Minggu lalu saya berkunjung ke rumah adik saya, Tedy, di Cilebut, Bogor. Sudah lama saya tidak melewatkan weekend disana, dan rasa kangen kepada dua krucil imut, putri Tedy dan Diar mulai tak tertahankan. Kirana kini telah berusia tiga tahun dan Aruna adiknya hampir berusia satu tahun. Kedua bocah perempuan ini tumbuh menjadi gadis cilik cantik yang menggemaskan. Berhubung karena Kirana kini sudah memiliki kemauan dan keinginan sendiri, maka mendekatinya menjadi tantangan tersendiri. Tak ingin repot saya pun memilih Aruna yang tenang dan tidak melancarkan aksi protes tatkala digendong atau diajak bermain. Bocah itu hanya melongo bengong, mengoceh tak tentu arah atau nyengir ceria memamerkan dua buah gigi mungilnya yang mulai menyembul di gusi bagian bawah.
Menginap di Cilebut selama satu malam membuat saya memutuskan untuk mengajak Tedy berkeliling melihat cluster perumahan yang banyak tersebar di sekitar area itu. Jika anda rajin mengikuti update di JTT maka pada postingan tahun lalu saya pernah menuliskan dilema dan susahnya mencari rumah dengan harga terjangkau di Jakarta. Saat ini sudah pupus harapan saya untuk memiliki rumah di Ibu Kota dan lebih melirik perumahan diluar kota yang masih berdekatan dengan Jakarta. Target saya adalah cluster perumahan yang dekat dengan stasiun kereta karena transportasi masal anti macet ini menurut saya sangat efektif dan efisien.
Sejak dulu saya bercita-cita: jika Tuhan mengijinkan saya untuk memiliki rumah sendiri, maka rumah tersebut haruslah terletak di area yang sejuk, penuh pepohonan dengan halaman yang luas. Telah terbayang di benak, halaman tersebut akan dipenuhi dengan aneka tanaman sayur dan rempah, serta beberapa ekor ayam. Pedesaan tentunya merupakan pilihan yang tepat tapi tuntutan lokasi kantor dan sulitnya meninggalkan kemudahan akses yang ditawarkan oleh Jakarta membuat saya membuang mimpi tinggal di desa. Luas bangunan bukanlah menjadi masalah, rumah kecil tentunya lebih mudah dibersihkan, namun tanah yang cukup luas menjadi syarat utama.
Di bantu oleh Tedy dan Diar beserta dua krucil yang sama sekali tidak rewel diajak berputar-putar melihat perumahan di sekitar Sentul dan Cileungsi, kami pun bergerilya dari satu kawasan perumahan ke kawasan lainnya dan terkadang berhenti di kantor pemasaran untuk mengambil brosur. Kawasan Cibubur dan Cileungsi menawarkan rumah dengan luas tanah yang lumayan besar dan harga yang masih terjangkau oleh budget, namun aksesnya yang super macet serta tidak adanya fasilitas kereta membuat saya mengurungkan niat. Sentul pun saya eliminir karena hanya bisa diakses melalui tol, dan harga rumahnya yang sudah lumayan tinggi untuk luas yang tidak terlalu besar.
Untuk harga yang masih sesuai dengan kemampuan dan akses yang bisa dijangkau dengan kereta sepertinya daerah Depok hingga Bogor menjadi pilihan yang lebih memungkinkan. Itupun dengan lokasi yang masih memerlukan satu kali angkutan umum untuk mencapai stasiun. Sayangnya daerah Depok hingga Bogor minim pengembang besar seperti halnya di Cibubur atau Serpong, sehingga perumahan yang ada kebanyakan terdiri atas cluster-cluster kecil dengan luas tanah yang terbatas dan tidak di KPR-kan.
Bagaimana mungkin 'hari gini' jualan rumah tanpa menyediakan fasilitas KPR? Bagi karyawan dengan penghasilan pas-pasan seperti saya, membeli rumah dengan cara cash keras hanyalah mimpi. Walau bunga KPR cenderung tinggi dan harga beli rumah pun menjadi berlipat, tetapi mencicil rumah dalam jangka waktu panjang bukanlah investasi yang buruk karena harganya yang semakin naik setiap tahunnya. Saat ini saya masih terus melakukan survey dan browsing ke website-website yang menawarkan rumah dijual, yang jelas semakin lama saya mencari maka semangat saya pun menjadi semakin drop. Sepertinya saya harus lebih bersabar dan menabung lebih lama lagi untuk mendapatkan rumah idaman. ^_^
Wokeh sekarang kita menuju ke resep tahu telur siram jamur merang yang saya posting kali ini. Seperti biasa cerita pengantar tidak berhubungan dengan resep yang dihadirkan. Jadi bagi anda yang malas membaca 'obrolan ngalur-ngidul' a la JTT maka skip saja cerita tersebut dan langsung menuju ke resep di bawah. Seorang pembaca pernah melancarkan aksi protes di kolom komentar mengatakan bahwa cerita saya yang 'ngalor-ngidul' ini sama sekali tidak perlu, lebay dan siapa yang peduli dengan nama-nama asing yang sering dimasukkan ke dalam cerita? Well, sayang sekali saya tidak bisa menghentikan kebiasan 'lebay' ini namun asyiknya saya juga tidak memaksa siapapun untuk membacanya. Jadi ijinkanlah saya melanjutkan kebiasaan ini dan saya persilahkan siapapun untuk men-skip-nya jika dirasa tidak diperlukan atau close saja JTT dari browser. Gitu saja kok repot. ^_^
Nah bagi anda yang suka bersantap di resto Chinese food maka egg tofu yang disiram dengan tumisan kental jamur ini pasti sering anda temukan di dalam menu. Imperial Kitchen memilikinya dan menjadi favorit saya ketika bersantap disana. Umumnya jika di restoran, permukaan tahu akan ditutupi oleh selapis nori (rumput laut) yang berwarna kehijauan, nori ini bisa juga digantikan dengan bayam rebus yang dicincang halus. Ketika mencoba membuat hidangan ini di rumah, saya menggunakan homemade egg tofu (resep homemade egg tofu bisa dilihat pada link disini) dan meletakkan selembar nori di dasar loyang. Harapannya ketika adonan egg tofu dikukus dan mengeras maka lapisan nori di dasar loyang akan bertahan disana, dan saat tahu dikeluarkan dari loyang maka rumput laut tersebut akan melekat di permukaan tahu.
Sialnya, nori adalah lapisan rumput laut yang setipis dan seringan kertas, jadi ketika adonan dikukus dan mendidih, maka lembaran rumput laut itupun terlepas dari dasar loyang, dan melayang ke tengah adonan. Hasil akhirnya adalah egg tofu dengan selapis nori di bagian tengahnya, sama sekali tidak mirip dengan yang disajikan di Imperial Kitchen. Hm, mungkin seharusnya saya menggunakan jenis rumput laut lain misalnya seperti wakame yang dicincang sehingga memiliki bobot yang berat atau daun bayam rebus yang dicincang dan dipadatkan di dasar loyang, baru kemudian adonan egg tofu dituangkan ke permukaannya. Next time jika ada waktu mungkin saya akan mengulanginya lagi, namun yang jelas walau tampilan tahu telur siram jamur merang ini 'sedikit' tidak mirip dengan versi resto namun rasanya boleh lho diadu. ^_^
Berikut resep dan prosesnya yang mudah walau sedikit ribet.
Homemade Tahu Telur Siram Jamur Merang
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep tahu a la Chinese Food lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Tahu Crispy Siram Cabai, Bawang, Garam
Tumis Tahu Tauge dengan Soy Sauce
Mun Tahu dengan Daging Cincang, Udang & Edamame a la Fifi
Bahan homemade tahu telur:
- 6 butir telur, kocok lepas
- 500 ml susu kedelai tawar *)
- 1/2 sendok teh garam
- 1 sendok teh tepung maizena larutkan dengan 3 sendok makan susu kedelai
- 1 lembar nori (rumput laut untuk membungkus sushi), optional
*) Untuk hasil terbaik gunakan susu kedelai buatan sendiri, karena lebih kental dan membuat tahu telur menjadi padat. Atau jika anda menggunakan susu kedelai kemasan kotak yang sudah jadi maka pastikan susu terasa tawar (tidak ada penambahan gula di dalamnya).
**) Anda juga bisa menggunakan tahu telur kemasan yang sudah jadi dan banyak dijual di pasaran
***) Anda bisa meletakkan selembar nori di dasar loyang seperti yang saya lakukan, atau skip step ini.
Bahan saus siraman:
- 1 sendok makan minyak untuk menumis
- 4 siung bawang putih, cincang halus
- 1 1/2 cm jahe, cincang halus
- 1 ½ sendok makan saus tiram
- 1 sendok makan soy sauce (kecap asin)
- 15 buah jamur merang, biarkan utuh atau belah dua jika besar ukurannya. Bisa menggunakan jamur lainnya seperti champignon, jamur kancing atau bahkan enoki
- 250 ml kaldu ayam atau air biasa
- 2 sendok teh gula pasir
- ½ sendok teh merica bubuk
- 1/4 sendok teh garam (jika kurang asin)
- 1 sendok teh tepung maizena larutkan dengan 3 sendok makan air
- ½ butir telur ayam, kocok lepas
Bahan lain:
- 1 butir telur ayam, kocok lepas dengan garpu untuk menggoreng tahu
- 1 batang daun bawang rajang halus untuk garnish/taburan
Siapkan pinggan tahan panas, saya menggunakan loyang kaca tahan panas ukuran 35 x 22 cm. Olesi permukaan dasar loyang dengan margarine dan alasi permukaannya dengan nori (rumput laut) atau jika tidak menggunakan nori maka alasi permukaan loyang dengan kertas baking atau daun pisang. Pastikan kertas atau daun menempel dengan baik, agar ketika cairan di tuangkan ke atasnya, maka kertas dan daun tidak mengambang atau cairan mengalir ke bawah daun/kertas.
Siapkan mangkuk, masukkan susu kedelai, telur, garam, dan larutan tepung maizena ke dalamnya, aduk rata. Saring larutan dengan saringan kawat. Tuangkan larutan ke dalam loyang yang telah disiapkan. Bungkus penutup kukusan dengan kain yang menyerap air. Kukus dengan api sangat kecil selama 20 menit atau hingga tofu matang.
Note: Gunakan api yang kecil agar permukaan tofu halus. Api yang terlalu besar akan membuat permukaan tofu berkeriput. Keluarkan tofu dari kukusan, diamkan hingga benar-benar dingin. Balikkan tahu ke wadah datar/talenan, buang alas kertas/daun (jika anda menggunakan alas ini), potong egg tofu melintang setebal + 2 cm.
Siapkan penggorengan anti lengket. Tuangkan minyak agak banyak dan panaskan sampai benar-benar panas. Celupkan potongan tofu ke dalam kocokan telur, goreng dalam minyak panas hingga permukaannya kuning kecoklatan. Angkat dan tiriskan. Lakukan hingga tahu habis. Tata tahu berjajar di permukaan piring datar, sisihkan.
Tips: karena egg tofu sangat rapuh dan mudah hancur maka jangan menggoreng egg tofu dalam jumlah yang terlalu banyak di penggorengan sehingga susah ketika akan dibalikkan; Jangan membalik egg tofu selama satu sisinya belum matang kecoklatan, goreng hingga sisi bawahnya matang dan kering baru dibalikkan untuk mematangkan sisi bagian atasnya.
Membuat tumis jamur untuk siraman.
Aduk jadi satu kecap asin, saus tiram, kaldu ayam, dan gula ke dalam mangkuk kecil. Sisihkan.
Siapkan wajan, panaskan 1 sendok makan minyak. Tumis bawang putih dan jahe hingga harum dan bawang matang. Masukkan larutan kecap asin dan teman-temannya, aduk tumisan dan masak selama beberapa detik agar bumbu menjadi harum.
Masukkan jamur, aduk cepat. Tambahkan merica, dan garam. Kemudian kentalkan dengan menuangkan larutan tepung maizena sedikit demi sedikit hingga kekentalan yang diinginkan. Kemungkinan tidak menggunakan seluruh larutan maizena untuk mengentalkan masakan. Jika kuah terlanjur terlalu kental tambahkan porsi air kaldu/air.
Aduk dan masak hingga masakan mendidih.
Masukkan kocokan telur, diamkan beberapa detik agar telur mengeras, kamudian aduk perlahan hingga terbentuk serabut. Masak selama 1 menit. Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang asin dan angkat.
Siramkan tumisan ke permukaan tahu. Taburi permukaannya dengan daun bawang. Sajikan. Super yummy!
Akhirnyaaaaa mbak Endang kembali lagiiii, kangen lohh bc2 crt ttg keluarga mbak Endang. Justru salah satu daya tarik JTT ini krn ada crt2 pembukanya. Favorit saya itu yg cerita mbak Endang dan kantor trip ke anyer hahaha. Lagipula dgn crt2 pembuka, org kan jd mengenal dan akrab dgn empunya resep. Masa cuma mau "ambil" resep tanpa kenal penciptanya sih
BalasHapusthanks mba Indri, senang cerita2 JTT dinantikan dan disuka hehhehe. Thanks sharingnya yaaa
Hapushalo mba. saya rani. selama ini saya cuma jadi silent reader. tp saya sudah byk mempraktikan resep2 nya mba endang. alhamdulillah sukses + menginsprasi bagi pemula seperti saya. ngomong2, saya suka kok cerita "ngalor ngidul" nya mba endang. kadang saya suka cekikan sendiri membacanya. terus berkarya ya mba endang ^,^
BalasHapushalo Mb Rahmi, salam kenal yaa. Thanks sharingnya ya, senang sekali cerita JTT disuka, sukses yaaa
Hapussaya kok malah seneng ama cerita ngalor ngidulx mbak endang yaaa,,hihihi,,intip resep2 e jd ga membosankan.baca ceritax kadang sampe ngakak kepingkel2.
BalasHapussaya lbh suka klo jtt gayax ya tetep kyk gini,ciri khas loh,klo ada yg komen gt abaikan aja mbak.lagian qt yg bertamu ya masak toh mau ngatur tuan rumahx harus ngapain,,lha wong di bagi ilmux gratis aja udah berssyukuuuuur bgt.btw resep ini kok kykx yummy bgt yak. sayangx d sini cr nori susah.
Thanks mba Winda, terus terang saya juga bakalan bosan banget blogging kalau hanya nulis resep saja hehehheh. Thanks ya sharingnya ^_^
HapusHalo mba endang..saya salah satu silent reader mba yg sangat menikmati membaca prolog jtt..justru disinilah kelebihan jtt dibanding blog masakan yg lain..salam kenal y mba..-nita-
BalasHapusSalam kenal mba Nita, thanks sharingnya yaaa, senang sekli resep JTT disuka, sukses selalu yaaa
HapusMakasih resepnya, mbak Endang. Menu kesukaan saya tapi belum pernah coba bikin sendiri. Kalau pakai tahu telur siap pakai, cukup praktis untuk menu sahur nih.
BalasHapusSama2 Mba Alfa, yep pakai tahu telur lebih cepat dan praktis yaa.
HapusMbak...aku ngikutin JTT dari 2012, sempat jarang baca krn internet on off. Seneng banget sama cerita seru, konyol, mengharukan, lebay..and so on a la mbak endang. Suami sampai ikut merasa familiar dgn cerita2 mbak. Keep on writing mbak :). You are a blessing buat kami.
BalasHapusHalo Mba Shane, thanks sharingnya ya, senang sekali cerita2 di JTT disuka, sukses selalu buat Mba dan keluarga yaa
HapusHalo mbak Endang, nice to meet you again. Kalo menurut aku justru daya tarik dari JTT ini adalah cerita mbak Endang yg ga ada hubungannya sama resep yg sedang dibahas. Serasa baca cerpen seru :). Lanjutkan, mbak Endang....
BalasHapusLiza
Halo Mba Liza, thanks ya Mba supportnya, senang sekali membaca komentarnya. Sukses selalu yaaa
Hapuswahhhh... jangan dihapus cerita ngalor ngidulnyaaaaaa... JTT ya ciri khasnya gini...
BalasHapussalam kenal mbak Endang..
Melly
Bandung
Salam kenal ya Mba Melly, thanks sharingnya yaa, senang sekali cerita JTT disuka, sukses yaaa
HapusCuma 1 komentat dari saya :
BalasHapusSaya suka cerita dari mba endang titik
Hahhaha, thanks Mb Ary!
HapusWaduh kebalikan sama sy mbak.. kalo sy malah kadang ga tertarik ma resepnya cuma baca cerita ngalor ngidulnya mbak endang hehehe... menarik lhoo.. kadang menginspirasi juga..
BalasHapusThanks Mba Dian, saya juga suka menulis ceritanya dibanding resepnya hahhahah
HapusMba Endang.. saya Devi, justru saya paling suka baca JTT karena penasaran cerita apa lagi yang mau di share sama mba Endang, menurutnya saya ceritanya bagus dan biarpun ga ada hub nya dengan resep tapi saya tetap suka, so.. jangan rubah kebiasaannya cerita ya mba, itu yg selalu sy tunggu cerita2 serunya.. I love it so much..
BalasHapusThanks Mba Devi, senang sekali cerita JTT disuka, sukses selalu yaaa
HapusSmga d mudahkan ya mbak rezeki nya agar bisa beli rumah impiannya...amiiinn...
BalasHapusDian
Amiin Mb Dian, semoga saya lebih realistis dan gak ngayal ketinggian hahhahah
HapusMbak Endang... prolog berupa cerita aku suka banget loh... malah menginspirasi... jangan dihilangkan ya. Itu yang bikin jtt gak flat... seru dan lucu.
BalasHapusThnaks Mb Nina, menurut saya juga begitu hehehe, Betapa membosankannya kalau hanya resep melulu saja yaa, bahkan bagi sy yang menulisnya hehhehe
HapusHii mba.. Mau tnya ya klo mau bikin tahu pke susu kedelai yg dijual digerobak2 abang2 yg lewat bs ga ya? Biasanya dia jual susunya may dlm keadaan panas mba..
BalasHapusBtw mba klo mau cr Rmh pinggiran jkt yg dket stasiun, klo ga slh Ada tuh daerah cilebut. Namanya Bogor residence #saya bukan marketing ya mba, cm dpt info dr tmen.. Krn saya jg prnh kyk mba endaang yg heboh liat hrg Rmh mahal2 smua.. Haduuhh
Hai Mba Lina, yep bs ya Mb, pakai susu kedelai apapun oke, cuman kadang yang disupermarket ditambah gula jadi manis ya.
Hapusiya, saya juga pengennya deket stasiun supaya gampang aksesnya, sudah browsing2 cuman belum nemu yang sreg, kudu datang langsung ke lokasi. Ntar saya coba Bogor Residence ya, thanks ya infonya ^_^
cerita ngalor ngidul itu udah ciri khas jtt dan saya sukaaaaa! pertahanin ya mbaa hihihi :*
BalasHapusthanks ya Mba, senang sekali cerita JTT disuka, sukses yaaa ^_^
HapusUntuk saya yang kurang begitu suka memasak, kadang saya lebih tertarik baca cerita narasinya daripada resepnya ^^
BalasHapusHahahha,iya ya terkadng saya juga muales masaknya, tapi nulis ceritanya lebih semangt hehehhe
Hapushalo mba... senangnya mba endang sudah aktif kembali ^_^
BalasHapusMba endang, justru saya suka baanget cerita ngalor ngidulnya. apalagi gaya penulisan mba endang yg mengalir apa adanya tp ga kaku. justru ini yang jadi ciri khas dan keistimewaan JTT *jempol deh
o iya mba, gmn kabarnya apartemen basura nya? beberapa kali lwt disitu selalu ingat mba endang deh hehe.. dan sepertinya apartemenny sudah hampir rampung ya. kapan pindahnya mba? ^-^
Sukses buat mba endang dan JTT yaa..
rizi
Halo Mba Rizi, thanks ya sharingnya, senang cerita JTT disuka hehehe
HapusApartemen bassura sudah serah terima Mb, yep sudah jadi, cuman saya belum renovasi interiornya, nabung dulu hahhaha. Belum ada rencana pindah, sementara masih di rumah Pete hehhehe. Thanks yaa, sukses untuk Mb Rizi dan keluarga yaa
Hai Mbak Endang, salam kenal. Saya baru beberapa bulan ini mengenal JJT dan saya sangat sangat sangat suka. Ini adalah blog yang sangat membantu dan bermanfaat untuk saya, wanita yang harus kerja 10 jam sehari dan menyiapkan makanan untuk suami. Sampe saya cerita2 ke suami, keluarga, teman2 tentang JJT dan betapa baiknya mbak Endang ini, yang kalau dibuat untuk profit mbak bisa aja cuma ngejual buku, gak usah update blog lagi. Tapi Mbak masih update JJT ini dan lengkap sekali step by step nya pada setiap resep, saya juga suka lihat komen2an mbak dengan pembaca dimana mbak sabar sekali menanggapinya. Terima kasih ya mbak telah melahirkan JJT dan semoga mbak selalu sehat dan sukses.. Aaaminn. Btw untuk cerita ceritanya saya suka banget, dan selalu ada pelajaran yang bisa saya petik dari cerita mbak. Tetap semangat mbak Endang!
BalasHapusHalo Mba Luluk, salam kenal juga ya mba, thanks ya sudah menyukai JTT dan mempromosikannya ke keluarga dan teman dekat. Senang sekali JTT disuka dan ceritanya juga dinantikan, sukses selalu untuk Mb dan keluarga yaa
HapusHai, mbak Endang. Buat saya, it's a privilege mbak mau berbagi soal ibu, adek, keponakan, hometown dan banyak hal lainnya. Jujur setelah mengikuti blog JTT sekian lama serasa ada kedekatan emosi. Makanya banyak yang bilang kangen waktu mbak lama nggak nge-post. Oh, ya kalau saya lewat jalan Cipete Raya atau pasar Blok A, atau All Fresh Ambassador pikiran langsung melayang ke mbak Endang. Saya bayangkan kalau tiba-tiba lihat mbak Endang di jalan, pasti saya langsung teriak-teriak panggil nama terus minta foto bareng deh...hahaha. Salam, Heni
BalasHapusHalo Mb Heni, thanks ya sharingnya, senang sekli cerita JTT disuka. Hahahha, semoga suatu saat kita bisa bertemu di tempat yang Mba sebutkan itu yaa, itu daerah jelajahan saya hahahha
HapusDear mbak, semoga cita citanya dapat rumah yang sesuai keinginan cepat terkabul ya. Kalau gak, dapat calon suami yang punya rumah sesuai impian juga boleh wkwkwk. From silent reader yang sudah mulai baca jtt sejak kolom comment masih kosong melompong. :)
BalasHapusWakakakka, amin atas doanya yaa, harapannya begitu tapi keknya cari rumahnya sedikit lebih mudah dibandng calon suami yang punya rumah wakkakak
HapusJustru yang saya tunggu dari postingan baru JTT adalah cerita prolog/narasinya, gpp ngalor ngidul yang penting ngakak :D
BalasHapusBoro2 praktekin resep, bangun dari kasur aja malas :D jadi baca prolog Mba En dulu biar ketawa, jadi mood masak muncul lalu bisa coba resepnya deh :) Seperti komentar diatas, cerita yang ngalor ngidul itu adalah ciri khas JTT! Jangan pernah dihilangkan! :)
-Rinty-
Thanks Mba Rinty sharingnya ya, senang sekali cerita JTT bs memghibur dan disuka, sukses selalu ya Mba ^_^
HapusMbak Endang, saya tau blog ini dari anak saya (Sakha, P, 12 Th). Dia suka masak hasil dari brosing sendiri. Dan saya kagum "Kok keren banget anak ini"....Hari ini dia kehabisan paket data jadi minta tolong saya buka blog untuk mencari resep pesanan. "Buka di JTT aja Buk, Pasti enak dan berhasil". Makasih ya Mbak, sudah mau berbagi ilmu, semoga menjadi amalan baik untuk Mbak Endang ...
BalasHapusHalo Mba Anjas, salam kenal dan thanks sharingnya ya. Amiin atas doaanya ya. Senang sekali resep2 JTT disuka, sukses untuk Mba dan keluarga. Btw, salam sayang buat Sakha yaaa ^_^
HapusMbak Endang, saya suka cerita2nya. Apalagi kalo cerita ttg adiknya yg tinggal di Cilebut, saya penasaran jgn2 tetanggaan sm saya. Saya di Pesona Cilebut 1 mbak, ke stasiun kereta tinggal koprol sampe deh ^_^
BalasHapusWah kayanya tetanggaan Mba, hahhhha. Tedy di Pesona Intiland, sama gak ya sama pesona cilebut? Naik angkot sekali buat ke stasiun Cilebut hehehhe
Hapusaku suka banget ko mba cerita prolognya, justru itu ciri khas, kl blogger lainnya blm tentu gt, plus ditambah step by step yg lengkap bgt,jd tambah suka blognya loh...
BalasHapussyykses selalu mbaaaaak
thanks mba Maya supportnya, senang cerita kacau dan resepnya disuka hehehhe. sukses selalu yaaa
HapusMbak Endang saya juga mau protes ttg prolog Mbak Endang! Kenapa terlalu kepedekan buat saya yaaaa? Haha soalnya nagih banget baca prolog Mbak Endang.. Malah sy suka berkali2 buka blog MbAk Endang cmn mau baca prolognya.. my fav kayak cerita Mbak Endnag di Jogja atau cerita keponakan2 Mbak Endang yg lucu2 itu loh hihi kapan2 boleh dong Mbak posting foto Mbak Endang sekeluarga yg suka diceritain di jtt ;)
BalasHapusOh iya Mbak Endang sy udh coba resep ini dan suami sukaaaa banget.. mksh ya Mbak Endnag buat resep2nya.. sy yg tdnya ga bs bedain ketumbar sm lada atau lengkuas sm jahe akhirnya sedikit2 udh bs bs masak krn resep2 jtt. Thanks Mbak Endang! Oh iya one more Mbak, boleh dong Mbak Endang share resep mie aceh, kebetulan sy lg cari2 belum ketemu yg cocok dan gampang.. nunggu update-an Mbak Endang aja ah, thanks Mbaaak:)
halo Mba Fatwa, thanks ya sharingnya, senang sekali cerita dan resep JTT disuka. Mie aceh saya belum pernah buat Mba, nanti kalau ada waktu saya pengen coba juga hehhehe. Sukses selalu yaa
HapusTerimakasih Mba Endang resepnya, kebetulan ini juga menu favorit saya di restoran chinese food, langsung eksekusi nih nanti kayaknya buat buka puasa. Request resep-resep yang pakai jamur lagi dong mba, karena anak saya umur 4 tahun suka sekali makan jamur :)
BalasHapusBaca cerita mba endang yang sedang cari rumah, kebetulan saya baru ambil rumah di daerah bogor meskipun bekerja di jakarta, coba searching perumahan river valley mba, harganya terjangkau dan tanahnya lumayan besar, pemandangan buka jendela langsung gunung salak. Semoga bisa tetanggaan ya mba, saya jadi bisa berguru langsung sama mba Endang, hehe
sama2 mba dian, kayanya banyak resep jamur di JTT ya, googling saja 'jamur JTT'
Hapusthanks banget infonya yaa, pengen rumah yang tanahnya gedean supaya bs nanem2 hahahaha. sip, saya browsing dulu yaa, moga2 bs masuk budget hehehe
mantab ni...perlu di coba resep nya....makasi untuk resep resep nya
BalasHapussama2 mba Emir, moga suka yaaa
HapusWaaah ada ya yang protes dengan cerita prolog Mbak Endang? Kalau saya malah seneng tuh dengan cerita "ngalor-ngidul" Mbak, justru itu yang bikin pembaca jadi lebih akrab dengan Mbak Endang. Kalau bisa saya malah pengen ketemu, hehhee.
BalasHapusCari rumah di Tangsel aja Mbak, tetanggaan yuuuk :)
halo mba Nanik thanks ya sudah menyukai cerita2 JTT. Tangsel salah satu sasaran saya mba, belum ada waktu buat survey mungkin habis lebarn mau lihat2 kesana. thanks yaa
HapusHai mba, kynya semua fans JTT sepakat ya klo prolog yg mengawali resep itu jd ciri khas yg sayang klo dilewatkan dan jgn smpe dihilangkn ya mba :) krn itu jd bacaan ringan, seger yg seringkali bikin ketawa terharu bhkn sedih.
BalasHapusSaya jg sering lebih fokus baca bagian ceritanya trus baru liat2 foto2nya. Liat resepnya sekilas aja. Ntar besok2nya ko lg pgn masak/baking barulah fokus baca resepnya hehe. Sukses dan sehat selalu mba Endang. (Hera)
hai mba hera, thanks sharingnya ya, senang cerita JTT disuka. Yep, saya juga tidak berkeinginan menghilangkan cerita JTT, krn saya bs boring setengah mati kalau hanya upload resep saja hehheheh. Sukses selalu yaa
HapusTrims mbak endang utk resep2nya yg menggugah selera. Saya malah suka banget baca cerita2 nya mbak endang. Serasa baca cerpen. Favorit sy saat mbak endang hunting rumah. Kebayang capek nya.... utk resep2 selanjutnya jgn pernah lupa bercerita ya mbak. Kalo cuma baca resep mah tinggal googling aja. Tapi saya selalu menantikan cerita2 nya. Salam kangen dr pontianak, mbak.
BalasHapushai mba Eka, thanks sharingnya ya, senang sekali cerita dan resep JTT disuka. Saya kan hunting lagi habis lebaran hahhahah, stress juga. Sukses dan sehat selalu yaa
Hapusnaah... setuju sama semua pembaca setia JTT.. prolog nya hrs lebih di panjangin mba endang.. ^_^ masak nya ntar ajah..
BalasHapusdari sekian banyak resep mba endang di JTT, saya baru eksekusi 1 resep doang.. pempek dos:
http://www.justtryandtaste.com/2012/11/pempek-dos-pempek-gurih-walau-tanpa-ikan.html
itu ajah gak pake isian telor & kuah cuko, makan gitu ajah setelah di goreng.. tetep enak kok.. mantabb..
by the way mba endang.. ditunggu cerita JTT di Jepang Part 5: nya yaa...
Thanks ya mba Trie, senang cerita dan prolog JTT disuka, hehehhe. Cerita jalan2 ke jepangnya sedang diusahakan yaa
HapusHehhee, aneh2 aja. Jujur saya ga bisa skip malah bagian cerita di JTT ini. Karena ga jarang juga banyak cerita menarik yang saya dpt dari situ. Seperti waktu Mba Endang cerita di kampung halaman tentang pawon mbah puteri, dll. Satu hal yg ingin terbesit dari dulu di benak saya Mba, bertahun2 saya jd pengikut JTT, cuma mau tanya koq agak segan. Tapi karena cerita kali ini ada yg menyebutkan bahwa ada "nama-nama asing", jika mba Endang berkenan, kiranya beritahu saya siapakah gerangan Pete itu? hihihi.. semangat terus berkarya Mba
BalasHapusThanks Mba Herlina, senang membacanya hehehehe
HapusJalan Pete Mba, sekitar rumah saya nama jalannya berbau sayuran, kubis, ketimun, pete hehehhe