tes alergi terakhir udah nggak ^_^
HapusAduhh mbaaa .. Aku sampe nangis ketawa baca cerita kopernya mba, ditunggu cerita selanjutnya yah mba ..^_*
BalasHapusThanks Mb Lala, hahhah koper itu sudah pensiun sekarang, memang sifat pelit itu gak barokah yaa wakkakka
HapusMba Endaaaang.... mana kelanjutan cerita jalan-jalannya.... Kok lama nggak update lagi.... Jadi penasaran terus nih....
BalasHapusSama cerita kuliner Jepangnya ya mbaaa....
Lily
wah iyaa, lagi belum connect buat blogging, tapi sudah mulai nyicil nulis lanjutan ceritanya., dtunggu saja yaaa . thanks yaaa
HapusMba Endang.. Aku ada inbox d fan page.. Mau order bukunya... Hiks... Nyari d Gramedia kosong semua mba... Balas ya mba inbox Ku.. Trimakasih
BalasHapushai mba, stock saya kosong, bs langsung ke penerbit Kawan Pustaka ya, tapi tdk ada ttd saya karena bukan saya yang proses.
Hapuscontact ke : Mba Ida di 0813 1489 9585 atau di 0815 9288456
kalau oke dan stock ada mereka akan reply. tolong bukti transfer difoto dan dikirim ke mereka juga supaya mudah melacak dananya ya mba.
Mbaaa.... sehat-sehat aja kaaannnn? Kok lama nggak posting. Kangen nih sama cerita-cerita dari Mba Endang, tiap hari saya mampir ke sini tapi belum ada cerita dan resep yang baru...hiks...Jadi cemas dan kepikiran nih. Atau jangan-jangan lagi liburan lagi? he he...Semoga selalu sehat ya Mba, biar bisa nulis terus.
BalasHapus-Rina-
Hai Mba Rina, alhamdulilah saya sehat mba wakkak, wah seandainya saya liburan lagi, maunyaaaa...hahhaha
Hapussedang belum mood dan kebetulan memang agak sibuk di kantor. Diusahakan untuk mulai ngeblog lagi dan mulai membalas komemtar masuk hehhehe
thanks ya mba, moga mba dan keluarga juga sehat selalu!
Hi mba Endang, aku silent reader udah 1 tahun ini dan ngikutin terus postingan mba, terutama cerita-ceritanya yang kadang lucu, informatif dan mengharukan. Sejak mba Endang posting tentang liburan ke jepang, saya ngikutin terus ceritanya sambil senyum senyum sendiri (sambil berharap semoga suatu hari mimpi ke Jepang bisa terwujud juga) ^-^ Awalnya mba Endang semangat banget bercerita, kok tiap saya intip blognya terakhir ini nggak ada postingan baru ya....Ke mana mba? Nggak sakit kan? Jangan bosen bercerita ya mba Endang... Ditunggu kisah kisah dan resep resep selanjutnya...salaaam...
BalasHapusTiara
Halo Mba Tiara, salam kenal dan thanks ya sudah menyukai JTT. Alhamdulilah saya sehat dan liburan sudah usai wakkaka, hanya memang moood menulis belum kembali hehhehe. tapi saya usahakan mulai minggu ini menulis lagi, saya mulai dari resep2 dulu ya, krn dah lama gak posting resep wakkaka
Hapustulisan jepangnya pasti akan berlanjut, jadi ditunggu saja, ini sedang disusun hehhehe. Moga2 Mba Tiara bs ke jepang juga satu hari nanti yaaa, saya doakan. Amiin.
thanks yaa
Mana kelanjutan cerita part IV nya Mba.... Saya tunggu2 kok ngga muncul2 :( .... Ayo dong Mba nulis lagi, udah janji lho...Pasti banyak penggemarnya yg bertanya2... Tetap semangat nulis ya Mba Endang...Big hug ^_^
BalasHapusRatna
Hahhah, iya ya, berat juga janji saya. Thanks mba Ratna, ini sedang diusahakan kembali lagi ke JTT setelah beberapa waktu saya cuekin hehhehe
HapusMba Endang sibuk banget yaaaa.....I miss youuuuu.....Lenny
BalasHapusHalo Mba Lenny, sedang agak sibuk hahhaha, diusahakan untuk menulis lagi. Thanks ya mba ^_^
HapusHi mba Endang, salam kenal ya mba...
BalasHapusSeneng banget baca artikel nya mba Endang, di baca nya enΓ₯k, sera dan lucuuu. Jadi gak sabar nunggu part 4 nya nih mba.
Enjoy your trip and have fun mba Endang ^-^
Salam kenal Mba Tuty, thanks ya sudah menyukai JTT. Saya sudah kembali ke Indonesia, dan yep cerita lanjutannya sedang disusun menunggu mood datang hahhaha. thanks yaa
Hapusmb endang...kamu di mana??? tak tunggu2 part 4 n resepny ... kok luama sekali ga nongol...semoga sehat2 aja ya....
BalasHapuswakakakka, iya mba, saya kelamaan nyantai nih, lagi malas nulis, tapi ini part 4 sedang diusahakan wakkakak. thanks yaa
Hapusmba maaf OOT, request resep smoothie bowls dong mba atau makanan untuk vegan.. terima kasih GBU
BalasHapussmoothie sepertinya sudah banyak sekali resepnya di JTT ya, coba cek di label smoothie atau googling saja smoothie JTT. untuk makanan vegan nah saya tidak spesifik ke resep2 vegan tetapi banyak resep JTT yang bs untuk vegan ya.
HapusAduh mba endang... aq ampe ketawa2 baca cerita si koper... πππ
BalasHapusthanks mba Mita, kopernya udah dipensiunkan dan saya beli koper baru di jepag, tobat daaah. akibat pelit
Hapuswaaah aq baru baca kalo mba' Endang ke jepang^^hihihi ngakak baca naek kereta,tp emang spt itulah di jepang^^ pengalaman yg tak terlupakan yah mba' Endang
BalasHapusyep betul sekali Mba Widya, tapi saya suka banget naik kereta di jepang wkakakak
HapusHello Mba Endang...
BalasHapusSeneng bgt baca pengalaman mba di Jepang. Mba ini lucu bgt deh sampe bikin saya ketawa cekikikan pas bacanya. Mmm...kalo dipikir2 mba bisa jadi pengarang novel nich ��
thanks ya mba sudah menyukai cerita2 JTT, senang sekali ceritanya disuka ^_^
HapusHallo Mb Endang....
BalasHapusselain suka sama resep2nya,saya suka dgn tulisannya, saya suka senyum2 sendiri klo baca blognya, apalagi yg cerita ttg pemberian nama Mba itu hehehehe..sukses trs ya mba..dg resep2 dan cerita2nya
thanks mba Rachma sharingnya, senang cerita JTT disuka yaa.Sukses selalu!
HapusGara-gara nyari resep takoyaki saya ga sengaja nemu tulisan mb endang yg jalan2 ke jepang ini. Lanjutan part 4 ditunggu ya mba.. tak cariin kayaknya kok belum ada.
BalasHapusSeneng banget baca tulisan mb endang ni. Selalu ada kelucuan dibalik kesusahan. Terus semangat nulis ya mba.
Ditunggu juga resep takoyaki hehe
hai mba Vera, thanks yaa. yep resep takoyaki belum ada hehehe. Saya belum sempat menulis cerita lanjutannya dan banyak kejadian yang sudah lupa wakakka
Hapus