Keluarga Super Irit, judul buku itu langsung menarik perhatian saya ketika berkunjung ke rumah adik saya, Wiwin, di Mampang. Buku yang ditulis oleh penulis Korea, Park Seh-yeoi dan diterbitkan oleh BIP tersebut bukan hanya berjumlah satu buah tetapi 'banyak' buah dan tersebar di ruang keluarga, kamar anak-anak dan kamar tamu yang sering saya tempati ketika berkunjung kesana. Buku-buku tersebut sudah ada di rumah adik saya sejak bertahun-tahun yang lampau, hati ini belum pernah tergerak untuk membacanya hingga suatu hari saya mendengar percakapan ini.
"Keluarga super irit, buku apaan ini Fatih?" Tanya Ibu saya ke putra bungsu Wiwin ketika beliau berkunjung ke Jakarta beberapa bulan yang lalu. "Buku tentang keluarga yang super ngirit. Umi harus baca supaya bisa hidup hemat," jawaban si kecil tersebut membuat saya nyengir. Jika ada lomba hidup berhemat maka Ibu saya mungkin akan menjadi pemenangnya. "Memang contoh ngiritnya gimana?" Ibu saya terdengar penasaran. "Contohnya waktu keluarga super irit kepengen makan kue, supaya nggak beli mereka pergi ke mall cari tester yang gratisan. Supaya hemat listrik, nasi dimakan dingin saja nggak perlu dipanaskan di magic jar." Jawaban Fatih membuat Ibu dan saya tertawa ngakak, apalagi melihat wajah bocah berusia sembilan tahun itu yang terlihat serius saat menjelaskannya.