Frekuensi saya bersantap di resto berkurang drastis sejak 6 bulan belakangan ini, dulu sepulang kantor saya lebih memilih nongkrong di cafe atau resto menghabiskan waktu ngobrol 'ngalor ngidul' dengan teman dibandingkan pulang ke rumah. Resto andalan saya adalah Koki Kafe di Plaza Semanggi yang menyajikan masakan Palembang. Pempek dadar dan mie celornya menjadi favorit karena super duper sedap dan harganya terjangkau. Sayangnya saat ini Koki Kafe telah menutup bisnisnya disana, sepertinya pengunjung mall lebih suka makanan a la western dibandingkan menyantap masakan lokal.
Resto lainnya yang dulu juga menjadi tempat 'kongkow' adalah QQ Kopitiam di FX Mall, teh tarik dan kwetiaw sapi lada hitamnya selalu saya pesan ketika bersantap disana. Kwetiaw sapi lada hitamnya bahkan memberikan inspirasi bagi saya untuk mencoba membuat menu serupa di rumah, resepnya pernah saya posting di JTT, anda bisa klik link resepnya disini.
Bus Transjakarta berjalan lambat, selambat pasangan pengantin yang hendak menuju ke pelaminan. Saya mendesah kesal, tak sabar, dan berkali-kali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan. Biasanya di pukul setengah delapan saya sudah hampir tiba di halte busway Karet, namun kini bis masih berkutat di sekitar Gelora Bung Karno. Penasaran, saya pun melongokkan kepala ke jalanan di depan mencari tahu penyebabnya. Sederetan mobil pribadi tampak masuk ke dalam jalur busway yang biasanya steril. Tak heran bis berjalan seperti keong!
Hingga kini saya masih tak habis pikir bagaimana mungkin, hari gini, masih ada segelintir makhluk egois yang sibuk terpusat dengan dirinya sendiri, dengan kenyamanan dirinya pribadi tanpa memperdulikan kepentingan umum. Saat kami penumpang Transjakarta berdiri dan berdesakan di dalam bis, mereka dengan nyamannya berada di dalam mobil, mendengarkan musik dan mungkin tertawa-tawa ketika sukses menyerobot jalur busway tanpa tertangkap oleh petugas. Mungkin mereka sibuk membanggakan diri ketika tiba di ujung dengan selamat tanpa terkena tilang. Swear! Betapa saya sibuk berdoa semoga polisi muncul dan mengganjar mereka dengan denda yang besar, namun sialnya di pagi ini tak satupun petugas kepolisian ada di sepanjang jalan Sudirman. Doa saya tidak dikabulkan.
Memutuskan membeli rumah dengan budget terbatas memang pekerjaan yang mampu membuat kepala serasa pecah, menguras energi dan waktu. Fokus dengan kegiatan rutin sehari-hari pun menjadi buyar, dan tentu saja berimbas ke update postingan resep baru di JTT yang selama satu bulan ini kering kerontang. Sejak tiga bulan terakhir hari-hari saya disibukkan dengan browsing semua website iklan rumah dijual yang terpampang di internet. Sedangkan di hari weekend dipergunakan untuk survey lokasi. Entah sudah berapa banyak kompleks perumahan yang saya kunjungi dan sales yang dihubungi, namun yang jelas hingga kini saya belum menemukan rumah yang 'sreg' di hati. Kata orang, "Membeli rumah itu jodoh-jodohan", tapi terus terang saya tidak begitu setuju dengan pendapat tersebut karena menurut saya membeli rumah sebagaimana pembelian asset lainnya memerlukan perhitungan cermat, logika, pemikiran matang dan tentu saja dana yang cukup. ^_^