"Mba mau ikut trial pilates nggak? Gratis nih di FX", pesan dari teman saya, Sintya, masuk melalui WhatsApp, kemarin. Sebagaimana umumnya masyarakat kita, maka yang namanya berbau gratis memang lebih menggugah minat, walau gratis yang ditawarkan kali ini sebenarnya kurang sreg dengan selera. Olah raga adalah aktifitas yang sangat jarang saya lakukan dan kalaupun dilakukan maka saya lebih memilih jalan sehat atau berenang. Alasannya? Simple dan fun! Terutama jika jalan sehatnya dilakukan di kawasan Sudirman kala hari Minggu pagi. Event car free day mingguan itu selain disesaki dengan mereka yang benar-benar ingin berolahraga juga dipenuhi dengan pedagang segala jenis makanan 'ajaib' yang akan membuat anda (hmm, saya tepatnya!) lebih fokus untuk berburu makanan ketimbang mengolah tubuh. ^_^
So bagaimana dengan pilates? Pilates dan yoga adalah dua olah raga yang terus terang saya hindari, alasannya karena kelenturan dan kesabaran merupakan dua sifat yang susah saya miliki. Okeh siapa sih yang tidak ingin memiliki tubuh luwes, lentur dengan postur yang benar? Nah yoga dan pilates dipercaya mampu memperbaiki postur tubuh yang salah, membuat tubuh menjadi lebih elastis, meningkatkan kemampuan otak untuk fokus, selain tentu saja membakar kalori. Tapi untuk mencapai itu semua tentu saja butuh perjuangan, dan setelah melakukan trial pilates selama satu jam, maka saya mengambil kesimpulan perjuangan itu sungguh berat saudara-saudara!
Bagi saya yang macho dan memiliki postur tubuh bak petinju, maka mengerjakan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, ekstra kilat, 'gubrak-gubruk' adalah makanan sehari-hari. Moto saya dalam bekerja adalah 'terkamlah dengan segera ketika pekerjaan itu datang', mungkin sama seperti ketika Mike Tyson menghajar KO Michael Spinks dalam waktu 91 detik. Nah ketika tubuh kaku ini dipaksa untuk melengkung kanan dan kiri, meliuk atas dan bawah dalam gerakan pilates yang tobat hampir membuat saya pingsan, maka aneka musibah pun bermunculan. Mulai dari perut kram, kaki kram, paha kram, lengan kram, hingga akhirnya saya mengibarkan bendera putih tanda menyerah dan duduk mendeprok di matras dengan isi kepala kosong melompong.
Di sebelah saya, Sintya yang dulunya pernah berlatih yoga selama 3 bulan tampak bersemangat dan terlihat lentur melengkungkan kaki kirinya ke atas, dan di depan saya, peserta wanita lainnya dengan tubuh tinggi semampai terlihat gemulai mengikuti setiap instruksi yang diberikan instruktur tanpa ada satupun gerakan yang salah. Well, yes, saya iri dengan mereka semua! Tapi apa daya, sepertinya pilates ini hanya akan berakhir di sesi trial gratisan saja bagi saya. ^_^
Kembali ke resep masakan. Ah betapa bosannya saya berbicara mengenai makanan akhir-akhir ini. Swear! Setelah mengelola sebuah blog resep selama 6 tahun akhirnya muncul juga rasa bosan dan jenuh dengan hal-hal yang berbau masakan dan memasak. Sudah hampir dua bulan ini seiring dengan postingan resep di JTT yang semakin langka, maka bekal makan siang saya di kantor pun semakin berada di titik 'desperado'. Membawa bekal makan siang sendiri merupakan hal yang kudu dan wajib saya lakukan, alasannya karena makanan buatan sendiri lebih sehat, lebih terjaga kalorinya, lebih higienis, dan lebih irit tenaga karena tidak perlu turun dari lantai 21 ke warung makan di belakang kantor kala jam makan siang tiba. Jadi ketika saat rasa malas menginjak dapur ini melanda maka mau tak mau, dengan rasa tersiksa dan terpaksa, saya pun harus tetap mengunjungi dapur untuk mempersiapkan bekal. Kali ini dengan teknik memasak seminimalis mungkin yang bisa saya kerjakan.
Contohnya menu makan siang saya hari ini (merupakan menu yang sama seperti yang saya bawa dihari-hari sebelumnya selama seminggu!), isinya apalagi jika bukan semangkuk besar pakchoy kukus dan okra yang saya sangrai tanpa minyak di pan; potongan tahu sutera dan telur goreng yang saya pan fried dengan sedikit minyak; seporsi kecil nasi dari beras hitam (beras hitam memiliki kandungan nutrisi lebih baik dibandingkan versi merah atau coklatnya); dan yang terakhir adalah semangkuk edamame rebus, apel dan jeruk. Biasanya di kantor saya kemudian akan membuat semangkuk sup miso dari pasta miso instan yang saya beli di Daisho beberapa waktu yang lalu di Jepang. Nah aneka sayuran kukus dan tahu tersebut kemudian saya ceburkan ke dalam kuah miso. Dalam kondisi lapar maka semua makanan ini akan terasa luar biasa lezat! Ketika rasa bosan mulai kumat maka saya akan mengganti tahu dan telur dengan protein lain seperti dada ayam atau ikan. Untungnya saya bukan tipe yang terlalu rewel dalam soal makanan.
Nah weekend kemarin sejak pagi area di sekitar rumah Pete telah diguyur hujan deras. Cuaca mendung kelabu, gloomy, dan terasa sejuk memang membuat pikiran selalu mengarah ke makanan walau sebenarnya perut ini tidak terlalu terasa lapar. Bayangan kudapan hangat, empuk, dengan rasa manis menari-nari di benak, dan jika makanan ini mudah dibuat maka akan menjadi solusi pas untuk rasa malas saya mengeluarkan aneka timbangan dan perlengkapan baking. Pancake selalu menjadi penyelamat untuk urusan 'runyam' seperti ini, dan versi bebas gluten tentunya akan lebih baik. Empat buah pisang barangan yang saya sikat dari rumah adik saya, Wiwin, tampak mulai mengeluarkan bintik kecoklatan tanda telah memasuki puncak matangnya, jadi saya pun memasukkannya ke dalam salah satu list bahan di adonan yang saya buat.
Pancake merupakan makanan super simple yang memiliki rasa sedap dan fleksibel untuk dikutak-katik bahan-bahan penyusunnya. Umumnya semua resep pancake selalu menyarankan kita untuk tidak mengaduk adonan secara berlebihan, terlalu banyak adukan maka akan membuat teksturnya bantat. Ini ada hubungannya dengan gluten di dalam tepung terigu yang akan mulai terbentuk ketika tepung terkena cairan, semakin sering adonan diaduk maka semakin banyak gluten terbentuk dan semakin keraslah pancake yang kita buat. Tapi berhubung karena pancake kali ini adalah versi gluten free-nya, maka tentu saja saya tidak perlu khawatir dengan masalah bantat. Pada resep kali ini saya menggunakan oatmeal instan sebagai pengganti tepung terigu, walau sebenarnya dengan pisang dan telur saja anda juga sudah bisa membuat pancake. Sebagai catatan tambahan jika anda atau keluarga alergi terhadap gluten maka pastikan oatmeal yang digunakan benar-benar bebas gluten (memiliki sertifikasi bebas gluten). Biasanya oatmeal di pasaran dalam proses dan pengolahannya sering tercampur atau dicampur dengan tepung gandum yang membuatnya menjadi tidak 100% bebas gluten.
Untuk mempercepat proses, saya memasukkan semua bahan ke dalam blender dan proses hingga smooth. Adonan ini sedikit encer, sehingga pancake yang dihasilkan agak pipih. Jika anda ingin versi yang lebih tebal dan fluffy maka skip susu cair di resep dan tambahkan sedikit baking powder double acting. Seperti yang saya utarakan diatas, adonan pancake sangat fleksibel dimodifikasi, jadi anda bisa menambahkan bahan lainnya seperti cincangan buah kering atau kurma, cincangan buah segar seperti strawberry, mangga dan kiwi, choco chips, atau bahan perasa seperti pasta coklat, pandan dan coklat bubuk. Karena bebas gluten, maka tidak perlu khawatir pancake yang dihasilkan akan bertekstur keras atau kurang empuk, karena pancake pisang bebas gluten yang satu ini benar-benar lembut dan sedap.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Resep Pancake Pisang Bebas Gluten
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 8 buah pancake diameter 10 cm
Bahan:
- 4 buah pisang berat sekitar 200 gram (saya menggunakan pisang barangan, bisa menggunakan pisang jenis apapun)
- 50 gr oatmeal instan (saya pakai Quaker oat), kondisi oatmeal kering, utuh (tidak dihaluskan) *)
- 80 ml susu cair (bisa menggunakan susu cair rasa strawberry atau coklat)
- 2 butir telur ukuran sedang
- 1/4 sendok teh vanilli bubuk
- 1/4 sendok teh garam
- 3 sendok makan gula pasir atau madu (sesuaikan rasa manis sesuai selera)
Bahan lain yang bisa ditambahkan (optional):
- 1/2 sendok teh baking powder double acting (untuk tekstur pancake yang lebih mengembang dan fluffy)
- choco chips
- aneka buah kering
- kismis
- strawberry atau kiwi segar, cincang kasar
- 1 atau 2 sendok teh coklat bubuk, jika ingin rasa coklat di pancake
- beberapa tetes pasta pandan
- beberapa sendok yogurt padat (rasa apapun)
Aneka topping:
- mentega
- sirup maple
- madu
- kismis
- choco chips
*) Jika anda atau keluarga alergi terhadap gluten maka pastikan oatmeal yang digunakan benar-benar bebas gluten (memiliki sertifikasi bebas gluten). Biasanya oatmeal di pasaran dalam proses dan pengolahannya sering tercampur atau dicampur dengan tepung gandum yang membuatnya menjadi tidak 100% bebas gluten.
Cara membuat:
Masukkan semua bahan ke dalam blender, proses hingga smooth. Jika adonan terlalu kental tambahkan sedikit susu cair, atau jika terlalu encer bisa tambahkan porsi pisang dan oatmeal.
Siapkan pan anti lengket, semir permukaan pan dengan minyak tipis-tipis saja ( terlalu banyak minyak akan membuat warna permukaan pancake tidak mulus kecoklatan). Jika minyak terlalu berlebihan maka serap kelebihan minyak dengan tissue. Panaskan pan hingga cukup panas.
Tuangkan 1 sendok sayur adonan pancake di tengah pan. Masak dengan api kecil hingga bagian pinggir terlihat mengeras, pancake tampak mengeluarkan gelembung-gelembung kecil dan tidak terlalu basah.
Balikkan pancake dengan spatula, jangan ditekan. Biarkan pancake matang dan mengeras dengan sendirinya, angkat dan lakukan pada sisa adonan lainnya. Jangan lupa semir permukaan pan dengan minyak untuk memastikan adonan tidak lengket dan mudah dibalikkan.
Santap pancake hangat-hangat dengan guyuran madu, sirup, cincangan buah segar atau selai dan mentega. Super yummy!
Hai mbak..saya penggemar berat pancake..mbak endang posting resep pancake pisang ini langsung deh saya terpesona ^!^., untuk oatmealnya diblendernya diseduh dulu atau dalam keadaan kering ya mbak?
BalasHapusHalo mba, thanks ya.
Hapusoatmeal mentah, utuh ya tidak perlu dihaluskan atau dimasak. ketika diblender akan hancur ya
Wiww.. Sedap sekali pancakenya mba. (^~^) thx ya, ak bakal coba ini (^.^)
BalasHapusBtw, mba coba buat video masak aja, siapa tau bnyk yg lihat & bs menghasilkan pundi2 rupiah. Bisa jg mba ikutan daftar msak di kokiku.tv mungkin bisa mengatasi kejenuhan dgn blog smntara waktu hehehe
hahaha, thanks mba raisa, yang jadi masalah yang nge-shoot gak ada, susah juga kalau cuman pakai tripod, karena angle-nya hanya satu sisi saja.
HapusWaaahh good job mbaa! Kebetulan saya jga pnyaa pisang yg udh mo kematengan..udh di olah segala macem masi ada sisa..hihiii
BalasHapusThanks resepnyaa yaa..bsok di eksekusi segera��
sip, silahkan dicoba yaa, moga suka yaa
Hapusuntuk oatmeal sebaiknya pake yg certified gluten free, karena tidak semua oat gluten free karena saat pengolahannya seringkali tercampur dengan terigu yang mengandung gluten
BalasHapusthanks Mas Hangga, yep betul sekali, sudah saya tambahkan di resep. thanks yaa
HapusAyo donk Mba Endang...semangatt...
BalasHapushuaaa, diusahakan yaaa heheh. Thanks mba ^_^
HapusPantes mba lama bgt gak posting lg..
BalasHapusKirain lg kemana gitu.. jalan2 maning hehehe...
Aq jg dah lama gak masak mba, semenjak mertua pindah ksini krn sakit kakinya, udah jarangggg bgt masak wkwkkwkw
Bangun tidur udah ada makanan +sayur2nya lengkap, sbelum makan siang dah oprek2 didapur, sore2 dah siapin bwad masak mkn mlm. Ah indahnya dunia.. wkwkkw
Nunggu jtt update dlu sapa tau bs kesurupan kpngen masak.. hahaha
Menggiurkan nih pancake, weekend coba bikin ah.. biar ada spirit masak lg :D
Ayo semangat jg mba endang ^^
Bella
wakakak, seandainya jalan2 lagi betapa indahnya wakakka. memang kalau lagi jenuh masak atau jenuh dengan kegiatan sehari2 lebih baik diiamkan dulu mba Bella, ntar juga balik lagi hehhehe.
Hapuswaak enak banget ada mama mertua di rumah, waah bs istirahat sejenak dari masak memasak hahhaha
Yummy. Hari minggu besok aku mau coba ah mbak. Hari ini aku coba resep bakso ayam gitu
BalasHapusthanks mba Liza, moga suka dengan resepnya yaa, sukses dengan bakso ayamnya yaa
HapusHai mbak endang. Saya salah satu penggemar postingan mbak endang dan sudah banyak resep yg saya coba dari postingan mbak endang. Baru kali ini kasih komen :D. Saya coba resep ini, rasanya endes banget, mbak. Lembut, fluffy krn nggak pake susu soalnya ngebet bikin dan kalo nggak pake susu tidak masalah. Ditambah lagi di rumah banyak pisang yg udah mulai item2 kulitnya. Kalo pisang goreng kan terlalu mainstream. Hehehe...anywey betewey,makasih banyak resep2nya ya mbak endang. Apalagi selalu posting bahan2 yg di daerahku kagak ada, tapi mbak endang bikin homemade. Hiks...hiks...saya jadi terharu bahagia
BalasHapusHalo Non Silfia, salam kenal dan thanks sharingnya yaa, senang resep JTT disuka. Saya ikutan happy bs membantu memasak di rumah. Sukses selalu ya!
HapusMbak Endang, thanks buat resepnya ya :) Saya sudah cobain resep ini buat anakku yang masih 15 bulan :) Saya kasih isian keju tabur...Dan dia sukaaaa banget (minta tambah) :) Thanks banget untuk resepnya yang mudah dan hasilnya OK :) Terus berbagi ilmu ya Mbak :)
BalasHapusthanks mba sharingnya, senang resepnya disuka ya, sukses selalu! ^_^
HapusLagi nyari inspirasi sarapan tiba2 nemu resep mba,,,selama jadi silent reader aq suka blog mba karna masak yg rumit bisa jadi simple aja gitu di resep mba, love it, jangan lama2 jenuhnya y mba...#semangat
BalasHapusthanks mba Kinanthi sharingnya, moga suka resepnya ya.
HapusHi Mba Endang.. Aku lagi nyoba2 banget belajar masak.. Maklum Mba karna baru merid, jadi baru mulai belajar hehehe.. Aku udah nyoba resep pancake pisangnya, rasanya enaaaak banget. Tapi aku gak bisa dapet bentuk yang bagus (iri sama yang lain bisa bergasil hehehee), alhasil bentuknya jadi lembek dan gak bisa dibalik. Aku tambahin oat lagi biar gak encer, tapi tetep gagal :(. Mohon suggest mba perlu aku tambahin dan masaknya kira2 berapa lama?
BalasHapusMakasii banget ya Mba Endaang
hai mba, skip susu cairnya saja mba, jadi adonannya kental, kalau mau milky pakai susu bubuk saja, kalau tambah oat nanti pancakenya jadi rapuh.
HapusHallo mbak Endang, saya pengen nyobain buat pancakenya, tapi kalau tidak pakai pisang gimana mbak? Diganti apa ya? Krn suami baru diet gula, jd tdk makan pisang. Mohon infonya, makasih sblmnya :)
BalasHapusgoogling saja resep pancake jtt lainnya mba, ada banyak resep pancake di blog ini.
HapusMba endang, kalo quakeroat nya diganti dengan tepung GF ladang lima,bisa ga?
BalasHapusTrus kalo pisangg diganti dengan strawberry, apakah tetap berhasil? Hehe. Oia kalo ini enaknya kan hangat ya, kalo misal dijadikan bekal anak skolah, kira2 masih enak ga ya? Makasi mba endang, sory pertanyaan borongan hihi
pakai tepung GF bisa Mba, bisa ganti stroberi, tetap empukl walau sudah dingin kok
HapusHalo, untuk apabila saya tidak memiliki blender, oatnya utuh, apakah akan gagal?
BalasHapusgagal sih tidak, cuman teksturnya mungkin kasar
HapusMbak resep opsional jika tdk dipakai tdk berpengaruh kan ya?
BalasHapusAssalam mbak Endang, baru kali ini sempat bilang thanx berat ini resep andalan sy buat keluarga, sy buatnya pake cetakan muffin diisi coklat blok ama keju, trus dipanggang, taburin meses lagi, anak2 sukaaa. Sering sy tambahin tape singkong dalam adonan kayak resep kue khamirnya mbak Endang juga, lebih mantap lagi. Makasih banget mbak Endang, sehat terus ya..
BalasHapusTati, Kendari