Resep Cinnamon Rolls dengan Cream Cheese Glaze & Happy New Year 2017!

"You only live once, but if you do it right, once is enough." 

~ Mae West

Hi All! Happy New Year 2017! Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan kita semua berkah dan rahmat yang luber di tahun 2017, dan semoga semua pengalaman di tahun 2016 menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Amin. 

Wow! 2016 yang penuh dengan kesibukan luar biasa akhirnya berlalu juga dengan sangat, sangat cepat. Serasa baru saja menarik nafas dan tahun telah berganti menjadi 2017.  Sejujurnya,  saya tak ingin waktu berlalu sedemikian cepatnya. Andai saya bisa mengeremnya sedikit perlahan sehingga roda berputar di kecepatan lima kilometer perjam ingin rasanya itu saya lakukan. Namun apa daya, waktu sepertinya ingin mengebut a la Formula 1. Tapi pergantian tahun tidak ada jeleknya juga,  tahun yang baru berarti harapan baru, cita-cita baru, resolusi baru, rencana baru, mimpi baru, motivasi baru untuk melakukan hal yang lebih baik dan untuk meraih hal-hal yang belum tercapai di tahun lalu. Kita memang hidup hanya sekali saja di dunia ini, namun jika kita melakukannya dengan benar maka sekali saja sudah cukup. ^_^ 

Apa yang sudah dicapai di tahun 2016? Hm, pertanyaan tersebut berulangkali saya renungkan dimalam tahun baru di rumah Pete sambil mendengarkan petasan dan kembang api, 'Dar! Der! Dor!' yang memekakkan telinga dan membuat sedikit 'jantungan'. Kalau mau ditelusuri ada satu hal berkesan yang terjadi dalam hidup saya di tahun lalu, apalagi jika bukan keinginan untuk memiliki rumah pertama. Bagi anda yang membaca artikel JTT sebelumnya dengan seksama tentunya tahu dengan cita-cita saya yang satu ini. Tahun 2016 merupakan tahun dimana keinginan untuk mempunyai rumah sendiri, terasa super menggebu-gebu sehingga enam bulan terakhir ini waktu weekend habis didedikasikan untuk survey perumahan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Sejak tahu betapa mahalnya harga sebuah rumah dengan ukuran imut sekalipun maka rasa sesal merambati dalam hati, mengapa tidak sejak dulu saya menabung untuk membelinya?!

Masih ingat dalam benak lima tahun lalu saya terbahak ketika sahabat saya, Novi, bercerita dia membeli sebuah rumah di daerah Cisauk, Tangerang. Menurut saya, betapa nekatnya Novi memiliki rumah di daerah yang sulit untuk dijangkau dan terasa 'ujung berung' seperti itu. Sepuluh tahun yang lalu Novi membelinya seharga 190 juta rupiah, sebuah rumah mungil yang sesuai untuk pasangan muda yang baru menikah. Ketika berkunjung ke perumahan teman saya tersebut dua bulan lalu, saya dibuat terkejut dengan harganya yang fantastis. Rumah seperti milik Novi kini dibandrol dengan harga lebih dari 600 juta rupiah! "Untung aku dulu mati-matian nekat beli Ndang, walau KPR-nya baru beberapa bulan lagi lunas sih. Sekarang kayanya aku nggak sanggup beli rumah seperti ini lagi," dan saya harus mengakui betapa tepatnya keputusan tersebut.

Jika sudah seperti ini, terkadang saya menyesali semua waktu yang sudah berlalu. Menyesali saat-saat dimana memiliki sebuah rumah tidak pernah terlintas dalam benak, walau Ibu saya berulangkali berteriak, "Nabung tho Nduk, supaya bisa beli rumah sendiri," atau kata-kata kakak saya, Wulan, "Beli rumah lah Ndang. Kalau kamu sudah punya rumah sendiri, hati akan terasa tenang, karena tidak ada seorangpun yang bisa membuatmu pergi dari sana." Saat itu saya selalu beralasan tidak memiliki uang muka (DP) yang cukup untuk membeli rumah. Namun alasan itu sebenarnya hanyalah dicari-cari saja, karena alasan sebenarnya adalah malas menabung, mempertahankan gaya hidup berfoya-foya, dan ujung-ujungnya setiap bulan gaji ludes tanpa bentuk yang jelas. Bahkan rasa malu tidak kunjung muncul, kala adik saya, Tedy, yang bekerja belum terlalu lama dan berusia jauh lebih muda dari saya, telah memiliki sebuah rumah sendiri. 

Alasan lainnya adalah enggan mengambil kredit rumah yang membutuhkan belasan bahkan puluhan tahun untuk melunasinya. Rasa takut terikat hutang pada Bank sehingga kaki tidak bebas melangkah dan harus bekerja di kantor belasan tahun agar bisa melunasinya menghantui diri ini. Padahal sepuluh tahun yang lalu hidup saya sama seperti sekarang ini dan kemungkinan sepuluh tahun berikutnya pun akan seperti ini juga, artinya saya tetap harus bekerja agar bisa survived. Bedanya adalah sepuluh tahun yang lalu berlalu begitu saja tanpa memiliki properti satupun sedangkan sepuluh tahun yang akan datang saya akan memiliki sebuah rumah yang bisa saya tata dan modifikasi sesuka hati ini.

Setelah perjuangan panjang melakukan survey dan survey, dua minggu lalu rasa putus asa semakin membuncah karena tidak ada satupun rumah yang 'sreg' di hati. Adik saya, Tedy, yang tinggal di Cilebut, dengan baik hati menawarkan kembali untuk menemani survey, "Kali ini kita ke daerah Bogor saja Mba Endang, daerah Dramaga dan sekitarnya, lumayan banyak rumah dijual dengan tanah luas." Berbekal dua buah alamat dan no telp agen rumah tersebut, kami pun berkeliling Bogor dan mengecek  beberapa rumah di daerah perkampungan dengan ukuran tanah yang cukup luas. Kali ini semua surat-surat untuk proses pengajuan KPR saya bawa sebagai jaga-jaga jika tiba-tiba ada rumah yang sesuai dan bisa langsung dibooking. Tedy tertawa ngakak melihat map berisikan aneka berkas-berkas tersebut, "Lihat rumahnya saja belum, sudah siapin semua surat-suratnya," komentarnya tidak saya perdulikan, saat itu saya dalam kondisi di ujung desperado sekaligus optimis. Bingung? Saya juga!

Survey di Bogor berakhir mengecewakan, rumah-rumah di perkampungan memang memiliki tanah yang besar minimal 200 meter persegi dengan harga yang cukup murah, yang jadi masalah lingkungan rumah-rumah tersebut kurang mendukung, seperti jalan yang terlalu kecil, jauh dari stasiun dan angkutan umum lainnya, serta dikelilingi semak belukar yang gelap dan kesan yang kumuh.  Kami pun kembali ke Cilebut dengan tangan hampa, kala stres mulai merambati diri, kami mengobatinya dengan menyantap mie goreng Solo dengan ayam kampung yang sedap dan murah. Makanan memang selalu menjadi pelarian saya untuk mengobati hati, tak heran jarum timbangan semakin ke kanan.  ^_^

Tapi Tuhan sepertinya tahu dengan penderitaan saya dan tampaknya merasa sudah cukup menguji kesabaran ini. Ketika perjalanan pulang ke rumah Tedy, saya melihat spanduk besar promo perumahan baru di sepanjang jalan Cilebut, salah satu spanduk perumahan tersebut menarik minat saya dan kami pun langsung singgah di kantor pemasarannya. Cilebut Residence adalah perumahan yang sudah sejak lama menarik minat saya karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari stasiun Cilebut, kompleks perumahan yang sangat rapi dan terkesan ekslusif, design yang oke dan kualitas bangunan yang tidak asal-asalan. Sayangnya rumah di perumahan ini luar biasa mahal dan sangat jauh dari budget sehingga keinginan memilikinya hanya sekedar mimpi.  

Untungnya kali ini Cilebut Residence 2 dibuka dan lokasinya hanya sekitar 400 meter dari stasiun sehingga bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki saja. Ukuran rumahnya memang lebih kecil dari Cilebut Residence 1 namun tentu saja harganya lebih masuk bagi kantong saya, plus promo DP yang kecil (dan bisa dicicil 3 kali!), serta bebas semua biaya bahkan termasuk biaya KPR sekalipun. Tanpa pikir panjang saya langsung membayar booking fee dan Tedy melancarkan protes berat, "Eh, eh, Mbak Endang, apa nggak sebaiknya kita pulang dulu dan diskusi? Masa langsung bayar booking fee?" Saya menatapnya dengan tenang, "Nggak, langsung saja. Lokasi rumah yang hook sangat sedikit dan sudah banyak yang dibooking. Besok mungkin unit yang aku incar ini udah terjual," dan semua surat-surat yang sudah dipersiapkan langsung saya serahkan bersama segepok booking fee yang saya pinjam dari Tedy, karena uang cash di rekening saya sangat terbatas jumlahnya. Hari Selasa, beberapa tabungan saham akan dijual untuk mengembalikan hutang dan membayar cicilan DP pertama. 

Jadi begitulah proses pembelian rumah pertama saya yang super spontan setelah mengarungi enam bulan melakukan survey gila-gilaan ke berbagai lokasi dan menghabiskan dana yang tidak sedikit untuk bensin dan makan. Kini saya masih harus menunggu kabar dari Bank apakah pengajuan saya disetujui atau tidak. Semoga saya berjodoh dengan rumah tersebut, dan jika Bank menyetujui maka saya masih harus menunggu rumah tersebut ready, sekitar tahun depan karena saat ini masih berupa tanah rata. Apakah anda memiliki pengalaman yang sama atau mungkin lebih seru kala membeli rumah pertama seperti cerita saya diatas? Dengan senang hati saya akan membacanya di kolom komentar. ^_^

Nah, menuju ke resep cinnamon rolls dengan cream cheese glaze yang kali ini saya hadirkan. Tidak ada yang istimewa dengan resep ini kecuali siraman cream cheese yang terasa gurih manis di permukaan roti hangat nan empuk.  Kolaborasi roti gulung empuk beraroma kayu manis dan cream cheese memang tidak ada duanya! Cinnamon rolls bukanlah roti yang asing di JTT karena beberapa versi pernah saya hadirkan sebelumnya, anda bisa klik pada link disini dan disini. Untuk resep adonan rotinya kali ini saya menggunakan resep baru, hasilnya adalah adonan yang tidak terlalu lemas dan lengket sehingga mudah digulung. Kelemahan resep cinnamon rolls sebelumnya adalah adonan yang sangat lembek sehingga susah digulung dan dipotong, membuat bentuknya menjadi tidak keruan. 

Tips untuk memotong adonan roti adalah dengan menggunakan benang. Benang akan membuat potongan yang tajam, bersih dengan bentuk yang rapi, berbeda dengan pisau yang ketika ditekan dipermukaan adonan akan membuatnya kehilangan bentuk. Cara memotong dengan benang sangat mudah, cukup lingkarkan seutas benang (saya menggunakan benang jahit biasa) di gulungan adonan, dan benang disilangkan hingga adonan terputus.  

Untuk glazenya, sangat mudah dibuat. Glaze yang cantik adalah yang memiliki tekstur licin, dan mulus, bukan bergerindil. Untuk mendapatkannya maka semua bahan cukup di tim dengan api kecil hingga meleleh, tanpa proses tim maka cream cheese tidak akan berubah menjadi smooth sehingga tampilannya kurang maksimal di permukaan roti. Selain smooth maka warna glaze juga berperan penting. Tips agar glaze berwarna putih adalah menggunakan mentega dan bukannya margarine. Sayangnya saya tidak memiliki mentega di kulkas, dan margarine membuat glaze menjadi berwarna sedikit kekuningan, mirip seperti susu kental manis. Basic glaze hanyalah campuran cream cheese, mentega, susu cair dan gula bubuk, untuk rasa yang lebih oke maka sedikit susu kental manis, dan vanilla extract bisa ditambahkan. Jika glaze terlalu kental maka tambahkan beberapa sendok susu cair, dan jika terlalu encer maka tambahkan cream cheese. Untuk rasa cheesy dan gurih yang lebih kuat maka cream cheese bisa ditambahkan lebih banyak.  

Berikut resep dan prosesnya ya. 

Cinnamon Rolls dengan Cream Cheese Glaze

Untuk 9 - 10 potong rolls 

Resep hasil modifikasi sendiri 

Tertarik dengan resep roti gulung lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Cinnamon Bun - Roti gulung kayu manis yang bikin ketagihan
Pumpkin Cinnamon Raisin Rolls - Roti Gulung Labu Kuning dengan Kismis dan Kayu Manis
Cinnamon Scrolls - Let's rock and roll!  

Bahan adonan roti: 

- 550 - 600 gram tepung terigu serba guna (protein sedang) 

- 1 sendok teh garam 

- 3 sendok makan susu bubuk 

- 2 sendok teh ragi instan, pastikan fresh 

- 3 sendok makan gula pasir 

- 1 butir telur, kocok lepas 

- 250 ml air hangat, suam kuku 

- 3 sendok makan mentega/margarine 

Bahan isi, aduk hingga tercampur rata: 

- 3 sendok makan mentega/margarine 

- 5 sendok makan gula pasir 

- 2 sendok teh kayu manis bubuk 

- 2 sendok teh vanilla extract 

Olesan: 
- 1 butir telur kocok lepas dengan garpu atau 50 ml susu cair 

Bahan glaze: 

- 1 sendok makan mentega (margarine akan membuat glaze berwarna kekuningan) 

- 80 gram cream cheese (sekitar 3 - 4 sendok makan) 

- 1 sendok makan susu kental manis 

- 4 s/d 5 sendok makan gula bubuk 

- 1 s/d 2 sendok makan susu cair 

- 1/2 sendok teh vanilla extract 

Cara membuat:

Masukkan semua bahan isi roti ke mangkuk, aduk hingga rata. Sisihkan.

Siapkan mangkuk mikser, masukkan tepung terigu, garam dan susu bubuk, aduk rata. Tambahkan ragi instan dan gula pasir, aduk rata. Tuangkan telur, dan air hangat. 

Note: pastikan air hangat yang digunakan tidak terlalu panas, celupkan jari anda untuk mengetes suhu air. Jika jari terasa nyaman maka air bisa digunakan. Suhu air yang terlalu panas akan membuat ragi mati. 

Proses adonan dengan kecepatan sedang hingga terlihat lembut, mulus dan terasa membal (elastis kala di tekan). Adonan tidak menempel di dinding mangkuk. Tambahkan mentega/margarine dan proses hingga tercampur baik dan adonan kalis. 

Note: jika diuleni manual dengan tangan mungkin memerlukan tambahan 50 gram tepung terigu agar tidak terlalu lengket di tangan.

Olesi sebuah mangkuk dengan minyak, bentuk adonan menjadi bulat. Letakkan adonan di mangkuk, tutup dengan kain dan diamkan selama 1 jam atau hingga adonan mengembang dua kali lipat ukuran semula. Kempiskan adonan, tutup kembali dengan kain dan diamkan 10 menit. 

 

Panaskan oven, set disuhu 180'C api atas dan bawah. Olesi sebuah loyang dengan margarine. Saya menggunakan loyang segiempat ukuran 20 cm yang memuat 9 potongan adonan. Gunakan ukuran loyang sesuai dengan jumlah potongan roti yang akan dibuat. 

Siapkan meja, taburi permukaan meja dengan tepung terigu. Tuangkan adonan di permukaan meja. Lebarkan adonan dengan kayu penggilas atau dengan telapak tangan. Bentuk adonan menjadi segiempat dengan ukuran 35 x 45 cm. 

Olesi permukaan adonan dengan bahan isi secara merata menggunakan spatula. Sisakan sekitar 2 cm tanpa olesan di bagian paling bawah adonan. Gulung adonan dari bagian paling atas sambil adonan dipadatkan. Ketika mencapai bagian bawah, tipiskan adonan paling bawah yang tidak diolesi bahan isi dengan menekannya menggunakan ujung jari agar adonan menempel dengan baik kala gulungan direkatkan. Letakkan bagian sambungan di bawah gulungan adonan. 

Potong adonan menjadi 9 atau 10 potongan (sesuaikan ketebalan dengan ukuran loyang). Saya memotongnya dengan benang, lingkarkan benang jahit disekeliling adonan, silangkan benang diatas adonan hingga adonan putus terpotong. Cara termudah agar ukuran roti seragam adalah dengan memotong ditengah adonan, baru kemudian masing-masing potongan dipotong lagi dengan ketebalan yang sama.

Tata potongan adonan di loyang. Olesi permukaan adonan dengan kocokan telur, tutup adonan dengan kain dan diamkan 10 menit. Panggang selama 30 menit atau hingga permukaan roti tampak coklat keemasan. Keluarkan dari oven, dinginkan di rak kawat. 

Membuat cream cheese glaze: 

Masukkan cream cheese, mentega dan susu kental manis di dalam mangkuk tahan panas. Letakkan mangkuk diatas panci berisi air mendidih, jaga jangan sampai dasar mangkuk menyentuh air. 

Masak dengan cara tim sambil cream cheese diaduk-aduk menggunakan spatula balon hingga mentega dan cream cheese meleleh. Masukkan gula bubuk, aduk hingga smooth. Angkat mangkuk dari panci, masukkan susu cair dan vanilla extract, aduk rata. 

Jika glaze terlalu kental tambahkan susu cair sedikit demi sedikit hingga tercapai kekentalan yang diinginkan. Glaze memiliki tekstur serupa dengan susu kental manis. 

Tuangkan glaze di permukaan roti yang telah dingin. Siap disajikan.