Saya dibesarkan dengan masakan bernama bothok. Bothok lamtoro alias petai china, tempe dan udang sungai yang dibuat nenek saya, alm. Mbah Wedhok, ketika dulu kami semua masih tinggal di Paron. Sebagaimana orang Jawa tulen lainnya, maka Mbah merupakan penggemar bothok kelas berat. Tidak heran beberapa kali dalam seminggu maka makanan ini akan hadir di dapurnya. Biasanya jika menu ini telah masuk ke dalam rencana, maka pagi-pagi Mbah sudah berangkat ke pasar. Pedagang ikan sungai seperti wadher, kuthuk, lele, tawes dan udang hanya ada di pagi hari. Saya masih ingat, para pedagang ini memiliki lapak di bagian belakang pasar, berdekatan dengan jajaran toilet umum.
Jika mood Mbah sedang bagus maka terkadang kami diajaknya serta. Tapi seringkali beliau berangkat sendiri, mungkin mengajak kami membuat Mbah harus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli cenil dan bubur sumsum. Momen 'Mbah mengajak ke pasar' ini tentu saja selalu saya manfaatkan dengan suka cita dan kunjungan ke bagian lapak ikan, membuat suka cita itu semakin berlipat ganda. Ada kesenangan tersendiri melihat aneka ikan sungai segar yang baru saja ditangkap dan digeletakkan di lantai pasar. ^_^
Bothok dan pepes adalah dua lauk yang cukup favorit bagi masyarakat pedesaan di Jawa, tepatnya di kampung halaman saya di Paron. Mungkin karena daun pisang sebagai pembungkus melimpah ruah jumlahnya, cukup berjalan beberapa meter saja ke belakang rumah untuk mendapatkannya, serta tentu saja kelapa muda sebagai bahan baku utama sangat murah harganya di pasar. Selain itu rasa bothok yang gurih, pedas, dan kaya akan rasa memang mantap menjadi pendamping nasi hangat. Tidak memerlukan tambahan lauk atau sayur lainnya, cukup bothok dan nasi, dan santap siang hari itu serasa makanan surga. Mungkin itu jugalah yang membuat para orang-orang jaman dulu terlihat sehat dan energik hingga di usia tua mereka, tidak mengkonsumsi junk food dan lebih banyak menyantap makanan yang direbus atau dikukus.
Bothok favorit Mbah hanya terbuat dari kelapa muda, daun melinjo, biji lamtoro, udang sungai dan teri. Sederhana, sama sekali tidak ribet namun membutuhkan waktu berjam-jam bagi Mbah untuk membuatnya di dapur. Mbah Wedhok memasak dengan falsafah Jawa 'alon-alon asal kelakon' alias 'pelan-pelan asalkan semua selesai'. Sejak pagi hari hingga menjelang makan siang, Mbah akan sibuk berkutat dengan aneka bumbu, bahan, dan tentu saja sebuah tungku kayu hitam penuh jelaga yang membutuhkan waktu dan kesabaran untuk bisa mengobarkan api dengan baik. Beliau terlihat menikmati setiap proses dalam kegiatan memasak, sangat rileks dan tidak terburu-buru.
Dulu saya menontonnya dengan penuh hikmat, ada keindahan tersendiri melihat segala gerak-gerik beliau kala mengupas bawang, menguleknya di ulekan tanah liat, memarut kelapa dengan gerakan monoton, hingga membungkus adonan dengan daun pisang. Namun sekarang seandainya Mbah masih ada dan memasak di depan saya, pasti hati ini sudah tidak sabar melihatnya. Bayangkan, setengah hari waktu dihabiskan di dapur dan masakan yang keluar hanyalah bothok dan tempe goreng. ^_^
Ada banyak sekali bahan makanan yang bisa dibuat menjadi bothok, yang umum misalnya teri, ikan asin, udang kecil, jamur, cabai hijau, petai china alias lamtoro, daun melinjo, petai, tempe, tahu, daun kemangi, tomat hijau, jagung manis pipilan, hati-ampela ayam, usus ayam dan masih banyak lagi. Bumbu bothok umumnya sangat simple, namun jangan pernah lupa menambahkan daun salam dan lengkuas, kedua rempah ini akan membuat aroma bothok menjadi harum dan menggugah selera. Kunci bothok lainnya adalah pemilihan kelapa muda yang digunakan. Kelapa harus cukup mudanya, ditandai dengan daging kelapa yang masih lunak kala ditekuk namun cukup keras untuk diparut. Semakin muda tentu saja semakin baik tetapi menyulitkan kita untuk memarutnya, kecuali tentu saja jika kita memarutnya di pasar dengan mesin penggiling kelapa khusus. Kelapa yang terlalu tua akan membuat bothok menjadi kasar dan kesat. Sebaiknya kulit ari kelapa dikupas terlebih dahulu agar warna bothok tidak terlalu kecoklatan ketika matang.
Berikut ini resep dan proses membuat bothok a la Mbah Wedhok yang dijarkan ke Ibu saya ya.
Bothok Jamur Tiram dengan Lamtoro dan Udang
Resep diadaptasikan dari Mbah Wedhok
Bahan:
- 200 gram jamur tiram, suwir-suwir
- 1 batang daun bawang, rajang kasar
- 5 buah tomat hijau, rajang tipis
- 1 ikat kecil kemangi, ambil daunnya saja
- 2 genggam daun melinjo, rajang kasar
- 5 buah cabai hijau keriting, iris serong tipis
- 3 sendok makan biji lamtoro atau petai china
- 150 gram udang kecil, biarkan kepala dan kulitnya
- ½ buah kelapa muda, diparut kasar
Bumbu dihaluskan:
- 5 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 5 buah cabai rawit merah
- 5 buah cabai merah keriting
- 2 sendok teh terasi bakar
Bumbu lainnya:
- 2 ruas jari lengkuas, rajang tipis
- 5 lembar daun salam, sobek kasar
- 2 sendok makan gula jawa, sisir
- ½ sendok makan garam
Bahan lainnya:
- Daun pisang secukupnya untuk membungkus
- Lidi untuk menyemat bothok
Cara membuatnya:
Siapkan mangkuk, masukkan semua bahan. Aduk rata dan sedikit remas dengan tangah hingga bahan menyatu dengan baik. Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang asin.
Siapkan daun pisang, ambil sekitar 2 sendok makan adonan, bungkus dengan daun pisang. Semat dengan lidi dan lakukan hingga semua adonan bothok habis.
Kukus selama 20 menit hingga matang.
Keluarkan dari kukusan dan sajikan. Super yummy!
Halo mbak Endang. Jaman saya masih SD dulu ada penjual bothok pethet di sekolah. Tiap jam istirahat anak-anak pada antre beli bothok terus dimakan sama krupuk gorengan wedhi (pasir). Harganya 15 Rupiah sajah. Hemmmm, nikmatnya masih berkesan di ingatan. Postingan mbak Endang bikin saya kangen masa lalu, masa dimana iwak wadher dan kuthuk juga menjadi menu istimewa sehari-hari. Salam, Heni
BalasHapushai mba Heni, wah kok sama yaa, di sekolahan saya dulu juga ada pedagang bothok hehhehe. Tapi kerupuknya jenis yang beras atau karak mba. Waduh jadi ngeces baca sharingnya hehhehe.thanks yaaa
HapusSebelumnya saya belum pernah buat bothok jamur. Seringnya bothok tahu tempe/bothok ontong. Liat postingan mbak endang jadi pengen nyoba bikin.
BalasHapusenak mba tika bothok jamur, jenis jamur apa sja juga oke kok ^_^
HapusTernyata bothok bisa macam-macam bahannya ya... saya suka banget bothok tapi tidak akrab dengan cara pembuatannya... sepertinya ribet... baca jtt jd tambar pinter nih. Makasih banget mbak Endang... resep-resepnya jadi rujukan saya kalo mo masak...
BalasHapushai mba nina, bothok justru masakan yang super simple hehehe, semua tinggalcemplung, bagian yang sedikit ribet mungkin bungkus membungkusnya saja ya hehhe
HapusSelalu menyenangkan rasanya membaca setia cerita dbalik smua resep2 yg mba endang buat. Terlebih lg ktika ceritany adalah tentang Mbah Wedhok ato Paron. Ada bayangan yg muncul ttg suasana Paron. Agak lebay memang saya menanggapinya, tp mgkn krn saya jg brasal dr Jawa dan prnah tinggal d daerah pedesaan sprti Paron, jd smua trasa tdk asing d pikiran saya. Terimakasih loh mba, brsedia cape2 menuliskan ceritanya. Abaikan saja dgn komentar negatif org2 yg tdk menyukai cerita mba Endang, toh mrka bs komentar artinya mrka membaca jg. Trimakasih jg utk smua resep2 yg slalu brhasil membuat kaki saya kmbali brsemangat menuju dapur. Berkutat berjam2 hnya utk mengeksekusi resep baru. Ttp semangat menulis dan memasak y mba Endang. Salam hangat dr kluarga saya d Bandung, yg slalu mnikmati masakan saya, hasil dr kepo justtryandtaste ^_^
BalasHapusAh pengalaman masa kecil di desa memang penuh nostalgia manis dan pahit, tapi saya bersyukur pernah merasakannya. Swear suka kangen kepengen tinggal di desa lagi, one day hehehe.
HapusThanks mba Deetya sharingnya ya, senang artikelnya disuka, sukses sellau yaaa
Setiap membaca postingan Mba Endang, selain resepnya yang yahud...cerita2 yang uniklah yang selalu dan selalu saya tunggu. Ada kenikmatan tersendiri yang saya rasakan ketika membacanya. Saya juga terlahir dan dibesarkan di sebuah desa di Jateng...maka ketika membaca tulisan mba Endang serasa sayalah yang ada dlm cerita itu. Maaf ya mba, bukan bermaksud utk menggantikan 'peran' mba Endang ^_^
BalasHapusBerharap banget suatu hari nanti bisa membaca tulisan Mba Endang yg berisi pengalaman hidupnya yg seru, dalam sebuah buku...pasti akan sangat menarik.
Terimakasih ya mba, sudah berbagi ilmu dan cerita dengan tulus. Tetap semangat dan sukses selalu
~sri han~
Hi Mb Sri Han, thanks sharingnya yaa, pengalaman di desa memang seru dan penuh cerita ya, sampai sekarang saya masih kangen dengan suasana pedesaan yang adem ayem, penuh kehangatan dan ramah.
HapusWahh sy jg pecinta bothok mba cm klo tempatku digunungkidul bothok tu bumbunya dikasih tempe bosok(tempe daun yg sgaja dibusukin)..sedeeeppp bener dimakan dg nasi angett
BalasHapuswah sama seperti mbah dan ibu saya kala memasak bothok mba, pakai tempe bosok heheh, sayangnya saya kurang suka aromanya ^_^ thanks sharingnya yaa
Hapusmbak endang, saya pekerja, py wkt belanja seminggu sekali. kalo kelapa muda (parut) beli sehari sebelumnya & simpan di kulkas masih bisa digunakan ga ya?
BalasHapushai mba Yanni, kelapa muda tidak bs disimpan di chiller walau hanya semalam mba, aromanya berubah ya. Bisa disimpan di freezer saja, tapi jangan lebih dari semalam, karena kelapa akan mengering kehilangan santan dan aromanya yang harum.
Hapusmbak jika udangnya di ganti dengan jamur tiram putih itu bisa gak ya ?? kemarin saya udah coba tapi haislnya ( maaf jamur yang saya campurkan dengan botok malah tambah lembek dan bikin eneg jika di lihat ) soalnya masih belajar masak . . mungkin mbak endang bisa posting lagi tapi tentang resep botok jamur tiram putih gitu, terims ya
BalasHapusbisa2 saja mba.
Hapusjamur lembek mungkin karena dicuci ya? kalau dicuci peras kuat2 supaya air di jamur habis. biasanya kalau jamurnya bersih dan beli di supermarket sya gak cuci, tapi di lap saja dengan tissue. jamur kalau dicuci akan menyerap air banyak dan mengeluarkan aroma kurang ok
Mbak, jamur tiramnya saya kalo beli di pasar masih segar. Cm kadang bau khasnya itu anak2 kurang suka. Apa perlu dikasih air panas dulu untuk menghilangkan baunya? Bothok favorit suami dan anak-anak, cuma belum pernah pake jamur. Pngen nyoba saya. terima kasih.
BalasHapusMaya
hai mba Maya, jamur berbau umumnya karena dicuci mba, air memang membuat jamur mengeluarkan aroma 'umami' yang kurang oke. Kalau jamur bersih saya biasanya hanya lap pakai tisu, tapi siram air panas mungkin bs ya, tapi kudu diperas airnya sampai habis supaya gak basak di bothok
HapusSalam mbak
BalasHapussaya dari malaysia
seronok saya baca blog mbak
terima kasih kerana resepi bhotoknya
Kalau disini biasanya botok tempa sama daun cembluan dicampur jugak bunga melinjo
ehmmm sedap sekali
salam juga ya Mba, wah membacanya saya jadi ngiler, kepengen bikin bothok, cuman belum pernah dengar daun cembluan ^_^
HapusJadi ingat Ibu temanku Mak, dulu saat SD , saya sering dibuatkan bothok mlandhing hasil kebunnya. Dari kelapa, daun pisang , mlandhing dan daun melinjo hasil kebun sendiri
BalasHapusMembaca reep bothok ini serasa memoriku diingatkan kemabli
thanks sharingnya mba Tatit, kalau di kampung di Jawa lauk sehari2 gak bs lepas dari tempe dan botok, sedap!
HapusHai mba Endang..
BalasHapusDuh..bothoknya mengingatkan saya sama bothok buatan ibu saya.. Jadi kangen beliau karena sekarang saya tinggal terpisah dengan ibu..
Hanya saja bothok buatan ibu gak pakai daun melinjo. Ibu seringnya bikin bothok tahu, dan bothok daging sapi..enak juga lho mba dicampur daging sapi..kadang juga bikin yg versi bothok udang..
Tp kadang karena daging sapi yang dipakai tidak terlalu banyak, jadi dipisah ada yang hanya isi tahu dan mlanding saja dan isi yang pakai daging, jadi kalau pas ngambil bothok dan dapat yang isi daging berasa dapet doorprize deh mba.. Haha..
Thanks sharingnya ya mba.. Jangan bosan untuk berbagi yaaa... ^_^
hai Mba Aiie, thanks sharingnya ya, sepertinya mantep tuh bothok buatan Ibu. Makanan ini memang seperti terlupa, padahal sedap dan sehat yaaa hehhehe
Hapussukses selalu!
BalasHapusMbak, kapan2 bikin resep oblok2 dong... semacam botok tapi pake kuah, buatnya di panci nggak di bungkusin...
hai mba Pratita, mirip sama bothok ya mba, hanya saja dimasak dipanci saja, Ibu saya biasanya buat dengan resep sama dengan bothok diatas.
HapusWah..jadi pengen buat jg mbak.. Lebih enak lagi dikasih jagung manis..sedap 😋.. Tp aq gak pintar bungkus nya..suka mencong2 gak karuan.. tp rasanya udh sesuai harapan.. 😊
BalasHapusThanks mba Firly sharingnya, senang resepnya disuka, sukses yaa
Hapus