Keluarga Super Irit, judul buku itu langsung menarik perhatian saya ketika berkunjung ke rumah adik saya, Wiwin, di Mampang. Buku yang ditulis oleh penulis Korea, Park Seh-yeoi dan diterbitkan oleh BIP tersebut bukan hanya berjumlah satu buah tetapi 'banyak' buah dan tersebar di ruang keluarga, kamar anak-anak dan kamar tamu yang sering saya tempati ketika berkunjung kesana. Buku-buku tersebut sudah ada di rumah adik saya sejak bertahun-tahun yang lampau, hati ini belum pernah tergerak untuk membacanya hingga suatu hari saya mendengar percakapan ini.
"Keluarga super irit, buku apaan ini Fatih?" Tanya Ibu saya ke putra bungsu Wiwin ketika beliau berkunjung ke Jakarta beberapa bulan yang lalu. "Buku tentang keluarga yang super ngirit. Umi harus baca supaya bisa hidup hemat," jawaban si kecil tersebut membuat saya nyengir. Jika ada lomba hidup berhemat maka Ibu saya mungkin akan menjadi pemenangnya. "Memang contoh ngiritnya gimana?" Ibu saya terdengar penasaran. "Contohnya waktu keluarga super irit kepengen makan kue, supaya nggak beli mereka pergi ke mall cari tester yang gratisan. Supaya hemat listrik, nasi dimakan dingin saja nggak perlu dipanaskan di magic jar." Jawaban Fatih membuat Ibu dan saya tertawa ngakak, apalagi melihat wajah bocah berusia sembilan tahun itu yang terlihat serius saat menjelaskannya.
Pola hidup hemat yang diterapkan Wiwin pada kedua putranya memang patut diacungi jempol. Hasilnya pun kinclong! Ketika bulan lalu saya mengajak, Rafif, kakaknya Fatih, untuk merayakan ulang tahunnya di Holycow, jawabannya membuat saya bengong. "Bang, yuk kita makan steak di Holycow. Kan abang ulang tahun nih, jadi tante Endang traktir deh." Saya tahu keponakan saya ini penggemar berat steak, dan Holycow di Senopati adalah resto steak favorit kami semua. Rafif menggelengkan kepalanya, "Nggak usah Tante Endang, abang nggak mau dirayakan ulang tahunnya. Kata Ibu kita harus hidup berhemat karena krismon. Uangnya lebih baik ditabung saja."
Wiwin yang mendengar percakapan ini kontan berkomentar, "Kamu nggak bisa ngajak anak-anak makan diluar lagi sekarang. Pikiran mereka sudah aku brainwashed dengan hidup berhemat dan buku Keluarga Super Irit." Saya terbahak mendengarnya namun langsung terkagum-kagum kala adik saya menjelaskan betapa rajinnya Rafif dan Fatih menabung, dan betapa banyak jumlah tabungan mereka di bank bahkan untuk ukuran orang dewasa sekalipun. Sejak itu setiap kali saya berkunjung ke rumah adik saya, maka buku Keluarga Super Irit menjadi buku favorit untuk melewatkan waktu disana. ^_^
Mencatat pengeluaran, mengalokasikan dana ke masing-masing pos dan selalu menyisihkan sebagian dana untuk ditabung setiap bulan sebenarnya sudah termasuk ke dalam langkah-langkah perencanaan keuangan. Dulu ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan Bancassurance sebagai Sales Trainer, maka perencanaan keuangan merupakan salah satu materi yang diajarkan ke peserta training setiap bulannya. Walau materinya hafal di luar kepala dan dengan bersemangat saya tularkan, namun dalam prakteknya jarang saya jalankan untuk diri sendiri. Kini, di usia yang uzur ini, saya pun baru menyadari betapa pentingnya mengalokasikan dana dengan benar setiap bulan, dan mencatat pengeluaran dengan seksama. Di akhir bulan saya jadi bisa mengevaluasi pos pengeluaran mana yang sebenarnya tidak perlu dan bisa ditekan sehingga lebih berhemat di bulan depannya.
Eliminir bersantap di luar rumah dan masaklah makanan sendiri, merupakan salah satu langkah berhemat yang paling signifikan untuk menekan pengeluaran. Jika biasanya saya dengan mudahnya akan berkunjung ke salah satu resto favorit untuk memenuhi nafsu menyantap makanan yang saat itu sedang diinginkan, maka kini saya lebih memilih untuk berkutat di dapur membuatnya. Saya akui walau hampir semua masakan a la resto bisa dibuat sendiri di rumah namun suasana resto yang cozy memang membuat hati menjadi lemah dan lupa dengan misi 'pengiritan' yang akan dilakukan. Nah minggu lalu saya terkenang dengan lezatnya masakan a la Thai yang pernah saya santap di salah satu mall di Jakarta, kari ayam merah a la Thai yang kaya akan bumbu dan kuat akan rasa.
Berbeda dengan kari ayam a la Indonesia yang lebih mirip kari India, maka kari merahThai lebih ringan, menggunakan rempah dan dedaunan bumbu yang segar serta umumnya sedikit terasa asam khas hidangan Thailand yang gemar menggunakan asam Jawa di dalam bumbunya. Selain itu kari Thai menggunakan shrimp paste alias terasi dan kecap ikan (fish sauce) yang membuat rasanya menjadi lebih unik.
Dalam kuliner Thailand sendiri dikenal ada tiga macam jenis kari: kari merah (red curry), kari hijau (green curry) dan kari kuning (yellow curry). Tampilan dan warna masing-masing kari tersebut sesuai dengan namanya masing-masing. Kari merah menggunakan cabai merah dalam jumlah yang banyak sehingga kuahnya tampak semarak kemerahan; kari hijau menggunakan cabai hijau segar yang ditumbuk (saya pernah menghadirkan kari hijau sebelumnya di JTT, silahkan klik resepnya disini); dan kari kuning yang berkuah kuning mirip seperti gulai di Indonesia. Semua jenis kari di Thailand bisa menggunakan aneka protein hewani seperti ayam, daging sapi, ikan dan jenis seafood lainnya.
Untuk membuat kari ayam merah ini sangatlah mudah. Bumbu halus cukup ditumis hingga matang (bumbu halus yang telah ditumis ini bisa disimpan di chiller untuk 1 minggu lamanya atau di freezer hingga tiga bulan). Ayam yang telah di goreng setengah matang lantas dimasukkan ke dalam tumisan dan dimasak bersama sedikit air hingga matang baru kemudian santan kental ditambahkan. Masakan kemudian dimasak hingga mendidih dan hasil akhirnya adalah hidangan berkuah nyemek-nyemek. Potongan ayam sengaja saya goreng sebentar bersama sedikit minyak, hanya agar permukaannya tampak sedikit kecoklatan. Ayam yang diproses seperti ini selain akan membuat dagingnya tidak hancur kala dimasak lama di dalam kuah, juga akan membuat masakan menjadi lebih gurih karena sisa minyak dan lemak yang menempel dipenggorengan.
Kari ayam merah ini sedap disantap bersama nasi hangat atau nasi jagung seperti yang saya pergunakan minggu lalu. Rasanya yang sedap dan pedas membuat saya tak ingin lagi menghabiskan uang untuk membelinya di resto Thai favorit. Berikut resep dan prosesnya ya.
Kari Ayam Merah a la Thai
Untuk 6 porsi
Kari ayam merah a la Thai ini sedap disantap bersama hidangan di bawah ini:
Salad Mangga a la Thai
Selar Garing dengan Sambal Matah a la Bali
Tumis Tahu Tauge dengan Soy Sauce
Bahan:
- 1 ekor ayam negeri kira-kira seberat 1 1/2 kg, potong menjadi 12 bagian + 1/2 sendok teh garam + 1/2 sendok teh merica bubuk
- 80 ml santan kental instan (saya pakai Kara)
- 600 ml air
Bahan & bumbu dihaluskan:
- 2 cm jahe
- 1 sendok teh merica butiran
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 1 buah bawang bombay, belah dua membujur dan iris tipis
- 2 batang serai, ambil bagian putihnya saja dan memarkan
- 5 lembar daun jeruk purut, sobek kasar
- 3 buah cabai merah keriting, iris serong tipis
- 2 sendok makan air asam jawa yang kental
Siapkan potongan ayam di mangkuk, taburi ayam dengan 1/2 sendok teh garam dan 1/2 sendok teh merica bubuk, aduk rata. Sisihkan.
Siapkan wajan atau penggorengan anti lengket, beri satu sendok makan minyak. Panaskan wajan hingga benar-benar panas. Tata potongan ayam di wajan, goreng hanya hingga permukaan ayam mulai sedikit berubah kecoklatan saja (setengah matang). Balikkan potongan ayam untuk menggoreng sisi lainnya. Angkat ayam.
Tambahkan 1 sendok makan minyak di wajan bekas menggoreng ayam, tumis bawang bombay hingga setengah layu. Masukkan bumbu halus, tumis bumbu hingga matang dengan api kecil. Aduk-aduk bumbu selama ditumis agar tidak mudah gosong dan tambahkan minyak jika bumbu mudah gosong dan sulit matang.
Note: saya mengganti tumisan ke wajan karena penggorengan anti lengket bekas menggoreng ayam tidak cukup untuk menampung seluruh bahan.
Tambahkan serai, daun jeruk dan irisan cabai merah keriting, aduk dan tumis hingga rempah layu. Masukkan air, kecap ikan, gula palem, garam dan air asam Jawa, masak hingga kuah mendidih. Tambahkan potongan ayam dan aduk hingga rata, masak hingga mendidih.
Tuangkan santan, aduk rata. Masak dengan api kecil sambil masakan diaduk sesekali agar santan tidak pecah. Masak hingga ayam dan santan matang. Tanda santan yang matang adalah warna kuah yang berubah menjadi tidak pucat dan berbau lebih harum.
Cicipi rasanya, sesuaikan rasa asin dan manisnya. Angkat dan hidangkan dengan nasi hangat. Super yummy!
Note: masakan ini tahan hingga 3 hari lamanya di chiller kulkas dalam wadah tertutup rapat.
Source:
Wikipedia - Thai Curry
Waduh, saya yang baru makan siang langsung laper lagi liat postingan mbak Endang hehehe..manteb banget diliatnya..matur nuwun resepnya dan welcome back mbak Endang ^_^
BalasHapusthanks mba Shanty sharingnya, senang resepnya disuka. Sukses yaaa
Hapusselamat datang kembali mba Endang.... miss you so much... resep-resep oke sudah datang lagi... hore...
BalasHapusthanks mba Tesa, senang resep JTT disuka ^_^
HapusHalo Mbak Endang mau tanya.. ini kalau dimasukkin kulkas bs tahan berapa hari ya? Atau ada tips kah biar jadi awet utk beberapa hari?
BalasHapustahan 3 hari lamanya dichiller ya mba dalam wadah tertutup ya.
HapusKalau di freezer Mba Endang?
HapusMaklum lagi sibuk nyari resep yang menggugah selera kala sahur tapi pengen yang praktis, hehehe..
Selain itu sekarang juga lagi pengen banget praktek latihan resep resep kue kering JTT buat bekal lebaran, hehehe..
Semangat terus ya Mba Endang..
-Mimi-
kalu freezer bs 1 bulan ya mba mimi
HapusMba..ini resep kari tp tanpa bumbu kari ya ?
BalasHapusyep, tidak sama dengan kari indonesia ya
Hapuspa kbr mbk endang? kemana aja ikut seneng dah bisa ngeblog lg....
BalasHapuskabar baik mba, saya baik2 saja hehehhe. Thnaks yaa
Hapushai mba.. resep2mu banyak yg sudah aku praktekin n hasilnya sip markusip kmrn pas libur aku bikin ayan panggang spicy trus tak krm ke ibu pada seneng lo mba mlh kakakku suruh jualan aja hehehe... lucu lg anakku mba pas kita ngumpul di rmh ortu dgn santainya crita "uti mamaku itu klo masak nyontek di komputer lo" hedeh pada ketawa semua kok mlh buka rahasia mamanya yg sukanya nyontek jtt wkwkwk...
BalasHapussi uti cm komentar gpp yg penting enak n eyang dikirimi wkwkwkw jd tambah geli, makasih mba untuk resep2mu yg sangat bagus n menginspirasi ttp semangat n ttp berkarya barakallah --Anni smg--
Halo mba Anni, thanks sharingnya ya, senang sekali membaca resep2 JTT disuka. Yep setuju dengan Uti, yang penting enak ya hhahaha. Sukses selalu yaa
HapusMba Endang apa kbr? Mba...kl cabai merah kering diganti dgn cabai bubuk kering yg biasa dipakai dlm masakan2 aceh...apa bisa mba? Kira2 brp sdm ya mba?
BalasHapusbisa ya mba novi, jumlahnya tergantung tingkat pedas yang diinginkan ya. 2 atau 3 sendok makan mungkin ya
Hapusapa bedanya dari Masaman Kari ?
BalasHapussaya sudah sering membuat Masaman Kari dna memang rasanya sangat "ngari" dan lezat.. biasanya saya buat untuk kuah roti maryam.
saya ingin coba yg ini, apakah mirip rasanya dgn Masaman Kari, Mba ?
terima kasih...
hai Mba Edna, beda2 tipis ya, hanya biasanya aslinya di Thai, red curry lebih menggunakan rempah segar sedang massaman curry lebih ke rempah kering (lebih condong ke kari india yang banyak menggunkan rempah kering)
HapusSlmt siang mbak endang,... moga mb sll diberi kesehatan dan rajin memberikan berbagai masakan yg endesssss tentunya. Saya dah sering memasak dengan resep mbak endang. Dan sll berhasil tanpa gagal sekalipun. Horeeee.resep ini jg dah berkali2 saya buat karna suami n anak saya suka masakan ayam, tongkol, nagget. Mksh ya mbak resepnya,... resep mbak ensang sll no 1 didapurq
BalasHapusHalo Mba Wiwik, thanks sharingnya ya Mba, senang resep JTT disuka dan bs membantu memasak dirumah, sukses yaaa
Hapusmbak endang makasih resep karinya, dah coba berbagai resep kari..resepnya mbak end memang istimewa..gurih pas..
BalasHapusthanks mba angel, senang resepnya disuka ^_^
Hapusmbak kalau jinten sama kecap ikan nya di skip rasanya tetep enak gak y mbak?
BalasHapustetap enak mba, skip saja ya
HapusHai mba . Boleh nanya diluar resep ya mba . Hehe . Cerita dong mba, kalau resep2 khas dari berbagai negara kaya red curry ini mba cari tau dulu authentic nya baru disesuaikan dgn selera atau dikira2 sendiri bahannya berdasarkan ingatan setelah icip2 makanan tersebut mba ?
BalasHapusHai Mba Puji, hampir semua resep yang saya hadirkan di JTT pernah saya cicipi makanannya di resto sebelum saya buat. Tapi ada juga hidangan mancanegara yag saya penasaran rasanya tapi belum pernah saya coba, biasanya saya cari2 resepnya yang kayanya oke.
HapusTapi saya enggan mencoba kalau sudah pakai merk misal bakmi ayam Pak XX, nah kalau tdk mencobanya langsung saya tdk akan coba buat.