Saya punya satu 'pe-er' yang sudah lama mengganjal di dalam pikiran dan hati. Pekerjaan rumah ini sebenarnya berbentuk suatu janji. Janji yang saya sepakati beberapa bulan yang lalu bersama Mas Farid dari Ladang Lima. Ladang Lima adalah produsen tepung gluten free yang namanya sebenarnya sudah lama saya tahu karena banyaknya pembaca JTT yang memberikan rekomendasi, namun produknya sendiri belum pernah saya coba. Tepung ini setahu saya hanya ditemukan di toko bahan pangan tertentu saja dan tidak dijual bebas di supermarket.
Namun ketika sebuah email ramah dari Mas Farid yang menawarkan saya untuk mencoba tepung Ladang Lima dalam sebuah trial resep JTT, saya pun menjadi tergugah. Well, kenapa tidak saya terima tawaran gratisnya yang manis, dan mencobanya dalam satu resep mudah? Hanya dalam waktu dua hari, satu paket tepung Ladang Lima pun datang ke kantor isinya berupa dua bungkus tepung dan sebuah kalender berisi resep gluten free. Sayangnya mood baking saya begitu jelek akhir-akhir ini, bukan hanya mood baking tapi juga mood cooking dan blogging. Cerita akhirnya, kedua bungkus tepung tersebut tergeletak di dalam chiller kulkas berbulan-bulan lamanya terlupakan, dan tak tersentuh. Hiiks!
Tapi di bulan Ramadhan ini saya menjadi teringat kembali dengan janji tersebut, janji adalah hutang yang harus dibayar, dan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan berbagi. Ladang Lima telah berbaik hati berbagi produk tepungnya ke saya dan sudah selayaknya saya membalasnya dengan berbagi satu resep gluten free yang weekend kemarin saya kutak-katik di dapur. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat peach cobbler yang saya sharing kali ini dan hasilnya benar-benar mantap!
Bagi anda yang belum tahu mengenai Ladang Lima, maka anda bisa mengunjungi websitenya di www.ladanglima.com. Produk utama mereka adalah tepung gluten free yang terbuat dari cassava atau ketela pohon. Di dalam websitenya, Ladang Lima menyebutkan tepung buatan mereka memiliki lima keunggulan: Gluten free; Warna putih tepung yang alami; Tinggi kandungan besi dan kalsium; Sumber serat makanan yang baik; dan rendah GI (Glycemic Index) artinya tepung ini tidak akan menaikkan kadar gula darah dengan drastis.
Tepung gluten free Ladang Lima juga memiliki rasa yang spesial. Mereka menggunakan ketela pohon yang dipanen dari daerah tropis tanpa tambahan bahan lainnya. Jika kita mencicipi tepung mentahnya maka akan terasa sebagaimana tepung umumnya tapi dengan sedikit rasa unik ketela pohon. Ketika saya mencobanya kemarin, tepung ini juga tidak memiliki bau yang aneh. Aromanya light sebagaimana tepung yang fresh lainnya. Ini mungkin karena Ladang Lima hanya menggunakan ketela pohon tersegar yang diproses di pabrik mereka. Ketela pohon segar diklaim mampu memberikan warna putih alami tanpa memerlukan tambahan pemutih makanan.
Berbeda dengan tepung tapioka dimana hanya menggunakan pati ketela pohonnya saja, maka tepung gluten free Ladang Lima yang biasa disebut dengan tepung mocaf (modified cassava) menggunakan seluruh ketela pohon. Tepung ini bisa digunakan sebagai pengganti tepung terigu umumnya di berbagai aneka makanan. Dalam kalender resep Ladang Lima saya menemukan beberapa resep roti, kue kering, pancake dan muffin, artinya tepung ini sangat fleksible dan mudah digunakan dalam keperluan baking sehari-hari. Bagi Ibu-Ibu yang putra-putrinya alergi gluten dan bingung hendak menghadirkan camilan bebas gluten, maka tepung gluten free Ladang Lima bisa menjadi solusi yang mudah. Bagi anda yang berminat dengan tepung ini maka produknya bisa ditemukan di toko-toko online, atau hubungi langsung Ladang Lima di kantor pusat: Jl. Ketintang Madya 93, Surabaya, telp. (+62)31-58251994; atau email ke info@ladanglima.com.
Wokeh kembali ke resep. 'Beruntungnya' atau beratnya memiliki kantor bersebelahan dengan mall adalah setiap event promo di supermarket maka kami selalu mendapatkan berita tersebut dengan cepat, dan menjadi pengunjung tercepat untuk menyerbunya. Ketika Lotte Mart mengadakan promo buy 1 get 1 untuk produk buah kaleng pada hari Jumat kemarin, maka saya dan beberapa teman pun langsung bergegas kesana saat jam istirahat tiba. Tidak semua merk buah kalengan dihajar promo, namun untungnya peach kalengan seberat 825 gram merk Hosen adalah salah satunya.
Peach dalam kaleng adalah favorit saya, dan biasanya merk Del Monte selalu menjadi pilihan. Peachnya tebal dengan tekstur yang tidak terlalu lembek dan bergelimang dalam sirup gula kental yang nendang. Sayangnya harga peach kaleng Del Monte cukup mahal dan tidak terkena diskon, jadi kali ini saya pun memilih merk lainnya yang belum pernah saya coba sebelumnya.
Empat kaleng peach pun saya bawa pulang dan sejak Sabtu hingga Minggu, dua kaleng peach sudah masuk ke dalam perut untuk disantap kala berbuka dan sahur. Tekstur peach Hosen tidak sekeras Del Monte, namun rasa sirup gulanya yang tidak terlalu manis menurut saya suatu kelebihan karena bisa dikudap begitu saja langsung dari kalengnya tanpa perlu dicampur dengan air atau bahan lainnya. Minggu siang, dua kaleng peach yang tergeletak di dapur membuat saya teringat dengan satu resep yang menggunakan buah peach di dalamnya, yaitu peach cobbler.
Cobbler adalah jenis makanan yang umumnya ditemukan di Inggris atau US. Hidangan ini berisikan buah-buahan yang dituang ke dalam loyang dan kemudian permukaannya ditutup dengan adonan cake atau biskuit dan dipanggang. Beberapa resep cobbler, terutama di Amerika Selatan, menyerupai pie dengan crust (kulit pie) di dasar loyang dan di permukaan kue. Hidangan ini sendiri aslinya berasal dari masa kolonial Amerika Inggris. Warga Inggris di Amerika yang tidak mampu membuat puding suet tradisional karena kurangnya bahan-bahan penunjang dan peralatan memasak, akhirnya menciptakan hidangan yang terbuat dari rebusan buah-buahan yang ditutup dengan adonan dasar biskuit atau dumpling dan dipanggang. Nama cobbler sendiri tidak diketahui asalnya, namun tercatat sejak tahun 1859, kemungkinan nama ini berhubungan dengan kata kuno 'cobeler' yang artinya 'mangkuk kayu'.
Untuk membuat cobbler sangat mudah, isiannya pun tidak harus menggunakan peach seperti resep yang saya bagikan. Anda bisa menggunakan nanas segar (atau kalengan), apel, pir, mangga, nangka, strawberry, blueberry, raspberry. Sebaiknya gunakan buah yang memiliki rasa asam manis karena kolaborasi dengan biskuit yang mengandung mentega akan membuat hidangan ini lebih segar. Jika anda menggunakan nanas, apel atau pir maka kupas buah dan iris tipis. Buah bisa langsung diaduk bersama gula pasir dan tepung maizena dan ditata di loyang. Blueberry, raspberry dan strawberry baik segar atau yang telah dibekukan juga sedap sebagai bahan pengisi.
Untuk adonan biskuitnya, sebenarnya mirip dengan adonan pie. Jika anda tidak memiliki tepung gluten free ditangan maka gunakan tepung terigu protein sedang atau rendah. Satu hal penting jika anda membuat adonan biskuit atau pie adalah saat proses mengaduk tepung dengan mentega tidak boleh berlebihan. Jika menggunakan tepung terigu maka gluten (protein) yang terdapat di dalam tepung akan membuat adonan menjadi keras ketika bertemu dengan bahan basah dan over mixing. Dengan tepung gluten free tentu saja hal ini tidak akan terjadi, karena bebas gluten, namun agar teksturnya tetap remah dan flaky maka sebaiknya tetap proses adonan seperlunya saja.
Peach cobbler yang lumer ini sedap disantap bersama ice cream vanilla atau langsung disikat dari loyangnya. Jika tidak teringat dengan badan yang semakin bengkak ini, ingin rasanya saya santap satu loyang langsung detik itu juga saat berbuka puasa. Tobat!
Thanks Mas Farid atas bingkisannya dan thanks Ladang Lima untuk tepung gluten free-nya yang mantap! Berikut resep dan prosesnya ya.
Resep Gluten Free Peach Cobbler dengan Tepung GF Ladang Lima
Untuk 5 porsi (loyang diameter 20 cm tinggi 10 cm)
Tertarik dengan resep gluten free lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Resep Gluten Free Chocolate Cake
Resep Cookies Coklat Kupu-Kupu dengan Almond
Resep Biskuit Maizena
Bahan:
- 2 sendok makan gula pasir
Note:
*) peach kalengan bisa diganti dengan irisan nanas, apel, pir, mangga, strawberry, blueberry, raspberry
**) tepung gluten free bisa digantikan dengan tepung terigu protein sedang/serba guna
**) baca mengenai baking powder double acting pada artikel disini
Cara membuat:
Siapkan loyang diameter 20 cm, saya menggunakan loyang keramik. Bisa menggunakan loyang apapun namun saran saya loyang keramik atau kaca tahan panas merupakan pilihan yang terbaik.
Panaskan oven, set di suhu 170'C, gunakan api atas dan bawah jika menggunakan oven listrik. Untuk oven gas gunakan api bawah saja.
Siapkan mangkuk, masukkan tepung gluten free, gula pasir, baking powder dan garam, aduk rata. Tambahkan mentega dingin. Dengan menggunakan pisau pastry atau garpu atau pisau dapur, cacah-cacah mentega bersama tepung hingga menjadi menjadi adonan berbutir-butir kasar.
Jangan mencacah adonan hingga menjadi lembut dan lumat, adonan sebaiknya buyar, tercerai berai dan kering.
Tuangkan susu dingin dengan sendok secara bertahap, jangan tuangkan semua susu sekaligus. Mungkin anda hanya akan memerlukan sekitar 4 s/d 5 sendok makan susu cair saja untuk membuat adonan menggumpal.
Aduk adonan dengan spatula perlahan hingga susu tercampur baik, jangan aduk adonan kuat-kuat terutama jika anda menggunakan tepung terigu di resep. Tambahkan susu hingga adonan tampak lembab dan mulai menggumpal, jika sudah tercapai kondisi seperti ini segera hentikan menambahkan susu dan adonan tidak diaduk berlebihan. Sisihkan adonan.
Saring peach kalengan, air peach tidak akan kita gunakan. Anda bisa menggunakan air peach untuk campuran es buah, puding atau tambahkan es batu dan menjadi minuman yang segar.
Tuangkan peach ke mangkuk, tambahkan gula pasir dan maizena, aduk rata. Tuangkan peach ke loyang. Anda bisa menggunakan loyang apapun yang tersedia di rumah, disini saya menggunakan loyang keramik dimeter 20 cm tinggi 10 cm.
Sendokkan adonan biskuit ke permukaan peach hingga semua adonan habis dan permukaan loyang berisi peach tertutup adonan. Panggang cobbler hingga permukaan biskuit tampak coklat keemasan (sekitar 40 menit dengan oven listrik saya).
Note: lama memanggang bisa berbeda-beda tergantung jenis oven dan pengapian yang digunakan, karena itu jangan terpaku pada waktu yang saya berikan. Perhatikan warna permukaan cobbler yang anda panggang, jika sudah tampak coklat keemasan segera keluarkan dari oven.
Biarkan cobbler benar-benar dingin sebelum disantap. Kue ini sedap dikudap bersama ice cream vanilla, sayangnya saya tidak memiliki persediaan es krim. Super yummy!
Sources:
Wikipedia - Cobbler (food)
Ladang Lima - Why Ladang Lima?
buah peachnya pasti segar sekali yaa mbak endang, mungkin enak kali ya kalo loyangnya pakai ramekin kecil jadi bisa kekontrol ngemilnya hehe -hana- jogja
BalasHapusyep sedap banget mba Nara, hehehe. Iya, masuk ramekin kecil keknya memang lebih oke ya, thanks idenya ^_^
HapusMbak Endang, pernah coba bikin roti pakai tepung mocaf atau tepung gluten free lainnya ga? Saya mau coba bikin bagel resep JTT pakai tepung gluten free tapi takut rotinya ga jadi hehe
BalasHapus-Azia-
halo mba Azia, untuk roti saya belum pernah pakai mocaf, so far hanya pernah pakai buat cake saja Mba.
Hapus