Setelah dua minggu lalu berkeluh kesah dengan hujan yang tak turun di hari weekend, maka Sabtu Minggu kemarin doa saya terkabul. Selama dua hari, hujan mengguyur Jakarta tiada hentinya, sejak pagi hingga larut malam. Suhu pun menjadi dingin, dan jika sudah seperti itu bukannya sibuk melakukan aktifitas bermanfaat saya justru bergelung di bawah bed cover mencari kehangatan. Jika tidak segera menggebah rasa malas ini, bisa-bisa dua hari libur akan saya pergunakan hanya dengan bergeletakan di kasur saja, dan tahu-tahu hari Senin pun tiba. Alamak!
Senangnya dengan adanya teknologi bernama internet adalah kita menjadi mudah untuk menemukan berita apapun, melihat video apapun atau mendengarkan musik apapun dari sana. Tapi musibahnya adalah kita pun menjadi pribadi yang penyendiri, malas bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, introvert tapi sekaligus extrovert (saat eksis di media sosial). Dalam kasus saya, internet juga membuat saya menjadi tiga kali lipat lebih malas untuk menggerakkan badan. Entah sudah berapa puluh weekend saya lewati dengan menghabiskan waktu menonton aneka video di You Tube, dan walau saya tahu kegiatan itu sama sekali tidak produktif namun kecanduan gadget ini benar-benar susah untuk diobati. Tobat!
Nah Sabtu kemarin, tak ingin melewati waktu dengan sia-sia, setelah mencuci muka saya langsung menenteng tas belanja dan pergi ke pasar. Tujuan belanja saya sebenarnya tidak jelas dan ini sangat berbahaya karena tanpa daftar belanja maka kecenderungan untuk membeli barang yang tidak diperlukan sangatlah besar. Saya memerlukan cabai rawit yang harganya super duper mengerikan. Sudah hampir sebulan ini saya menahan diri untuk tidak membeli cabai rawit, tepatnya sejak harganya mencapai dua ratus ribu rupiah perkilonya. Bulan-bulan yang lalu saya masih merasa tenang ketika stock cabai rawit dan cabai merah keriting masih banyak di freezer. Biasanya jika harganya sedang murah saya akan membeli cabai dalam jumlah yang banyak, membuang tangkainya dan mencucinya hingga bersih. Cabai-cabai ini (saya pisahkan antara cabai merah keriting dan cabai rawit) kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik dan dibekukan. Dengan cara ini cabai bisa bertahan berbulan-bulan lamanya dengan rasa tetap sedap dan pedas.
Dulu saya menyimpannya dalam bentuk tergiling, cabai saya proses di chopper kemudian dibungkus dalam plastik dalam porsi kecil. Cara ini sangat menyulitkan ketika cabai giling tersebut akan diperlukan, cabai menjadi menggumpal keras dan membutuhkan waktu untuk membuatnya mencair. Belum lagi betapa musibahnya jemari tangan ini berurusan dengan cabai giling yang panas, setelah proses pembungkusan usai maka tangan terasa 'wedangan', ini istilah orang Jawa ketika kulit terkena panas cabai dalam waktu yang lama.
Betapa beruntungnya bagi mereka yang tidak doyan pedas, harga cabai yang mahal tentu saja bukanlah menjadi masalah besar. Namun untuk kasus saya, satu minggu adalah batas maksimal tidak mencicipi pedasnya cabai, lewat dari waktu tersebut setiap masakan terasa hambar dan ada rasa tidak puas yang menggantung usai menyantap suatu hidangan. Minggu lalu saya sempat membaca berita Mentri Pertanian menyarankan agar setiap rumah menanam sendiri cabai di perkarangan. Well, ini bukanlah hal yang baru bagi saya dan percayalah segala jenis cabai pernah saya tanam di depan rumah. Sebagai lulusan dari jurusan Pertanian, urusan tanam-menanam bukanlah hal yang asing dan saya cukup tahu mengenai kebutuhan satu tanaman agar dapat tumbuh subur. Namun untuk cabai, semua tanaman cabai yang benihnya saya beli dari sebuah toko benih online dan sebagian saya ambil dari dapur, tak ada satupun yang berbuah. Pohonnya mampu tumbuh tinggi, namun semuanya terkena penyakit keriting.
Penyakit keriting pada cabai umumnya disebabkan oleh tungau, aphids, atau thrips. Ketiga kutu ini menghisap sel pada pucuk dan daun tanaman cabai dan menyebabkan daun mengkerut dan pucuk tanaman tidak tumbuh normal. Ujung-ujungnya pohon 'ogah' berbuah. Membuang ujung-ujung tanaman yang terinfeksi kutu-kutu tersebut adalah tindakan percuma karena tetap saja ketika muncul pucuk baru akan mengalami kondisi yang sama. Tindakan yang bisa dilakukan hanyalah memusnahkan pohon cabai yang sudah terserang. Pengalaman tersebut tentu saja tidak membuat saya lantas menyerah, saat ini saya masih tetap berusaha untuk menebar benih yang baru. Semoga saja kali ini mampu tumbuh dengan sukses.
Kembali ke urusan belanja di pasar, hasil hunting saya ke pasar Blok A di Sabtu lalu menghasilkan seperempat kilogram cabai rawit seharga lima puluh ribu rupiah. Dompet saya sebenarnya cukup melolong dengan pengeluaran tersebut, karena dengan lima puluh ribu rupiah saya bisa mendapatkan satu ekor ayam kampung. Tapi cabai memang tidak bisa digantikan dengan makanan atau bumbu apapun, kutukan pedas cabai memang susah untuk dihindari. Seperempat kilogram cabai rawit, lima ikat kangkung, dan empat ekor ikan kakap adalah belanjaan yang kemarin masuk ke tas belanja.
Ikan kakap sebenarnya tidak masuk ke dalam hitungan karena sekilo ikan berisi 4 ekor dibandrol degan harga enam puluh ribu rupiah. Ikan yang biasanya saya beli dan masuk ke dalam budget maksimal umumnya di harga empat puluh ribu rupiah saja dan jenisnya hanya mencakup selar, tongkol, kembung, bandeng dan salem. Tapi si Bapak penjual ikan memanggil saya dengan tatapan cukup memelas dibawah hujan rintik-rintik. Pasar juga terlihat sepi pengunjung, dan ikan-ikan dagangannya masih menggunung. "Mbak sudah lama nggak ke pasar, saya jarang lihat," katanya berbasa-basi sambil menimbang ikan kakap yang sebenarnya tidaklah terlalu fresh namun jenis ikan ini agak jarang ditemukan di pasar Blok A. Empat ekor ikan yang masing-masing seberat 300-an gram ini kemudian masuk ke timbangan dan saya tenteng pulang dalam hujan yang semakin menderas. Dua ekor ikan lantas masuk ke dalam kuah kari yang alamak lezatnya sementara dua ekor lainnya saya masih pusing hendak dipermak menjadi apa. ^_^
Nah berbicara tentang bumbu kari, terus terang masakan satu ini memang paling malas untuk dibuat karena ribetnya rempah-rempah yang digunakan. Satu cara termudah adalah dengan membeli bubuk kari instan yang saat ini sudah banyak dijual di supermarket maupun pasar tradisional. Merk bubuk kari andalan saya sebenarnya adalah Melati, yang berbentuk kemasan botol plastik dan saya beli di supermarket, namun beberapa bulan yang lalu ketika pulang dari Batam, Ibu saya membawa 2 paket besar bumbu kari merk Malabar yang biasa dipakai oleh orang-orang India di Batam untuk memasak kari daging. Bumbu kari ini mendekam lama di lemari dapur karena kesempatan untuk memasaknya memang belum ada, hingga Sabtu kemarin saya mencoba memasukkannya beberapa sendok makan ke dalam masakan kari ikan kakap yang kali ini saya hadirkan di JTT. Rasanya super maknyus!
Bagi anda yang sulit menemukan bumbu bubuk kari instan, maka pada resep dibawah juga saya lampirkan bahan-bahan homemade bumbu kari yang bisa dibuat sendiri di rumah. Bumbu kari ini bisa dibuat dalam jumlah yang banyak, masukkan ke wadah kedap udara dan simpan di freezer atau chiller kulkas untuk waktu yang lama. Satu bumbu yang mungkin cukup sulit ditemukan di pasar, namun di pasar Blok A banyak yang menjualnya, adalah klabet atau fenugreek. Bentuk dan warnanya mirip seperti biji jambu kelutuk yang telah dikeringkan, biji-biji klabet ini sangat keras dan perlu perjuangan untuk menumbuknya hingga halus, tapi blender dry mill mampu menghancurkannya dengan mudah. Skip biji ini jika tidak ada ya.
Wokeh sekarang ke proses pembuatan masakan ini. Untuk ikannya, bisa menggunakan jenis ikan apapun yang ada, baik ikan air tawar atau ikan laut sama sedapnya. Jika anda tidak suka versi ikan yang basah seperti ini maka taburi permukaan ikan dengan garam dan sedikit merica kemudian goreng sebentar di minyak panas, baru dimasukkan ke dalam masakan. Selain ikan, apakah ada bahan lainnya yang bisa digunakan untuk menggantikan? Yup, kita bisa menggunakan protein hewani dan nabati apapun, jadi jangan ragu-ragu untuk mengantikannya. Indahnya home cooking adalah kita bisa memasukkan bahan dan bumbu apapun yang tersedia ke dalam suatu masakan, menyesuaikannya dengan selera dan taste bud masing-masing, tentu saja tanpa mengurangi rasa respect akan resep aslinya.
Bumbu-bumbu yang telah dihaluskan (saya menggunakan blender dry mill untuk menghaluskan bumbu), kemudian ditumis dalam minyak hingga benar-benar matang. Jika anda memiliki daun kari atau daun temuru - klik informasinya disini - maka masukkan beberapa tangkai daun tersebut dalam bumbu tumisan untuk membuat aroma kari lebih kuat seperti masakan India umumnya. Masakan kari sebenarnya mirip gulai di Indonesia, karena memang kuliner Indonesia mendapatkan banyak pengaruh dari berbagai negara dan salah satunya adalah India. Bedanya jika gulai menggunakan banyak kuah maka kari umumnya hadir dalam kuah yang tidak terlalu luber. Selebihnya membuat ikan dalam kuah kari yang pedas ini super duper mudah.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Kari Pedas Ikan Kakap
Tertarik dengan resep ikan lainnya? Silahkan klik dibawah ini:
Ikan Tongkol Masak Woku Belanga
Ikan Belanak Masak Lemak
Gulai Kepala Ikan Kakap
Bahan:
- 2 sendok makan minyak untuk menumis bumbu
- 1 1/2 sendok teh garam
Bahan untuk homemade bumbu kari (masukkan semua bahan ke dalam gelas blender dry mill dan proses hingga halus):
- 5 sendok makan cabai bubuk atau 2 genggam cabai merah kering
- 1 sendok makan jintan, sangrai
- 4 sendok makan ketumbar butiran, sangrai
- 2 sendok makan kunyit bubuk
- 1/2 sendok makan klabet/fenugreek
- 6 butir biji kapulaga Jawa
- 1 sendok teh kayu manis bubuk
- 1/2 sendok teh cengkeh bubuk
- 1 sendok makan merica butiran
Cara membuat:
Siapkan ikan kakap, siangi, cuci bersih dan sayat-sayat tubuhnya. Saya membiarkan ikan dalam bentuk utuh, tapi ikan bisa dipotong-potong sesuai selera. Lumuri permukaan ikan dan rongga perutnya dengan 1/2 sendok teh garam dan 1 butir jeruk nipis peras airnya. Diamkan 5 menit dan cuci bersih, sisihkan.
Siapkan blender dry mill, masukkan semua bumbu yang dihaluskan ke dalam blender. Untuk membuat blender mampu berputar dengan baik tanpa harus menambahkan air maka rajang semua bumbu menjadi berukuran kecil, dan proses bertahap. Memasukkan semua porsi bumbu akan membuat mata pisau susah berputar.
Siapkan wajan, beri 2 sendok makan minyak, dan panaskan. Tumis bumbu halus hingga harum masukkan serai, lengkuas, daun jeruk purut dan daun salam, tumis dengan api kecil saja sambil diaduk-aduk agar bumbu tidak mudah gosong. Tumis bumbu hingga warnanya menjadi lebih gelap, tdk basah dan berbau harum. Tambahkan sedikit minyak jika bumbu sulit matang merata dan mudah gosong.
Masukkan air dan masak dengan api sedang hingga air mendidih. Tambahkan air asam jawa, gula jawa, dan garam, aduk rata. Masukkan santan kental, masak dengan api kecil sambil masakan sesekali diaduk-aduk agar santan tidak pecah. Jika kuah telah mendidih, masak selama 1 menit agar santan benar-benar matang dan harum baunya.
Masukkan ikan dan 1/2 bagian tomat, kecilkan api, masak perlahan dengan api kecil hingga satu sisi ikan matang, balikkan ikan perlahan dan masak sisi lainnya. Jangan balik-balikkan ikan, atau mengaduk-aduk masakan selama dimasak agar ikan tidak hancur. Masak dengan api kecil sehingga kuah hanya membentuk letupan kecil.
Cicipi rasanya, sesuaikan garamnya. Jika ikan telah benar-benar matang (tidak memerlukan waktu lama, mungkin sekitar 15 menit sejak ikan dimasukkan ke kuah mendidih), masukkan sisa tomat segar dan angkat.
Sajikan kari ikan dengan nasi panas. Super duper yummy!
Hadeh mbak... liat postingannya di hujan dingin gini bikin liur meleleh. Apadaya saat ini cuma bisa menikmati lwt gambar ������
BalasHapusYg menarik dr postingannya gak cuma resep masakan tapi juga prolognya sayang buat dilewatkan.
Mbak out of topic, info dong mbak endang recommended mixer utk bikin roti, sama vaccum cleaner yg mbak endang pakai apa ya? (sy takut salah beli).
Thanks banget ya mbak infonya.
Boleh juga klo hasil masakannnya dikirim pakai ojek online ke tpt saya �������� (malu-maluin)
(Imel)
Halo Mba Imel,
HapusThanks sharingnya ya, so far untuk keduanya saya rekomendasikan merk Bosch hehehe. Mixernya beli yang alat pengocoknya ditengah mangkuk, bukan yang diatas. Sy beli Bosch yang tipe MUM, yang pengocoknya dr atas, gak oke buat adonan roti. Tapi punya adik saya, yang pengocoknya dalam mangkuk mantap bgt.
Gak pernah bikin kari.. Resep mbak endang selalu mantap
BalasHapussip, thanks Mba Anita, moga suka yaa
HapusWaaah makasih mbak endang sudah menginspirasi saya, kebetulan saya juga ada bumbu kari di dapur, suka bingung mau ngabisinnya, mau dipakai buat masak apa aja y ini bumbu??? Hehe..
BalasHapusAlhasil biasanya selai buat masak kari, bumbu kari saya manfaatkan juga untuk bumbu telur dadar sama tambahan bumbu pada soto ayam.. Hehe
Besok mau coba resenya mbak endang aah.. ;)
Oiya mbak, selain pakai ikan kakap alternatifnya bisa pakai ikan apa ya?
Makasih mb..
Hai Mba, thanks yaa, bumbu kari sebenarnya fleksible dipakai macam2, dimasukkan ke sayur santan kacang panjang juga mantap. Moga suka resepnya yaa
HapusBikin blog pertanian juga mbak....hehe
BalasHapuswakakak, belum ada waktunya heheh
HapusMba Endang....pengen coba masak ikan kari begini.Kalo sudah pakai bubuk kari, pakai bumbu homemade lagi gak? Thanks alot ya mba...(Shiny - BPN)
BalasHapusSaya biasanya tambah bumbu segar seperti bawang, cabai dll sperti resep diatas ya. Tapi bumbu2 spesial kari kaya kayu manis, jinten, klabet dll tdk karena sudah ada di bubuk kari
HapusOke mba...sipp
HapusMbak endang mohon bantuannya, sy ingin coba masak ini kayaknya enak sekali. Tapi di supermarket dekat rumah hanya ada bumbu curry merek bamboe (bukan yg bubuk, tapi yg berbentuk pasta) dan yg bubuknya itu cap pohon mangga (yang bungkusnya jadul itu loh mbak)
BalasHapusSebaiknya sy pake yg mana ya? Atau kombinasi antara keduanya?
Gak ada merek yang seperti mbak endang pakai :( mohon arahannya tks mbak...
bisa pakai bumbu kari merk apapun mba, tetap enak kok. tidak perlu di mix gak papa, pakai salah satu saja, karena kan ada bumbu2 lainnya di resep
HapusMbak lapor... Kemarin sudah buat sebelum dapat balasan dari mbak endang hihi. Di mix bumbu pasta dsn bubuk masing2 1 sdm, cabe keriting dan cabe rawitnya ditambah jd masing-masing 7buah dan jg ditambah cabe kering 3buah biar cakep warnanya. Airnya jg saya tambah jd 750ml soalnya suka yg banjir kuahnya, gulgar menyesuaikan
HapusEnak bangeeeet mbak endang, masyaallah sampe ga percaya bisa buat kari seenak ini. Terimakasih banyak ya mbak endang 😊😊
Btw, ini kalo ikan diganti dengan daging sapi bisa ga yah mbak? Enaknya bagian apa ya lalu dimasaknya kan pasti jd lebih lama agar daging matang. Apakah porsi air harus ditambah? Makasih mbak
Wow, mantap kayanya yaa, hehehhe, ikut happy membacanya. Yep, bs pakai daging ayam atau sapi mba, pakai yag sedikit berlemak kaya sandung lamur, dan yep kudu direbus dulu sampai benar2 empuk bersama bumbu2 baru masuk santan. Air menyesuaikan sampai daging empuk mba
Hapus