"En, Dimas sedang ada di Paron. Mau dibawakan apa dari sini?" Tanya Ibu saya melalui telepon beberapa waktu yang lalu. Dimas adalah adik bungsu saya yang berkuliah di Jakarta dan saat itu sedang dalam rangka liburan semesteran di Paron. "Apa ya Ma? Tahu kopong saja deh yang banyak," jawab saya. Tahu goreng kopong di Paron luar biasa murah harganya dan rasanya pun mantap, setiap kali Ibu saya datang ke Jakarta maka tahu goreng tersebut selalu menjadi oleh-oleh yang laris manis diserbu. "Katanya dulu kepengen titip pete sama jengkol? Ini lagi banyak dan murah banget harganya. Pete se-papan cuman seribu rupiah saja", jawaban Ibu saya tersebut mengingatkan akan angan-angan saya ketika beliau masih di Jakarta bulan lalu.
"Kalau datang lagi ke Jakarta titip pete sama jengkol dong Ma, disini mahal banget", cetus saya waktu itu. "Wah di Paron murah banget, tapi Mama nggak pernah beli. Habis ntar capek bersihin kamar mandinya." Walau sebenarnya enggan juga membayangkan aroma dapur dan kamar mandi jika mengkonsumsi dua makhluk berbau bernama petai dan jengkol, tetapi rasa penasaran hendak membuat aneka masakan dari jengkol membuat saya tetap nekat mencobanya. Sudah banyak pembaca menanyakan resep jengkol yang mantap dan saya teringat dengan semur jengkol sedap yang sering dibuat kakak teman kantor saya, Astri. Semur jengkolnya sangat pulen, legit, dengan bumbu medhok melimpah dan ajaibnya tidak berbau saat dikonsumsi. Resepnya tentu saja menjadi rahasia keluarga dan saya enggan menanyakannya, tapi satu tips dari Astri yaitu merendam jengkol dengan air cucian beras selama beberapa hari tetap terpatri dalam ingatan saya.
Nah ketika Minggu lalu akhirnya Dimas kembali ke Jakarta, adik saya itu membawa satu koper besar berisi titipan kami semua dari kampung. Ibu saya memang tidak pernah setengah-setengah jika membawakan kami oleh-oleh. Jengkol dan petai masing-masing dalam kantung plastik super jumbo, 2 plastik besar berisi tahu goreng kopong untuk saya dan Wiwin, dan segambreng ayam kampung yang sudah diungkep dan digoreng untuk cucu-cucunya. "Ndang, pete sama jengkolmu mengerikan banyaknya! Mau kamu apakan itu segitu banyaknya?" Tanya adik saya, Wiwin, dalam nada shock. Dengan indra penciuman yang sensitif, Wiwin memang anti dengan makanan berbau menusuk, jadi bisa dibayangkan betapa paniknya dia melihat gunungan jengkol dan petai didapurnya yang kinclong. "Waduh, iya banyak bener! Padahal aku udah bilang Mama jangan dibawakan banyak-banyak. Belum tahu mau dibikin apa, ntar aku bawa pulang saja semua," jawab saya sambil menggaruk-garuk kepala yang tiba-tiba mendadak gatal melihat pemandangan di dapur.
Setiba di rumah, membutuhkan waktu berjam-jam juga bagi saya untuk menguliti si petai dan hasil akhirnya adalah seluruh rumah menjadi beraroma petai yang kuat. Dalam wadah tertutup rapat di freezer, petai akan tahan berbulan-bulan lamanya, dan ketika harga petai mahal maka saya masih bisa menikmatinya didalam aneka sambal goreng, tumisan dan sayur bersantan. Untuk jengkol, berhubung Dimas sedang menginap selama seminggu di rumah Pete, maka saya lantas berencana untuk membuat semur jengkol. Bayangan semur andalan saya adalah seperti yang dibuat oleh kakak teman kantor saya, Astri, namun Ibu saya dulu ketika kami masih kecil sering juga membuat semur jengkol yang sedap. Setelah bertelepon sejenak menanyakan kabar dan terbahak-bahak kala mengulas jengkol dan petai, maka sebuah resep semur jengkol beserta tips mengolahnya pun jatuh ditangan. Beberapa modifikasi saya lakukan di resep dan hasilnya super duper mantap!
Jengkol (Archidendron pauciflorum) atau biasa dikenal juga dengan nama jering merupakan spesies tanaman pohon berbunga dari keluarga kacang-kacangan (pea), Fabaceae. Biji jengkol umumnya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, Malaysia, Thailand dan Burma. Biasanya sebelum disantap maka biji jengkol diolah terlebih dahulu dengan cara goreng, rebus, atau panggang, walau sering juga dikonsumsi dalam kondisi mentah. Biji jengkol mengandung racun ringan karena adanya kandungan asam jengkolat, sejenis asam amino yang bisa menyebabkan jengkolan (djenkolism) atau keracunan jengkol. Gejala yang muncul antara lain terjadinya kejang otot, pirai, retensi urin, dan gagal ginjal akut. Kondisi tersebut terutama dialami pria, dan tidak bergantung dari berapa banyak jumlah biji yang disiapkan. Setiap individu dapat mengonsumsi jengkol tanpa insiden, tapi ada juga yang mengalami gagal ginjal pada kesempatan yang lain.
Bau jengkol yang menusuk dan sangat khas ini (bahkan banyak yang mengatakan jauh lebih menusuk dibandingkan petai), disebabkan karena kandungan sulfur di dalamnya. Bau ini lebih kuat ketika jengkol masih dalam kondisi segar namun bisa dikurangi kadarnya jika jengkol diolah dengan perlakuan khusus. Selain bau, jengkol juga dapat mengganggu kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan, menyebabkan terjadinya penumpukan kristal di saluran urin yang disebut "jengkolan". Kandungan asam jengkolat yang tinggi dan sukar larut di air pada pH yang asam menyebabkan terbentuknya kristal dan mengganggu urinasi. Risiko terkena jengkolan diketahui bervariasi pada setiap orang, dan dipengaruhi secara genetik dan lingkungan. Dari segi nutrisi, jengkol memiliki kandungan antioksidan, vitamin, asam jengkolat, mineral, dan serat yang tinggi serta dipercaya memiliki bahan antidiabetes. Namun karena efek samping yang ditimbulkan, maka konsumsinya menjadi terbatas.
Nah bagi anda yang belum pernah mengolah jengkol sebelumnya dan penasaran bagaimana mengolah dan memasak jengkol dengan benar, maka mungkin beberapa tips amatiran yang saya bagikan ini bisa membantu. Terus terang ini adalah masakan berbahan jengkol pertama yang saya buat, namun hasilnya membuat saya puas. Pertama pilihlah jengkol yang cukup tua, tandanya teksturnya keras dan berwarna kuning ketika dibelah, jengkol muda akan berwarna sedikit kehijauan. Jengkol diselimuti kulit ari berwarna coklat gelap, berkilat dan bebas lubang-lubang kecil tanda telah dimasuki oleh ulat.
Bau jengkol yang menusuk ini bisa dikurangi dengan perendaman bijinya di dalam air cucian beras. Teman saya, Astri, menyarankan merendamnya selama tiga hari tiga malam dan setiap hari air cucian beras ini harus diganti dengan yang baru. Tiga hari merupakan waktu yang terlalu lama bagi saya yang sudah 'kebelet' ingin mencicipi semur jengkol, jadi saya hanya merendamnya selama dua hari saja. Sebelum direndam maka biji sebaiknya dibelah menjadi dua kepingan terlebih dahulu, ini untuk memudahkan zat-zat berbau dalam jengkol bisa luruh keluar. Rendam biji-biji jengkol ini di dalam air cucian beras dan gantilah air cucian beras ini setiap hari.
Karena kepingan jengkol ini masih diselimuti oleh kulit arinya yang berwarna kecoklatan dan sulit dikupas maka kita perlu merebusnya sebentar untuk membuat kulitnya lepas dengan mudah. Tidak perlu lama merebusnya, cukup masukkan kepingan jengkol ke dalam air mendidih, aduk-aduk sebentar dan kulit ari ini akan terlepas sendiri dengan mudah. Anda bisa membuang air rebusan dan rebus kembali beberapa kali di air yang baru untuk membuat jengkol benar-benar bebas bau, namun saya hanya merebusnya sebanyak satu kali saja. Cuci bersih jengkol, pastikan semua kulit arinya lepas, jika susah lepas maka gunakan pisau sebagai alat bantu. Kemudian kukus jengkol hingga benar-benar empuk. Nah sampai disini jengkol siap untuk diolah dalam aneka masakan seperti semur, rendang, atau balado. Beberapa tips meminta kita menggoreng jengkol terlebih dahulu, tapi saya langsung memasukkannya ke dalam masakan.
Kembali ke resep semur jengkol yang saya bagikan kali ini. Semur ini pedas, karena itu kurangi takaran cabainya sesuai selera. Semur ini kaya rempah dan itulah yang membuatnya istimewa dan mampu menumpas aroma tidak sedap di jengkol. Semur ini pekat dan kental karena banyaknya bumbu yang saya gunakan. Dan jika warnanya kurang coklat sebagaimana semur jengkol a la Betawi di penjual nasi uduk maka gunakan kecap manis yang pekat dan tambahkan jika warnanya kurang sesuai selera. Namun perlu saya tekankan, ketika awal proses pemasakan memang warna kecoklatannya kurang terlihat namun ketika semur mendingin, dan mengental maka warnanya menjadi lebih gelap dan coklat. Jadi hati-hati dengan porsi kecap manis yang anda masukkan.
Mungkin resep semur ini terlalu ribet, terlalu banyak bahan, terlalu merepotkan, namun percayalah rasanya super duper mantap, dan saat ini saya tidak penasaran lagi dengan resep semua jengkol a la kakak teman saya, Astri, karena yang ini pun sama mantapnya. Untuk urusan bau, terus terang kamar mandi tentu saja akan tetap bau terutama ketika anda membuang air kecil pertama kali di pagi hari, jadi buang air kecil-lah di kloset. Tips dari pembaca JTT yang menurut mereka ampuh untuk menumpas bau setelah menyantap jengkol adalah dengan mengkonsumsi Vit B, mungkin tips ini bisa dicoba, saya sendiri belum sempat melakukannya. Namuan yang jelas Vit B merk Kimia Farma cukup murah harganya dan bisa diperoleh dengan mudah di apotik dan supermarket. Tips lain seperti menyantap bubuk kopi sudah menjadi rahasia umum, walau hasilnya kurang maksimal. Menurut saya cara terampuh menghilangkan bau jengkol adalah dengan menyantap petai satu ember! ^_^
Berikut resep dan prosesnya ya!
Resep Semur Jengkol a la My Mom
Semur jengkol ini sedap bersanding dengan masakan di bawah ini:
Sambal Goreng Hati
Ayam Ungkep Bumbu Kuning
Tumis Tempe Gembus, Leunca, Teri dan Daun Melinjo
- 1/4 buah pala (kurangi jika anda tidak terlalu suka aroma pala di masakan)
- 3 sendok makan minyak untuk menumis
- 600 ml air
*) Tidak familier dengan bumbu rempah diatas? Cek artikel 'Yuk Mengenal Bumbu Dapur' untuk mengetahui tentang bumbu-bumbu tersebut.
Cara membuat:
Mengolah jengkol
Sebelum membeli maka pilihlah jengkol yang cukup tuanya. Jengkol tua memiliki aroma lebih kuat namun ketika dimasak maka teksturnya akan legit, pulen dan empuk, berbeda dengan jengkol muda yang lebih renyah teksturnya sehingga lebih cocok dimakan mentah.
Cuci bersih biji jengkol, kemudian belah masing-masing bijinya dengan pisau hingga menjadi 2 kepingan. Masukkan jengkol ke dalam mangkuk/baskom berisi air bekas cucian beras hingga semua biji jengkol terendam. Rendam selama 24 jam. Keesokan harinya, buang air rendaman dan ganti dengan air cucian beras yang baru. Lakukan ini hingga 2 atau 3 kali, lebih banyak maka bau jengkol akan semakin berkurang. Tiriskan jengkol.
Siapkan panci, isi air dan rebus hingga mendidih. Masukkan jengkol, dan rebus sambil diaduk-aduk hingga kulit ari jengkol mulai mengelupas.
Tidak memerlukan waktu lama, mungkin sekitar 7 s/d 10 menit. Angkat jengkol, tiriskan dan kupas seluruh kulit arinya hingga bersih. Proses perebusan bisa diulang hingga 2 atau 3 kali untuk membuang bau jengkol, saya hanya melakukannya sekali saja.
Cuci bersih jengkol. Kemudian pipihkan masing-masing kepingan jengkol dengan memukulnya dengan batu atau alat penumbuk lainnya. Pemukulan ini hanya untuk membuat jengkol mejadi sedikit pipih dan memar sehingga bumbu mudah terserap ketika dimasak.
Kukus jengkol hingga empuk dan matang. Angkat dan sisihkan.
Siapkan wajan, panaskan 3 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus, pekak, kapulaga, cengkeh, kayu manis, lengkuas, serai, daun salam, daun jeruk purut hingga bumbu harum, matang, dan berubah warnanya lebih gelap. Jika minyak kurang tambahkan porsi minyak, karena bumbu mudah gosong jika minyak terlalu sedikit.
Masukkan kepingan jengkol, aduk bersama bumbu hingga rata. Tambahkan air, kecap manis, gula, garam dan air asam jawa. Masak dengan api sedang sambil sesekali diaduk-aduk hingga kuah mendidih, dan mengental. Jika warna semur kurang gelap tambahkan porsi kecap manis dan sesuaikan rasa asinnya dengan menambahkan sedikit garam.
Jika jengkol kurang empuk sementara air habis maka tambahkan air dan masak hingga jengkol benar-benar empuk dan matang. Masakan ini berkuah nyemek-nyemek dan ketika mendidih maka kuah akan mengental dan lebih gelap warnanya.
Cicipi rasanya, sesuaikan rasa asin dan manisnya. Angkat dan sajikan dengan nasi hangat. Super yummy!
Sources:
Wikipedia Indonesia - Jengkol
Wikipedia - Archidendron pauciflorum
Wah.. Yummy.. Sayangnya saya ga balik mknnya.. Hiks.. Hiks..
BalasHapusMba Endang, emang bener sih, kata kaka saya yg suka buat, jengkolnya hrs direndem 3 harian, diganti airnya tiap hari, terus waktu dibumbuin, semua bumbu dapur hrs masuk spy hilang bau dan racunnya, dijamin ga akan bau kamar mandi dan ga bikin sakit lambung.. Hehehe..
Mba, makasih yaa udah sharing resep dr Bundanya..
BTW, liburan kmrn saya ke Paron. Keren ya pemandangan di lautnya..
Halo Mba Joyce, yep memang betul mba, semakin lama direndam memang baunya semakin berkurang ya. dan bumbu memang kudu segambreng buat menangkis bau, tapi tetap saja ketika dimakan bau mulut ampuuuun, 3 hari gak hilang wakakkaka
Hapushai mba endang yang super baik dan cantik... barakallah untuk ilmu nya ^_^ sudah banyak resep yg sy praktekin mbaa luluss semua....sukaaaaa :* ini menggiurkan bgt ga sabar di eksekusi ^^ ak fans blog JTT ini stiap hari di baca baca biar jago masak nya kya mba endang hihi
BalasHapusmba maaf ada prtanyaan yg melenceng... resep spong cake kmren sy kukus kok serat d tenggorokan ya mba kalo gtu adonan ada kurang gmn ya mba..mohon pencerahan nya T.T trs sy coba yg panggang lumayan ga trllu seret.cmn agak serat sdikit aja d tenggorokan apa bisa tepung.mentega nya d kurangin
hai mba Amera, thanks sharingnya ya, senang resepnya disuka.
Hapussponge cake dengan teknik kocok sekaligus semua bahan memang kurang lembut teksturnya mba, jadi memang agak2 seret, kalau mau sponge cake oke maka pakai teknis biasa saja ya, gula telur dikocok sampai kembang baru masuk tepung dan mentega (cair). kalau mau lebih lembut maka ganti sebagian telur dengan kuning telur mba.
Hai mba Endang, enak bgt ya semur jengkol.. teringat masa kecil sampe remaja, mm ku sering bikin semur jengki yg sll mbuat 3 piring nasi ludes begitu saja. Jengkol tua ini ditumis kecap jg nikmat sekali mba.. sama2 bikin lupa diri klo sdh mkn nasi dgn lauk tsb.. sygnya gangguan kesehatan dlm usia yg menua jd bikin mantang jengkol ya.. katany suka ngumatin maagh dan bikin sakit kepala.
BalasHapushalo Mba, yeep memang jengkol ini diapa2kan enak banget ya, dulu waktu masih kecil Ibu saya serng bikin rendang jengkol, berhubung daging gak sanggup beli wakakak, dan selalu habs kami serbu. Sayang bau mulutnya gak tahan yaa hehehhe
HapusMba, aku pernah masak jengkol pake resep lapis dagingnya mba endang (minus santan) rasanya enaaaakkk...
BalasHapuswah itu itu juga sedap Mba Reza, thanks sharingnya yaa
HapusMba endang... kebayang deh banyak nya jengkol oleh2 dari Mamah nya... terlihat dari foto... yang mentahnya masih banyak banget hehehe...
BalasHapuswakakakkakm betul banget Mba Ira, ini saya lagi mikir mau bikin apa lagi hahahhah
HapusWaah jadi ngiler! saya di Jerman kalu mudik ke Indonesia pasto beli jengkol mentah, di Eropa ada di Belanda, di Jerman ada tapi udah dimasak, itupun bisnis kecil2an orang Indonesia disini. Nah untuk ilangin bau, saya biasa rebus pake kopi mbak, dijamin langsung hilang baunya tapi tetep nikmat dimasak. Waah kapan2 bisa nih dicoba resep semur jengkolnya. Terima kasih! btw komen saya kok gak pernah lulus sensor disini? hehe
BalasHapusWah itu orang jerman gak protes ya ketika masak jengkol,wakakak, baunya pasti membuat mereka stress. Ternyata di eropa ada jengkol juga yaaa, mantap!
Hapusnah direbus kopi saya baru tahu mba, thanks sharingnya yaa.
eh masak sih komentarnya gak pernah publish? maaf yaaaa
mba en ganas bgt yaaa,doyan jengkol hihihi
BalasHapushahahh, maniak banget, tapi stress kalau habis makan bau mulut gak ilang 3 hari 3 malam huaaa
HapusWah bumbunya super banyak ya mba endang? Tapi pantang untuk tidak mencoba.hehe pasti mantap. Kemaren hari sya nyoba cari resep jengkol di blognya mba endag tp gak nemu,ini tadi agak surprise.:)
BalasHapusiya mba Marisa, semua bumbu dapur masuk mba, bau jengkolnya jadi berkurang hehehe. Silahkan dicoba, moga suka yaaa
HapusSy baca ini setuju bgt sm caranya mba endang. Mama sy jg kalau masak semur jengki di rendam dlu 3 hr 3 malam sambil di ganti trus airnya setiap hari. Dan slalu di geprek dgn ulekan spy jengkinya pipih hehehe. Resepnya hampir mirip sm pny mama, bedanya mama sy ga banyak pakai rempah, seingat saya hny kayu manis sm pekak. tp pny mba penasaran ak mau coba, ya tentunya kalau hrg jengki di psar lg murah hahaha. Tq for sharing cerita jengkinya mba. Ditunggu resep berikutnya ^_^
BalasHapusHai Mba Raisa, thanks sharingnya yaa, memang kudu banyak bumbu supaya baunya bs berkurang walau tetap saja after taste di mulutnya tobaaat hahahah.
HapusSeru abiiie...zzz dah kalau ngomongin si jengki exsotis nan lezat ini. Ntar saya try deh resepnya. Tapi dilidah saya tetep paling yahui kalau si jengi ini disambel cabe rawit...wuih....tiada bandingan deh...! Saking sukanya jengki nama saya sering diplesetin jadi Ari Jengki ^_^ dan itulah jadi nama beken saya wkwkwkw.....
BalasHapusSukses terus deh mba Endang.
wakakkaka, ini pasti maniak banget sampai namanya ditambahin 'jengki'. wah tapi saya juga suka banget, kita bisa saingan nih kalau makan didepannya ada jengkol wakakkak
Hapusberhubung stock jengki mentah saya banyak, saya bakalan coba sambal cabai rawit jengkolnya, kayaya mantap! thanks yaaa
Kemrn aku masak Rendang full bumbu ,jengkolnya tak rendam air biasa , trs di rebus 3x mbak...😁, enakkk....lagi murah2 nya pete dan jengkol sekrg 😁
BalasHapushahaha, itu next trial saya Mba Evan, ultimate rendang jengkol hehehhe
Hapustips menghilangkan aroma jengki ala nenek saya, jengki direbus dengan arang. Setelah empuk buang airnya. Kemudian rebus kembali dengan daun salam...setelah itu jengki siap diolah...aroma ga enaknya jauuuh berkurang
BalasHapusthanks mba Ify infonya ya, yep saya pernah dengar arang memang bs membantu menghilangkan aroma tidak sedap di jengkol bahkan jeroan sapi ya.
HapusDikampung halaman saya, di pekanbaru,biasanya menghilangkan bau jengkol dengan cara mengubur jengkolnya didalam tanah.. Jujur belum pernah coba tehnik ini sih mbak, soalnya orang-orang di rumah, meski doyan pete dan jengkol tapi berusaha mati-matian menghindari masak makanan ini.. Bau-bau setelahnya itu lohhh.. Bikin nangis pengen tobat.. Hahahahaa... Apalagi bapak,kalau lihat makannya ga berhenti tapi setelah itu ngomel-ngomel karena toilet baunya kayak TPS gt.. Hihihiii...
BalasHapushai mba Shenan, di Jakarta biasanya masyrakat Betawi suka mengubur jengkol hingga bertunas, nah jengkol bertunas ini dipakai buat sayur asam. Saya kurang tahu apakah jengkol ini jadi berkurang baunya atau nggak ya.
Hapusmbak endang kok mahal bnget petai nya 1 papan 1000.kalau di tempat aku trenggalek,pas panen raya 1 ikat (10)papan cuma 2ribu rupiah.paling mahal cuma 6ribu.....
BalasHapuswakaka, di Jakarta petai 1 papan pernah 18 rb mba, cuman berani beli 1 buat sambal goreng. Jadi harga 1000 udah mumer banget itu hehehe
HapusAlooo mba Endaaaang...aku nongol lagi secara topik nya hot hot membara gini heheheHe...kalo uda ngomongin soal si jengki emang seru abieees yaaaaak...
BalasHapusKalo mamaku, selalu masak jengkol 2 macam aja, jengkol tua digulai, jengkol muda di goreng trus dibalado dengan teri yg uda digoreng juga...mantapnya ga tanggung2 deh..oy aku asli pekanbaru heheehe..
Aku baru aja baca disalah satu group masak, cara utk ngilangin bau jengkol nya bisa juga dgn di rebus dgn daun melinjo mba..rebus yg pertama biasa utk kupas kulit ari, nah rebusan kedua baru masukin daun melinjo nya..katanya ampuh utk ngilangin bau termasuk urusan bau di kamar mandi mba hehehehe
halo Mb Desma, waaakak, jengkol dan pete memang topik yang selalu membuat hot ya. Thanks lho dengan tips penghilang bau jengkinya, yang ini saya belum pernah dengar jadi penasaran pengen coba.
Hapusjadi ngiler degan balado teri jengkinya, huaaaa
Mbak endang, jengkolnya selama perendaman disimpan di kulkas / di suhu ruang mbak?
BalasHapusdi suhu ruang saja ya mba nadia, jangan masuk kulkas
HapusMba mau nanya kalo tepung terigu 60gram kira2 brp sendok makan, gula 125gram kira2 brp sendok makan, tepung meizena 15gram kira2 brp sendok makan jg.. mohon bantuan nya mbaa maklum baru belajar bikin kue jd ga ngerti gram..
BalasHapushai mba kinanti, wah susah juga saya mengiranya ya, mungkin bs dicek saja disini: http://www.justtryandtaste.com/2011/07/konversi-ukuran-bahan-kue-dari-us-ke.html#more
Hapussilahkan dikalkulasi sendiri ya.
Mba Endang..di ngawi ada jengkol juga tho? Saya sejak kecil hidup di madiun blum pernah liat jengkol disana,baru pas pindah ke bandung ini aja tau yang namanya & rasanya jengkol. wakakak.. apa saya yang ndeso ya? Wkwwkw
BalasHapusIka
hai mb Ika, setahu saya sejak kecil jengkol sudah ada di paron mba, melimpah ruah dan sangat murah. mungkin gak pernah kepasar yaa hehhehe
Hapushaaa... sering mbak,, tapi rumah orang tua saya memang sudah deket perbatassan ponorogo juga sih mungkin jengkolnya gak nyampe di tempat sya.. hehehe
Hapushahaha, iya, kemungkinan gak nyampe yaa
HapusAslinya penasaran sama rendang jengkol, tapi takut bau kak hehe :D
BalasHapussaran saya, mending jangan dibuat wakakkak, asli ini makanan bikin rumah jadi bau toilet. saya terus terang kapok bikin lagi, dan masih punya 1 kg jengkol rebus di freezer. kalau pengen beli saja mba, dikit udah cukup heeheh
HapusHalo mbak endang , waduh ini sebenernya makanan yg saya anti banget karena baunya itu udh bikin ilfeel .. Awalnya ga pernah mau coba sampai akhirnya saya d suru coba pacar saya buat makan , ternyta enak yaa hahahaa ..
BalasHapusDannn akhirnya muncullah request untuk d masakin jengkol .. Klo menurut saya jengkol sama pete lebih bau pete .. Apa karena waktu itu jengkol yg saya coba enak , ga bau sama sekali bahkan waktu ke toilet pun urine ga bau loh ..
Penasaran sama resepnya saya coba google di jtt eh bener ada tipsnya .. Saya pembaca setia jtt loh , ibarat kan google cari resep masakan saya haha.. Klo buka browser pasti resep bla bla bla jtt ... sudah cukup banyak resep yg di eksekusi karena gampang dan penjelasan yg super detail plussss yg paling saya suka adalah banyak tips yg dibagi dsini ga cuma resep aja ..
Sukses trus mbak ..
hai Mba Febby, ini semur jengkol yang pertama saya buat sekaligus terakhir wkakakaka, tobat baunya! seisi rumah cuman bau jengkol, bikin kepala kliyengan. Saya suka semur jengkol, tapi kayanya mending beli saja hahahhaha
HapusPengen masak jengkol tapi bingung sm baunya😂, baca2 tips dr mba endang & comment2 nya jd pengen nyoba, udh lama banget pengen bikin semur jengkol tp bingung ngolahnya. Nyari resep ketemu punya mba endang jd mau eksekusi hehe. Tp skrg di pasar dkt rumah kayanya blm ada yg jualan jengkol, nnt klo ada saya mau coba bikin pakai resep mba endang😁. Oh iya mau nanya mba klo semur2an saya perhatikan mba endang sll memasukan air asam ya? Klo boleh tau fungsinya apa ya mba? Klo ga pakai rasanya beda kah?
BalasHapushai Mba Ariana, saya suka memasukkan air asam di banyak masakan mba, bukan hanya semur, selain memberikan rasa sedikit asam supaya balance tdak melulu manis/asin, air asam juga menambah rasa gurih, mau dipakai atau tidak tergantung selera ya
Hapus