Memutuskan membeli rumah dengan budget terbatas memang pekerjaan yang mampu membuat kepala serasa pecah, menguras energi dan waktu. Fokus dengan kegiatan rutin sehari-hari pun menjadi buyar, dan tentu saja berimbas ke update postingan resep baru di JTT yang selama satu bulan ini kering kerontang. Sejak tiga bulan terakhir hari-hari saya disibukkan dengan browsing semua website iklan rumah dijual yang terpampang di internet. Sedangkan di hari weekend dipergunakan untuk survey lokasi. Entah sudah berapa banyak kompleks perumahan yang saya kunjungi dan sales yang dihubungi, namun yang jelas hingga kini saya belum menemukan rumah yang 'sreg' di hati. Kata orang, "Membeli rumah itu jodoh-jodohan", tapi terus terang saya tidak begitu setuju dengan pendapat tersebut karena menurut saya membeli rumah sebagaimana pembelian asset lainnya memerlukan perhitungan cermat, logika, pemikiran matang dan tentu saja dana yang cukup. ^_^
"Maunya rumah kaya gimana sih Mba Endang?" Tanya Tedy, dengan nada kesal. Adik saya ini telah mengorbankan beberapa hari weekend-nya untuk mengantarkan saya berkeliling di beberapa perumahan, mulai dari Jonggol, Cibubur, Serpong, Bojonggede hingga Cilebut. "Kalau maunya rumah dengan tanah besar, lokasi strategis, dekat dengan stasiun dan harga murah ya susah lah. Kalau preferensinya kaya begitu, aku juga mau beli," tukasnya kembali ketika kami baru saja melepas lelah di rumahnya usai berkunjung di sebuah perumahan baru di Bojonggede.
Saya menggaruk kepala yang tiba-tiba terasa gatal, tanah yang cukup luas memang menjadi syarat utama, namun konsekuensinya perumahan yang tersedia terletak cukup jauh dari stasiun. Terus terang, bagi pekerja berpenghasilan pas-pasan seperti saya maka membeli rumah yang berlokasi di Jakarta hanyalah mimpi, namun lokasi di sekitar Jakarta yang bisa dijangkau cepat dengan KRL adalah solusi yang tepat. Daerah seputar Depok, Bogor dan Tangerang menjadi incaran saya karena mudah dijangkau dengan kereta.
Dua minggu kemudian kami kembali melakukan survey, kali ini sebuah rumah second di daerah Cisauk menjadi sasaran untuk dikunjungi. Rumahnya cukup besar dan tanahnya pun luas, walau berlokasi di perkampungan dan bukan kompleks perumahan dengan one gate system namun harganya yang relatif terjangkau membuat saya bersemangat untuk melihatnya. Adik saya bersama Diar, istrinya dan kedua krucil putri mereka yang lucu ikut serta, dan di pagi hari kami telah melaju ke arah Tangerang. Ini adalah kunjungan pertama saya ke Cisauk, walau sahabat saya, Novi, tinggal di daerah ini namun saya belum sempat untuk berkunjung ke rumahnya. Setelah mengisi perut sejenak di rest area dengan nasi kuning berlauk telur dadar yang dibeli Tedy di warung didekat rumahnya kami pun melaju ke Cisauk, tepatnya di jalan raya Cisauk Lapan. Saya telah membuat janji dengan Mba Nova, agen perumahan, di depan gedung Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN. Tidak menunggu lama, setelah parkir selama sepuluh menit, Mba Nova muncul mengendarai motornya bersama seorang lelaki muda yang ternyata adalah putera bungsu Ibu si pemilik rumah.
Bersalaman dan berkenalan sejenak, Mba Nova meminta kami untuk mengikutinya. "Rumahnya nggak terlalu jauh dari sini, kita konvoy saja ya," dan kami pun membututinya dari belakang. Berjalan sejauh sekitar 2 km dari gedung Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, motor Mba Nova kemudian menyeberang dan berbelok ke kanan. Kami masuk ke sebuah jalan kecil yang pas hanya untuk 1 mobil saja. Jalan tanah tersebut berlubang, berbatu dan becek membuat saya mulai merasa was-was. Saya mengira rumah si Ibu terletak tak jauh dari jalan raya namun ternyata kami masih harus terus terguncang-guncang berjalan melewati rumah-rumah penduduk a la pedesaan, beberapa kandang kambing, hutan bambu dan kebun-kebun liar yang membuat saya mulai ber-aduh-aduh ria.
Tedy yang menyetir di sebelah saya tertawa terpingkal-pingkal, "Kok aku serasa kembali pulang ke Paron ya?", tukasnya dan Diar menimpali dengan komentar, "Aku jadi merasa dejavu, perasaan pernah melewati jalanan ini, ternyata mirip sama rumah Ibuku di Ungaran". Saya hanya bisa berkeluh kesah disepanjang perjalanan yang seperti tak berujung, "Eh boleh nggak ya kalau kita mengibarkan bendera putih saja? Kita putar balik sajalah, batal. Ini terlalu jauh dari jalan raya," saran saya mulai merasa putus asa, sepertinya keputusan melihat rumah ini salah besar. "Gimana batalinnya, mereka jauh banget dari kita Mba Endang," jawab Tedy sambil terus melanjutkan tertawanya. Kami kemudian melewati hutan bambu yang cukup luas, dan gelap, saya membayangkan betapa menyeramkannya jalanan ini saat malam tiba.
Akhirnya konvoy berakhir di ujung jalan, sebuah jalan besar yang sedang dicor tampak membentang di depan. Ternyata jalan kecil yang parah tadi adalah jalan pintas tercepat menuju jalan raya Cisauk Lapan. Saya pun menarik nafas sedikit lega, setidaknya jalan tersebut bukanlah jalan utama yang harus dilalui setiap hari. Kami kemudian berbelok memasuki jalan kecil yang berbatu dan rumah yang akan dikunjungi terletak sekitar 300 m dari mulut jalan. Perjalanannya memang cukup membuat stres, namun rumah si Ibu ternyata lumayan menyenangkan. Ukuran rumah cukup besar dengan halaman yang luas yang bahkan bisa untuk menampung beberapa ekor kambing dan ayam, membuat khayalan saya akan rumah kala pensiun terbayang di kepala. Model rumahnya sendiri tidak sesuai dengan selera saya, namun ukurannya yang luas dengan tiga kamar tidur mampu menampung semua furnitur dan barang-barang dari rumah Pete.
Kami masuk ke ruang tamu berlangit-langit cukup tinggi sehingga udara di dalam rumah menjadi sejuk. Cat tembok di ruang tamu berwarna hijau, sehijau bendera di tepian jalan membuat mata saya terasa sakit, tapi warna cat bukanlah masalah besar karena mudah diganti. Setelah berkeliling rumah sejenak, kami pun duduk di kursi di ruang tamu dan si Ibu pemilik rumah menunjukkan surat-surat kepemilikan. Kami lantas lanjut mengobrol 'ngalor ngidul' tentang lokasi rumah, sarana penunjang lain seperti pasar, minimarket dan jalan besar didepan yang sedang diperbaiki. Walau luas rumah dan tanahnya sudah masuk ke dalam persyaratan namun lingkungan sekitar yang terlihat masih penuh kebun liar dan jauh dari keramaian menjadi kendala utama saya untuk memutuskan membeli. Minimal jika terlihat minimarket dan beberapa warung mungkin saya akan lebih antusias. Akhirnya saya hanya bisa berkata, "Saya belum bisa memutuskan sekarang, akan dipertimbangkan terlebih dahulu ya Bu. Nanti kalau oke saya akan hubungi Mba Nova".
Bingung memutuskan, saya pun iseng-iseng menelpon Ibu saya di Paron dan mengajak beliau berdiskusi. Walau beliau tidak pernah mencampuri urusan anak-anaknya dan memberikan kami kebebasan memutuskan semua hal sendiri namun kali ini Ibu saya cukup antusias dengan rumah di Cisauk tersebut. "Tanahnya luas dan rumahnya cukup besar buat menampung banyak perabotan. Harganya juga tidak terlalu tinggi jadi kamu tidak perlu berhutang banyak ke bank untuk mengambil KPR," adalah sekian argumentasi beliau yang masuk ke logika saya. Well, saya selalu percaya keputusan Ibu biasanya selalu berkah, walau Tedy sempat protes dan berkata, "Mama kan nggak lihat dan tidak tahu lokasinya, jadi pendapatnya nggak bisa dijadikan ukuran buat mengambil keputusan," saya tetap menelpon Mba Nova untuk mengajukan penawaran.
Mengingat lokasi yang kurang strategis saya pun mengajukan penawaran harga yang cukup drastis, alasannya jika memang disetujui berarti memang rejeki dari Atas dan jika tidak pun bukan masalah yang besar. Setelah menaikkan sedikit penawaran karena si Ibu menolak mentah-mentah harga yang saya ajukan, diluar dugaan beliau bersedia melepas rumahnya sesuai dengan harga yang disepakati yang menurut teman kantor saya, Novi, "Murah itu Ndang segitu di daerah Cisauk." Saya menjadi bersemangat dan langsung menghubungi Mba Nova untuk membayar booking fee dan persiapan uang muka. "Mba, maaf ya, rumahnya nggak bisa segera dilakukan proses KPR ke bank. Ternyata IMB-nya nggak ada, Ibunya harus proses IMB lebih dulu," dan saya mengerang panjang dan serasa ingin mencabuti semua bulu di kaki. Berdasarkan pengalaman teman kantor saya, Mba Mirah, yang baru saja melakukan pembuatan IMB beberapa bulan yang lalu, maka proses ini memakan waktu cukup panjang hingga dua atau tiga bulan lamanya. Tobat!
Saya tidak yakin apakah Ibu pemilik rumah benar-benar akan melakukan proses pembuatan IMB, dan saat ini saya juga telah berhenti melakukan survey dan stop mengecek iklan rumah dijual di internet. Saya percaya, tak akan lari gunung di kejar, jadi untuk sementara saya beristirahat dulu menenangkan pikiran dan segala stres yang berhubungan dengan rencana membeli rumah! Sepertinya pendapat yang mengatakan membeli rumah itu jodoh-jodohan mungkin benar adanya. ^_^
Wokeh kembali ke resep pizza simple ini. Bosan dengan aneka topping pizza berdaging, membuat saya saat ini lebih menyukai versi topping vegetarian seperti resep kali ini. Resep adonan pizzanya diambil dari resep roti naan yang pernah saya posting disini, yang menurut saya sangat lezat menjadi roti pizza. Yogurt menambah gizi pada crust dan membuat teksturnya lebih empuk dan lembut. Saya suka crust yang tipis karena mudah matang dengan cepat dan ketika dikunyah rasanya lebih berbaur dengan toppingnya, bukan hanya sekedar seperti menyantap roti tawar saja. Sausnya terbuat dari cincangan tomat segar yang dimasak sebentar bersama aneka rempah kering hingga menjadi lumat dan kental. Untuk toppingnya, sebenarnya bisa menggunakan aneka topping seperti umumnya pizza lainnya namun irisan jamur champignon dan tomat segar menjadi pilihan. Secara keseluruhan rasanya mantap!
Berikut resep dan prosesnya ya.
Resep Vegetarian Pizza Jamur dengan Simple Sauce
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 4 buah pizza diameter 20 cm
Tertarik dengan resep pizza lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Obsesi Roti 36 - Homemade Naan Bread
Express Pizza dengan Roti Pita
Pizza Pepperoni: Stop Membeli Pizza, Buatlah Sendiri di Rumah
Bahan:
- 1 sendok teh ragi instan
Bahan saus:
- 8 buah jamur champignon segar, iris tipis
Siapkan mangkuk, aduk jadi satu tepung terigu, ragi instan, garam dan gula pasir. Tuangkan adonan yogurt ke dalam tepung. Aduk rata dengan spatula hingga menjadi adonan kasar kemudian uleni hingga kompak, menyatu dan smooth. Kira-kira 10 menit.
Note: adonan cukup lembek karena itu uleni adonan dengan gerakan ringan menggunakan ujung jari yang dilumuri tepung atau minyak, dan sentuh perlahan saja. Jangan menekan adonan kuat-kuat dengan telapak tangan.
Sambil menunggu adonan mengembang kita buat sausnya.
Ambil sebuah adonan pizza, letakkan di selembar kertas baking. Gilas adonan hingga tipis (atau sesuai selera anda, saya suka crust yang sangat tipis). Angkat kertas baking beserta adonan pizza diatasnya ke sebuah loyang tipis untuk memanggang. Tuangkan 2 sendok makan saus di permukaan adonan, ratakan dengan punggung sendok. Tambahkan saus jika dirasa kurang banyak.
Keluarkan dari oven, potong-potong sesuai selera dan santap panas-panas. Super yummy!
Note:
- Adonan pizza tahan hingga 1 bulan lamanya di dalam freezer dalam plastik yang terbungkus rapat.
- Saus pizza tahan hingga 1 minggu lamanya di chiller kulkas.
halo saya pembaca setia JTT , saya masih ga paham PETE itu sebenernya siapa sih mbak ? kalau ga berkenan ga usah dijawab ya mbak.. mungkin terlalu privasi
BalasHapuskalau teddy dan wiwin saya tau itu saudara kandung mbak endang :D
update rumahnya lagi ya mbak :) dan harganya kalau boleh tau hihi
Mohon maaf , bantuin jawab. Rumah Pete itu di jl Pete maksudnya... Sudah pernah dibahas mba di postingan lama ;)
HapusRumah pete itu rumah di jalan pete mbak..hihi pernah ada juga yg tanya dan di jawab seperti itu sama mbak Endang..
HapusThanks bantuanya semua yaaa, hehheheh, Pete itu jalan Pete mba, rumahnya kebetulan di jalan pete tersebut. Ini rumah adik saya, saya hanya numpang sementara hehehhe. Kebetulan dia punya dua rumah, yang di pete saya yang tempati sedang dia dan keluarga di rumah mampang. Supaya gampang kami menyebut kedua rumah tersebut dengan nama jalan.
HapusWah da lama juga mbak Endang tidak ada update webnya. Ternyata asik berpusing ria pilah dan pilih rumah. Tapi emang urusan yang satu itu mesti dipikirkan dengan matang2 apalagi buat kita yang emang niatan beli rumah buat ditinggali, bukan sekadar buat investasi karena sudah ada rumah tinggal lainnya. Rumah Pete maksudnya di daerah Cipete ya mbak? Penasaran juga sebenernya maksudnya.
BalasHapusAnyway, sering liat di supermarket pizza vegetarian dengan crust tebal ala roti bakery dan perpotong kecilnya 16ribuan. Ternyata bikin sendiri gak begitu sulit baik bahan dan metode. Saya pernah coba resep Pizza Pepperoninya mbak Endang dan hasilnya nampol banget. Jadi pengen coba juga Pizaa Vege ini sendiri.
Thanks
Thanks yaaa, bukan di cipete tetapi di jalan pete, disekitar sini nama jalan pakai nama sayur2an hehhehe.
Hapussejak bisa membuat pizza sendiri saya tidk pernah beli lagi, tapi kadang kalau keluarga semua lagi pada kumpul dan pengen ngemil cepat kami tetap pesen delivery pizza wakakkakak
hallo mba endang.. tiap hari ngecek JTT blm ada resep baru lagi, akhirnya nongol lagi.. seneng banget baca" resepnya, banyak resep sayuran/lauk yang sudah dieksekusi terutama ayam masak daun melinjo suamiku doyan banget mba..
BalasHapusizin print resepnya yaa nanti klo udah pulang kampung mau eksekusi resep cake dan yang lainnya soalny di tempat ngontrak saya skrg ngga ada oven jg mixernya hehehe.. tengkyu banget mba endang, sukses selalu yaa..
Nemie-jkt
Hi Mba Nemie, salam kenal juga yaa, thanks sharingnya ya Mba, senang resep JTT disuka. Silahkan di print resepnya dan moga sukses dengan trial resep JTT yang lainnya yaa
HapusHi mbak endang... akhirnya muncul juga. Sy udah khawatir aja jtt ditutup. Syukur ternyata gak..
BalasHapusCoba cari daerah pondok cabe mbak sptnya disana msh ada rumah dg halaman yg mumpuni buat cocok tanam.
Anyway semoga mbak endang cepat dpt rumah spt yg diidamkan ya mbak. Tetap semangat (imel)
Hai Mba Imel, hahahha, nggak tutup mba, hanya semi tersendat wakakka. Thanks idenya yaa, moga saya bs segera dapat rumah yang sesuai ^_^
HapusMbak endang, kalo jadi beli rumah yg di cisauk bilang ya.gak jauh tuh dari rumah saya di ciputat. Mbak, di dpn rumah saya juga ada rumah yg mau dijual lho.kalo tertarik monggo survey. Aster
BalasHapusThanks Mba Aster sharingnya yaa, saya lagi nunggu kabar si Ibu gimana ini kelanjutannya, kalau tdk ada kabar ya survey lagi wakakkak
HapusMbak...maaf oot sedikit ya...mau tanya related resep mbak endang fruit cake ( bukan yang nigel slater ).. mengapa saat mentega di kocok dengan gula lantas telur di masukan 1 per 1..adonan menjadi encer ya? Bukannya malah mengental?
BalasHapusHai mba, yep, telur masuk satu persatu, tipsnya telur harus benar terkocok dan tercampur baik dengan adonan mentega baru telur berikutnya masuk, kalau telur belum tercampur dan sudah masuk telur lain maka adonan akan encer dan pecah
HapusAsik mbak endang mau pindah ke cisauk..deket sama rumah saya. Coba mbak endang mau jd founder klub atau komunitas cooking baking gitu mbak. Saya yakin banyak yg mau bergabung biar kenal personal sama mbak endang. Rasanya kaya meet and greet sama idola gitu mbak. Semoga jadi ya rumahnya. Oh iya, resepnya ini emang enak bgt. Minggu lalu aku juga buat. Coba jamur suisse mbak, jamur warna coklat biasanya lebih ga bau jamur dan lebih nikmat. Sehat2 ya mbak Endang.
BalasHapusHalo Mba Stella, thanks sharingnya yaa, senang resepnya disuka dan sudah dicoba. Teman saya kebetulan di serpong garden, saya bulan lalu sudah lihat2 kesana, harganya fantastis hiiiks.
HapusThanks idenya ya, sayang sekali saat ini saya belum punya waktu untuk membuat club cooking, mungkin one day yaaa ^_^
Ya Allah aku pikir mbak Endang udah gak ngirim aku email lagi... syukurlah JTT muncul lagi... happy euy....
BalasHapusHahahhah, iya mba Nina, ini semangatnya memang lagi naik turun wakakka
HapusHi, mbak endang, seneng dapat email dari mbak endang. Mau tanya mbak, ragi instan itu apa salah satu jenisnya fermipan? thaks mbak, semoga dapat rumah yang cocok...
BalasHapusThanks Mba Theresye, yep fermipan adalah salah satu merk ragi instan ya
HapusSaya berkali-kali baca resep Mbak Endang, dan baru hari ini nemu kalau Mbak Endang aslinya Paron. Seneng rasanya, sebagai sesama orang Ngawi. Aku aslinya Jogorogo mbak. Salam kenal
BalasHapusSalam kenal Mba Ratna, saya sering sekali menyebutkan Paron di postingan saya yang dulu2 Mba. Wah kalau mau ke jogorogo lewat paron dulu, pasti lewat depan pasar paron yaa, rumah Ibu saya persis depan pasar hehehhe
HapusAkhirnya mbk endang muncul juga.. khawatir aku mbk..harap -harap cemas..tiap buka web jtt mbk endang gk ada.alhamdulillah ternyata mbk sehat meskipun sedang berpusing ria. Semangat mbk.. yakinlah tak oan lari gunung dikejar
BalasHapusThanks mba Rara, wakakak iya, memang pusing ternyta ya cari rumah, pusing karena budgetnya mepet wakakkak. Thanks yaa
HapusMba endang, apartemen di bassura city bagaimana ?
BalasHapusHai Mba Ayu, apartemen bassura baru selesai furnished bulan lalu, belum saya tempati. Hmm, saya menganggap apartemen bukan rumah Mba hehehhe
HapusAku selalu seneng baca cerita dan suka duka mbak di awal-awal cerita sebelum masuk ke resep. Mbak mengingatkan aku ke tanteku sendiri. Dia pribadi yang gigih dan selalu penuh semangat. Semoga rumah yang diidam-idamkan mbak, kesampaian yah... :)
BalasHapusThanks ya Mba! Amin atas doanya. Senang sekali sharing cerita JTT disuka, sukses yaaa
HapusMbak endang,itu yogurt nya yang thick atau yang encer? Trus klo ga ada yogurt bisa di ganti pake apa? Makasih ya mbak..
BalasHapus-rilya-
saya pakai yang padat ya mba, kalau nggak ada yogurt pakai saya resep adonan pizza lain di JTT, rekomendasi saya, pizza a la peter reinhart.
Hapusmbak endang...resep pizza yang ini sama resep pizza tanpa ulen enakan yang mana mbak...?saya selalu pakai resep yang tanpa ulen dan alhamdulillah selalu berhasil..pengen coba yang ini juga..apakah beda teksturnya?hehehe
BalasHapusUntuk rasa dan tekstur menurut saya sama saja mba, hehehe, cuman memang lebih mudah yang tanpa ulenan ya,
Hapusmba endang, klo rumah dket kampung gitu istilahnya msh byk pepohonan ato kebon2 nanti rmhnya hrs pake pengaman extra, soalnya suka byk binatang kebon, ular jg suka nongol mba..
BalasHapuspengalaman pribadi aja sih hehehe
soalnya sebrang rumah kebon luas, blm ditembok sm developernya jd msh agak nyatu sm perkampungan.
untung aja sih suka ada kucing kampung mejeng dihalaman rumah jd mreka yg bergulat sm ular sawah ^^
trus klo gak terlalu dekat sm minimarket mending naik motor klo berani, atau sepeda klo jalannya gak tanjakan. krn rata2 klo dket kampung ke minimarket jalan kaki agak gempor juga :D
nanti lama2 biasa mba sm situasi malam yg aksesnya gelap gulita, klo udh terbiasa gak trlalu menakutkan koq ^^
gudluk ya mba smoga dapet rumah impiannya..
Bella
Hai Mba Bella, thanks sharing & tipsnya, yep saya juga berpikiran begitu, agak serem juga bagian belakag masih banyak kebun bambu yang lumayan luas. Keknya memang kudu pasang pagar tembok sekeliling yng tinggi.
HapusMbak endang kalo adonannya aga tebal bukan yg tipis bisa juga yah mbak? Alot ga dalemnya. Makasih
BalasHapusbisa ya mba, nggak alot ya
Hapussemangat mbak Endang,semoga mendapatkan rumah yang cocok.
BalasHapusthanks ya Mba Yu, amin atas doanya ya
Hapusmaaf mbak ikut nimbrung, udah coba survey2 ke Bekasi mbak ?? beberapa perumahan sekarang banyak juga yang dekat dengan stasiun..mana tau bisa jadi tetangga.heheheh! Semoga cepet ketemu rumah yang sreg dihati yaa mbak, sukses
BalasHapus-Icha-
Thanks Mba Icha, Bekasi belum ya, saya prefer ke depok dan bogor sekitarnya. Weekend lalu akhirnya ketemu di cilebut mba, 400 m dari stasiun cilebut, lagi proses KPR, moga2 goal hehhehe. Thanks yaa
HapusHallo mbak endang..
BalasHapusSaya mau tanya itu pizza nya dipanggang brp lama ya?
Thx
hai mba, waktu memangang tergatung jenis oven masing2, pakai oven listrik sekitar 20 menit
HapusHalo Mba Endang,
BalasHapusudah lama nih aku ga liat blognya hehehe.. Ayo Mbak pindah cisauk, rumahku deket stasiun KA nya. Sapa tau Mbak Endang buka kursus baking kan aku tinggal ngesot :D Di cisauk tambah rame loh Mbak, ntar ada pasar modern juga, macetnya aja tambah luar biasa hihihi..
Ngomongin pizza, pertama kali aku berani baking gara2 lazy pizza nya Mbak Endang, dan sampai sekarang jadi andalanku. Sukses terus ya Mbak..
-Indah-
Halo Mba Indah, wakakkaka saya akhirnya dapat di Cilebut Mba, udah mumet cari kemana2. Yang cisauk akhirnya gagal, surat2 gak lengkap heheheh.
HapusThanks sharingnya yaaa, sukses selalu!
Mba end pernah kepikiran ga jadiin cobek batu sebagai pengganti pizza stone? Hihihi
BalasHapus-neny
waakakka, keknya ketebelan yaa, ntar pizzanya gak matang2 hehhehe
HapusGimana mbak Endang..rumahnya dah jadi belum?semoga dimudahkan Alloh ya mbak..sy seneng nyontek resep2 dijtt bwt dipraktekin...makasih yaa mbak Endang...
BalasHapusHai mba, belum, sedang dalam taraf proses dibangun, mungkin akhir tahun ini ya. thanks yaa.
Hapus