Bus Transjakarta berjalan lambat, selambat pasangan pengantin yang hendak menuju ke pelaminan. Saya mendesah kesal, tak sabar, dan berkali-kali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan. Biasanya di pukul setengah delapan saya sudah hampir tiba di halte busway Karet, namun kini bis masih berkutat di sekitar Gelora Bung Karno. Penasaran, saya pun melongokkan kepala ke jalanan di depan mencari tahu penyebabnya. Sederetan mobil pribadi tampak masuk ke dalam jalur busway yang biasanya steril. Tak heran bis berjalan seperti keong!
Hingga kini saya masih tak habis pikir bagaimana mungkin, hari gini, masih ada segelintir makhluk egois yang sibuk terpusat dengan dirinya sendiri, dengan kenyamanan dirinya pribadi tanpa memperdulikan kepentingan umum. Saat kami penumpang Transjakarta berdiri dan berdesakan di dalam bis, mereka dengan nyamannya berada di dalam mobil, mendengarkan musik dan mungkin tertawa-tawa ketika sukses menyerobot jalur busway tanpa tertangkap oleh petugas. Mungkin mereka sibuk membanggakan diri ketika tiba di ujung dengan selamat tanpa terkena tilang. Swear! Betapa saya sibuk berdoa semoga polisi muncul dan mengganjar mereka dengan denda yang besar, namun sialnya di pagi ini tak satupun petugas kepolisian ada di sepanjang jalan Sudirman. Doa saya tidak dikabulkan.
Sejak mengganti life style dari pemboros menjadi gaya hidup frugal yang beberapa bulan ini saya jalankan, setiap pagi saya berangkat ke kantor dengan angkutan umum. Saat gajian tiba, saya akan menukarkan dua lembar ratusan ribu dengan segepok uang pecahan dua ribu rupiah. Rekan kantor saya, Pak Kustandi, yang memegang Divisi Finance dengan baik hati selalu menawarkan jasa penukaran uang. Pecahan dua ribu ini memudahkan saya membayar ongkos metromini dan angkutan umum lainnya kala akan berangkat ke kantor. Bertempat tinggal di sekitar jalan Fatmawati membuat saya harus naik angkutan umum sebanyak tiga kali agar bisa mencapai kantor yang terletak di jalan Dr. Satrio.
Pertama, saya harus naik metromini 610 ke terminal Blok M, bis ini memiliki rute Pondok Labu - Blok M. Walau hampir sebagian besar bis memiliki kondisi reyot dan terkadang tidak layak mengangkut manusia namun jasanya sangat besar untuk mengantarkan saya tiba di terminal Blok M. Berjalan sebentar dari depan terminal Blok M, saya lantas menuju halte Transjakarta yang terletak di bawah terminal. Kartu e-money berisikan saldo lima puluh ribu rupiah cukup untuk 14 kali trip karena murahnya tarif bus Transjakarta yang hanya tiga ribu lima ratus rupiah saja. "Berangkat di bawah jam tujuh bisa lebih murah lagi Ndang, hanya dua ribu," cetus Mba Mirah, dan mata saya berbinar membayangkan bisa saving seribu lima ratus rupiah setiap harinya. Okeh, seribu lima ratus rupiah memang terbilang uang yang sangat kecil alias nothing, namun kalikan jumlah tersebut dengan 21 dan dalam satu tahun terkumpul dana yang bisa diinvestasikan di reksadana. ^_^
Turun di halte busway Karet, saya berjalan menuju ke jalan Dr. Satrio, dari sana saya harus naik angkutan umum sekali lagi untuk tiba di depan gerbang kantor. Dulu, ketika sifat boros masih melekat erat, membayangkan harus bertukar kendaraan umum hingga tiga kali terkesan sangat merepotkan dan super ribet, belum lagi selain tas tangan saya juga membawa tas tentengan berisi bekal makan siang yang alamak beratnya. Taksi menjadi penyelamat bagi si pemalas seperti saya dan akibatnya ongkos transport bulanan membengkak.
Kini, saya sangat enjoy menikmati angkutan umum apalagi sejak jalur bis Tranjakarta berubah lebih steril beberapa bulan belakangan ini. Perjalanan dari Blok M hingga halte Karet ditempuh dalam waktu kurang dari tiga puluh menit dan itu jauh lebih cepat dibandingkan saya menggunakan taksi yang harus bermacet-macetan di jalur cepat. Apalagi sejak beberapa bulan ini, feeder bus Transjakarta berukuran kecil berwarna biru ikut masuk ke jalan Dr. Satrio, tanpa 'ngetem' dengan tarif lebih murah dari angkutan umum lainnya. Ah, kenapa tidak sejak dulu saya menggunakan transportasi umum seperti ini? Pasti lebih banyak dana yang bisa disaving!
Sekarang menuju ke resep homemade pangsit kuah yang sebenarnya resepnya mirip dengan pangsit goreng yang pernah saya posting sebelumnya, anda bisa klik link resepnya disini. Pembedanya hanya, yang satu diceburkan ke kuah sup sedangkan yang lainnya digoreng hingga garing. Pangsit rebus terus terang bukan makanan favorit, saya paling malas jika membeli mie ayam di abang-abang penjual mie dan menemukan seonggok pangsit rebus diatasnya. Menurut saya rasanya hambar dan teksturnya yang lembek tidak menggugah selera.
Namun ketika membuat pangsit goreng beberapa waktu yang lalu, iseng saya pun merebus sebagian pangsit dan menyantapnya bersama kuah panas yang gurih, di luar dugaan rasanya mantap! Isi pangsit yang terbuat dari ayam dan udang yang saya berikan dalam jumlah yang banyak terasa 'nendang' ketika digigit, plus kulit homemadenya yang terasa sedikit kenyal membuat saya bersemangat mengudapnya. Di hujan deras yang mengguyur Jakarta dengan sangat intensif belakangan ini maka menyantap semangkuk pangsit kuah bersama irisan cabai rawit memang benar-benar makanan yang sangat tepat.
Kunci sedapnya makanan ini terletak pada isi pangsit yang banyak, kulit yang kenyal dan kuah yang gurih. Untuk kuahnya saya menggunakan kaldu ayam hasil rebusan tulang belulang dan bagian ayam seperti kepala dan kaki yang sering kali tidak saya sertakan ke dalam masakan. Beberapa kali membeli ayam utuh maka bagian kepala, leher, dan kaki ayam saya kumpulkan didalam sebuah plastik dan bekukan di freezer, kian lama tabungan bahan kaldu ini semakin banyak dan ketika saya memerlukan kaldu ayam maka saya cukup merebus semua bagian-bagian ayam ini di dalam slow cooker selama beberapa jam. Hasilnya adalah kaldu yang sedap dan gurih.
Untuk kulit pangsitnya, anda bisa menggilasnya secara manual seperti yang saya lakukan, dan ini cukup membuat 'gempor'. Cara termudah tentu saja menipiskan adonan menggunakan penggiling mie. Tapi jika anda malas dengan semua proses ribet a la homemade ini maka membeli kulit pangsit siap pakai adalah pilihan yang mudah. Supermarket dan pasar tradisional biasanya menjual kulit pangsit atau wonton wrap dalam berbagai merk, yang umum ditemukan jika anda melongok ke Lotte Mart adalah merk Deli-Cia. Jangan gunakan kulit spring roll merk Finna atau Spring Home karena jenis kulit ini untuk membuat pangsit goreng, samosa, risoles atau jenis makanan lain yang digoreng, ketika terkena kuah akan hancur. Jadi pastikan kulit pangsit yang digunakan bisa diceburkan ke dalam kuah panas ya.
Berikut resep dan prosesnya.
Homemade Pangsit Kuah
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 8 porsi
Tertarik dengan resep hidangan berkuah lainnya? Silahkan klik link dibawah ini ya:
Kwetiaw Kuah Ayam Kampung
Pangsit Kuah Isi Daging Ayam & Sayuran
Sup Wonton dengan Jamur Shiitake
Bahan pangsit:
- 200 gram tepung terigu serba guna/protein sedang
- 50 gram tepung tapioka
- 1/2 sendok teh garam
- 1/4 sendok teh merica bubuk
- 1/4 sendok teh baking powder (gunakan jika anda hendak membuat pangsit goreng untuk membuat tekstur pangsit renyah)
- 40 ml minyak sayur
- 125 ml air panas mendidih
Bahan isi:
- 200 gram dada ayam giling
- 6 ekor udang jerbung, kupas kulit dan rajang kasar
- 2 siung bawang putih, dihaluskan
- 1/2 sendok makan saus tiram
- 1 sendok makan kecap asin
- 1/2 sendok teh gula pasir
- 1/4 sendok teh merica bubuk
- 1/4 sendok teh garam
- 1 sendok makan tepung tapioka
Bahan sup:
- 1 1/2 liter kaldu ayam
- 1 sendok teh gula pasir
- 1 1/2 sendok makan minyak wijen
Cara membuat:
Membuat isi
Masukkan udang dan ayam ke mangkuk, tambahkan bumbu isi lainnya aduk rata. Cicipi rasanya dengan menggoreng sebagian adonan. Simpan adonan isi di kulkas dalam wadah rapat. Sisihkan.
Siapkan mangkuk, masukkan semua bahan kering. Buat sumur ditengah bahan, tuangkan minyak dan air panas mendidih. Aduk dengan sumpit hingga tercampur baik. Uleni hingga kalis. Jika terlalu lengket tambahkan beberapa sendok tepung terigu. Bentuk bulat, bungkus dengan plastic wrap, dan diamkan 20 menit hingga adonan rileks dan lemas.
Letakkan isi disalah satu sudut, olesi dengan air bagian tepi adonan dan lipat sehingga isi tertutup dengan adonan. Lumuri permukaan pangsit dengan tepung terigu, tata di loyang bertabur dengan tepung. Lakukan hingga adonan habis.
Siapkan wajan, panaskan minyak wijen. Tumis bawang putih dan jahe hingga harum dan matang. Angkat.
Siapkan panci, isi dengan kaldu ayam. Tuangkan tumisan bumbu ke dalam panci berisi kaldu, masukkan semua bahan kaldu lainnya. Rebus hingga mendidih. Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang asin. Angkat.
Siapkan mangkuk, masukkan beberapa buah pangsit, tambahkan sayuran segar jika suka. Siram pangsit dengan kuah mendidih. Taburi dengan daun bawang dan sajikan panas-panas.
Note:
Pangsit yang belum direbus bisa dibekukan, caranya tata pangsit di permukaan loyang atau piring datar. Bekukan di freezer, setelah pangsit beku bisa ditata bertumpukan di wadah lainnya yang memiliki tutup rapat. Pangsit tahan hingga 1 bulan lamanya dalam kondisi beku.
hallo mbak endang apa kbr?setiap hari saya buka blog mbak,tak kira kemana,ternyata lg super sibuk n lg blajar berhemat tow,makanya jarang post.mbak endang mau donk ilmu berhemat nya.soalnya q juga pemboros bnget.mksh
BalasHapusHalo Mba, kabar saya alhamdulilah baik2 saja ya. Hahahah iya sibuk berhemat mba, demi masa depan wkakaka. Tips berhematnya pernah saya posting disini ya:
Hapushttp://www.justtryandtaste.com/2016/08/resep-mie-goreng-tek-tek-JTT.html
dan disini:
http://www.justtryandtaste.com/2016/08/resep-kwetiaw-goreng-sayur-JTT.html
Hehe kalo krg seneng dng pangsit kuah gini coba dijadikan gyoza gitu deh mba. Kan hampir mirip. Sehat terus yah mba endang.. Biar bisa semangat cari rumah lagi, biar bisa meet n greet ato masak bareng pembaca di halaman rumah yg baru (eh?) hehehe
BalasHapusSaya juga gak begitu suka gyoza mba Ridha, hehehe. Tapi kalau kuah pangsitnya mantap, rasanya sedap juga Mba. Idenya sedang dipikirkan, cuman rumahnya saja belum ada huaaaaa
HapusSeperti biasa, lebih suka cerpennya daripada resepnya. Hidup mba Endang. Banyak dapat ilmu setiap kali baca JTT. Benar-benar Wanita Luar Biasa mbak Endang ini. 😍
BalasHapusThanks Mb Sitti sharingnya, senang artikel JTT disuka, sukses yaaa
Hapushai mba.. smangat ya ngiritnya..
BalasHapusskrg busway udah enak ya jrg diserobot, dlu mah boro2 mba.. udah siap2 pasang headset biar gak ngedumel spanjang perjalanan krn macet diserobot jalur buswaynya.
btw klo bkin kaldunya tulang2 misal sekilo direbus pake slowcooker airnya berapa trus direbus yg slow brp lama ya?
trus nyimpan kaldunya bs pake plastik disimpan di freezer gak ya?
lg pengen bikin stok mba biar gak pake kaldu instan mulu.. gak bae bwad bumil dicekokin kaldu instant mulu ma mertua hehehe..
Bella
Halo Mba Bella, yep busway udah jauh lebih baik, jumlah bus juga banyak bngt jadi gak lama nuggunya. Jalurnya lebih steril membuat perjalanan lebih cepat dan muraaaah. Saya happy banget duit di dompet gak cepat terkuras wakakak.
Hapussaya biasanya jumlah air diatas tulang dan bahan, banyakin dikit gak papa toh nanti kaldu agak menyusut. Biasanya sampai 4 jam saya rebus supaya semua sari2nya keluar. Saya bungkus pakai plastik dan simpn di freezer.
saya stop kaldu instan sekarang, garam dan gula juga saya kurangi, awal2nya memang hambar, lama2 enak2 saja hehehheh.
Wah moga kehamilannya lancar, Ibu dan bayi sehat selalu yaaaa.
Mbak Endang yg cantik,,
BalasHapusFungsi baking powder di bahan pangsit untuk apa ya? Kalo gak pakai gimana mbak? Terimakasih ,,,
Hai MBa Eny, thanks koreksinya.Hilangkan sj dr resep mba, untu pangsit rebus tdk perlu pakai, BP diperlukan di pangsit goreng untuk membuat teksturnya renyah. Sudah saya perbaiki resepnya ya.
Hapussalam hangat mbak endang
BalasHapussuka sekali dengan blognya, selalu ada cerita pengantar sebelum resepnya. langkah berganti menjadi transportasi umum juga merupakan bagian dari menyelamatkan bumi dari pemanasan global lho mbak, semangat mbak. saya juga sekarang lebih suka naik transportasi umum kemana-mana, karena saya senang menikmati pemandangan yang saya lalui sepanjang perjalanan hutan, perkampungan dan bisa menikmati hujan juga, ehh jadi rumpik hehehehe
mbak saya mau tanya kalau isiannya diganti selain ayam bisa kah mbak? misal diganti ikan kakap, soalnya setok dirumah masih banyak, sayang kalau dianggurin terlalu lama.
terimakasih mbak.
ricky
salam hangat juga yaa, betul banget, andai transportasi umum makin berkembang dan maju serta menjangkau daerah2 sekitar jkt dan jalurnya steril, alangkah indahnya Saya bayangkan tinggal di luar jkt menjadi pilihan lebih oke karena transportnya mudah.
HapusIsinya bs pakai ikan, cuman kadang ikan membuat kuah pangsit agak amis, kalau gak terlalu biasa dengan aroma ikan rebus ya. kalau saya sih enak2 saja, secara maniak ikan hahahahha,
thanks sharingnya yaaa
halo mbak endang , aku sudah lama sekali bergaya hidup frugal , tapi tidak di transportasi haha , karena antar jemput anak jadi harus pakai mobil , aku save dari makanan mbak , tidak pernah jajan di luar memang jadi irit banget , lalu kalau belanja juga ngepas , ga numpuk2 di kulkas , liat dulu punya apa dikulkas baru deh belanja buat temennya
BalasHapuslalu aku juga save di baju dan sepatu, masih banyak sih PR nya di bagian itu haha dan memang kalau kita berhasil nabung tu PUAS banget ya mbak , saya juga lagi nulis blog tentang itu tapi belum launching nanti main2 ya mbak ke blog saya
Halo Mba Archita, ikutan senang jika ada yang sharing gaya hidup frugal, jadi bs dicontek juga wakakkak. Saat ini udah lamaaa bgt gak pernah beli tas, baju dan sepatu, pakai yang ada saja ampe jebol dan buthek hahahha. Untung kantor saya gak neko2 orang2nya, jadi sangat mendukung sekali hehehhe
Hapusthanks sharingnya yaa
Kabar2i yah kalo blog hidup frugalnya udah launching mbak Archita ☺
Hapushalo mb endang, untuk kaldu ayam, biasa mb endang bikinnya dari tulangan ayam kampung aja, atau dari ayam negeri juga? di tempat sy ayam kampung mahal banget, 75-85rb/ekor.
BalasHapusSelama ini sy agak ragu utk ambil kaldu dari ayam negeri, kuatir kurang sehat untuk 2 krucil saya.
Halo Mb, sebenarnya bisa dari ayam kampung, ayam negeri, tulang sapi. Yang penting tulang, dicampur oke, kalau mau lbh sehat memang ayam kampung dan tulang sapi saja Mba. Sya juga sedang semaksimal mungkin menghindar ayam negeri.
HapusSeronok jumpa blog ini. Boleh cuba masak masakan Indonesia di rumah & share dengan kawan2 Malaysia :D
BalasHapusThanks Mba Fatin sharingnya, masakan Malaysia juga sedap dan saya suka ^_^
HapusHaloo mba endang :-)
BalasHapusMba, nyimpen di freezer brati dlm kondisi mentah ya? engga di rebus dulu trus simpan freezer?
Hai Mba Indira, bs dalam kondisi mentah atau matang ya mba, sama saja ya
HapusHalo mbak endang...selain suka resep2x yg ok punya...suka dgn cerita2x..berbakat nih jadi novelis...eh...share info ttg reksadana yg mbak endang ikuti dongk...lbh menarik kalo mbak endang yg cerita..krn pengalaman sendiri...bisa jadi inspirasi buat yg lain...tuk masa depan 😊
BalasHapusHalo Mas Dirman, thanks sharingnya ya, senang resep dan artikel JTT disuka. Reksadana ya, okeh nanti saya selipkan di resep JTT berikutnya yaa. Sukses yaaa
Hapusmba endang ini isiannya bisa untuk kol gulung engga ya? makasih mba
BalasHapusBisa untuk kol gulung ya mba
HapusMbak ini kalau saya skip udang gpp kan? Kalau misal skip trus nambah daging cincang, nambahnya seberapa? Terima kasih byk mbak
BalasHapusgak papa mba, ganti ayam atau daging oke, mungkin sekitar 200 gram
HapusMba endang..kl kaldunya dari udang bs? Gmn caranya ya??
BalasHapuskalau kaldu udang biasanya saya hanya rebus kepala dan kulit udang mba, saring dan air kaldunya bs buat sup
HapusMbak endang, 6 ekor udang jerbung itu kira-kira berapa gram ya kalau diganti jadi udang kupas?
BalasHapus