Menabung dan investasi, apakah anda masih sering dibuat bingung dengan kedua istilah ini? Sebelum bekerja di perusahaan yang bergerak dibidang investasi sekitar 17 tahun yang lalu, saya berangggapan keduanya adalah sama. Sama-sama menyisihkan sejumlah dana, dan sama-sama menyimpannya dalam jangka waktu tertentu. Namun sejak menceburkan diri dan terlibat didalamnya secara aktif, bahkan ikut serta menikmati produknya, saya pun menjadi mengerti bahwa keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Belum lama ini seorang pembaca JTT meminta saya untuk sharing sedikit mengenai investasi di reksadana. Produk investasi ini sangat mudah ditemukan dimana-mana dan saat ini kita tidak harus datang ke perusahaan Asset Management untuk dapat membelinya karena Bank pun sudah menyediakannya. Jika dulu untuk berinvestasi di reksadana memerlukan dana yang besar, sekarang kita tidak perlu khawatir. Kini semakin banyak produk reksadana dengan nominal dana yang sangat terjangkau sehingga kita bisa dengan mudah menyisihkan sebagian pendapatan untuk diiventasikan ke produk ini. Nah, penjelasan detail mengenai reksadana akan saya hadirkan di postingan artikel berikutnya, karena sebelum masuk kesana ada hal yang lebih penting yang menurut saya perlu kita pahami bersama, yaitu perbedaan antara menabung dan investasi.
Menabung, kata ini tentunya sudah kita kenal sejak kecil. Orang tua atau guru di sekolah pasti berulangkali menekankan untuk menyisihkan sejumlah uang jajan untuk ditabung, entah itu dimasukkan ke dalam celengan ayam atau kaleng bekas. Ibu saya dulu bahkan membuat sebuah celengan dari bambu petung yang besar dan panjang, setelah dibuat lubang yang pas untuk dimasukkan uang koin maka celengan ini kemudian digantungkan di dekat pintu ruang keluarga. Siapapun boleh memasukkan uang ke dalamnya. Ibu saya tentunya yang paling banyak memberikan kontribusi, beliau saya akui sangat hemat dan teliti dalam mengatur keuangan, bahkan dalam kondisi ekonomi yang sangat susah sekalipun beliau masih sempat menyisihkan uang belanja untuk ditabung. Ketika telah penuh, celengan bambu tersebut kemudian dibuka dan uang yang tersimpan didalamnya lantas dibelikan barang apapun yang diperlukan saat itu, entah itu sepeda mini, baju lebaran, mainan, atau sepatu. Bukan barang yang spesifik yang memerlukan perencanaan di jauh-jauh hari.
Dari cerita diatas mengenai menabung, tentu kita sudah bisa melihat dan mengambil kesimpulan mendasar, walaupun menabung sangatlah penting namun sebenarnya memiliki ketidakjelasan. Ketidakjelasan dalam hal tujuan dana diperlukan untuk apa, seberapa besar sebenarnya dana yang dibutuhkan, dan kapan dana tersebut diperlukan. Ketidakjelasan inilah yang sebenarnya membedakan antara menabung dengan investasi. Saat hendak mulai melakukan proses investasi maka pertama-tama yang perlu kita lakukan adalah menentukan tujuan investasi, misalnya apakah untuk memiliki rumah, persiapan pensiun, pendidikan anak, melanjutkan sekolah atau tujuan penting lainnya di masa depan. Saat tujuan tersebut telah ditetapkan maka kita perlu menghitung berapa besar dana yang diperlukan untuk meraihnya dan kapan dana tersebut diperlukan (jangka waktu investasi). Jangan lupa karena dana tersebut diperlukan dimasa yang akan datang maka saat menentukan besaran dana kita perlu menambahkan inflasi, rata-rata inflasi tahunan di Indonesia adalah sekitar 4%.
Sudah tahu mengenai jumlah dana dan jangka waktunya? Sekarang kita perlu kendaraan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu produk investasi. Karena instrumen investasi sangat banyak jenisnya maka satu strategi diperlukan, apakah kita hendak menginvestasikan dana kita ke produk invetasi yang aman seperti deposito bank ataukah produk investasi yang lebih berisiko seperti reksadana, dan saham. Yang jelas dalam dunia investasi dikenal istilah 'high risk high return' artinya produk investasi yang memberikan keuntungan tinggi maka risiko yang harus ditanggung pun akan tinggi pula, dan demikian pula sebaliknya. Jadi sebelum menentukan produk investasi kita perlu mempertimbangkan banyak aspek termasuk juga risk profile diri kita masing-masing, yaitu seberapa mampu kita menerima risiko atas dana yang diinvestasikan tersebut.
Lantas mengapa sih investasi itu diperlukan? Bukankah akan lebih mudah jika kita simpan saja uang kita di Bank, sewaktu-waktu diperlukan kita mudah mencairkannya melalui ATM, dan Bank akan memberikan kita sejumlah bunga. Memang itu adalah cara termudah untuk menyimpan dana kita, tapi apakah Bank bersedia memberikan bunga yang menarik dengan dana terbatas? Tentu tidak. Bahkan produk perbankan seperti deposito dimana dana kita wajib didiamkan dalam kurun waktu tertentu (1, 3, 6 bulan hingga 1 tahun) umumnya hanya memberikan bunga kotor sebesar 5 - 7 persen (semakin panjang jangka waktu deposito maka bunga yang diberikan akan semakin tinggi), apalagi bunga rekening tabungan, tentunya akan jauh lebih kecil.
Produk-produk perbankan memang memberikan imbal hasil kecil namun ini sebanding juga dengan risikonya yang rendah. Dana yang tersimpan di rekening tabungan atau deposito tidak akan berfluktuasi selayaknya saham atau reksadana, dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Namun yang menjadi masalah adalah apakah dana kita mampu berkembang sesuai dengan keinginan? Dan apakah tujuan investasi kita akan tercapai dalam kurun waktu tertentu? Sepertinya cukup sulit, apalagi dana kita pun tergerus dengan inflasi, artinya ketika dana tersebut diperlukan maka nilainya tidak sesuai dengan harapan dan mungkin sulit untuk mencapai tujuan semula.
Selain faktor inflasi dan kecilnya bunga perbankan, maka faktor ketidakpastian juga menjadi alasan lainnya mengapa kita perlu melakukan investasi. Hidup manusia penuh dengan hal-hal yang tidak pasti, alangkah bahagianya jika kita mampu hidup tanpa pernah menderita penyakit apapun, tanpa pernah terkena musibah apapun. Tapi realitanya tentu saja tidak seperti itu. Ketidakpastian inilah yang menyebabkan kita perlu mempersiapkan dana yang cukup jika sewaktu-waktu kita sakit yang menyebabkan tidak bisa bekerja dan produktif, atau ketika perusahaan tempat kita bekerja terpaksa gulung tikar dan melakukan PHK, atau terkena musibah kecelakaan, atau bahkan hingga meninggal sedangkan kita masih memiliki tanggungan keluarga yang tetap harus melangsungkan hidupnya.
Dengan adanya alternatif instrumen (produk) investasi yang beraneka ragam memungkinkan kita bisa memenuhi kebutuhan masa depan, dengan menentukan prioritas kebutuhan, menetapkan perencanaan yang baik serta implementasi secara disiplin. Kalau bisa ditarik satu pengertian maka investasi adalah suatu proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut di masa depan.
Wokeh, saya rasa pengantar mengenai investasi dan menabung yang saya tulis diatas cukup memberikan gambaran mengapa kedua kegiatan ini sebenarnya berbeda, produk investasinya sendiri seperti reksadana atau saham akan saya bahas di artikel berikutnya ya. Sekarang kita menuju ke resep yang saya share kali ini. Beberapa dari anda mungkin merasa aneh membaca artikel investasi yang berbaur dengan resep masakan, tapi JTT memang seperti ini, walaupun blog ini mengenai resep dan masakan namun sharing ilmu bermanfaat lainnya menurut saya tidak ada salahnya. ^_^
Resep ini berasal dari Bulik Piyah, beliau adalah tante saya yang tinggal di Depok dan jago memasak. Dulu ketika saya menginjakkan kaki ke Jakarta setelah lulus kuliah, saya sempat tinggal di rumah Bulik Piyah selama dua tahun lamanya. Satu menu simple yang beliau pernah buat ketika perut sudah keroncongan berat dan tidak ada lauk apapun di rumah adalah sambal ikan peda ini. Saya katakan simple karena lauk ini hanya memerlukan satu wadah saja untuk membuatnya yaitu mangkuk tahan panas. Dulu Bulik Piyah menggunakan rantang 'blirik' jadul yang umum dimiliki setiap keluarga di Jawa, kini saya memakai mangkuk stainless steel andalan. Semua bahan dan bumbu cukup dimasukkan ke dalam mangkuk - saya menggunakan ikan asin peda, tapi jenis ikan asin apapun bahkan cumi asin juga sedap diolah dengan cara ini - dan diaduk menjadi satu. Bumbunya sebenarnya sama seperti masakan tumisan lainnya namun saya menambahkan sedikit saus tiram dan air asam Jawa untuk membuat cita rasanya lebih sedap.
Berbeda dengan tumisan yang dimasak di wajan, maka sambal ikan peda ini cukup dikukus selama 20 menit dan trala, jadilah lauk yang saya yakin akan membuat anda menghabiskan nasi sebakul. Tentu saja jika anda termasuk pecinta ikan asin seperti saya tentunya. ^_^
Berikut resep dan prosesnya ya.
Sambal Ikan Asin Peda a la Bulik Piyah
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep ikan sambal lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Ikan Layang Sumbat Belakang
Selar Garing Siram Sambal Cabai Hijau
Tongkol Panggang Pedas dengan Air Asam
Bahan dan bumbu:
- 1 sendok makan saus tiram
Source:
Berwisata ke Dunia Reksadana - Eko P. Pratomo
mba end mending buka konsultasi saham aja bahasamu mudah dpahami nanti aku ikut wes hehe... kebetulan klo baca tulisannya mba end mlh gampang dcerna drpd baca buku ttg saham, gmn mba buka konsultasi aja via fb ato wa --anni smg--
BalasHapusHalo Mba Anni, thanks sharingnya, Hmm, bukannya tdk mau membuka konsultasi tapi saya tdk punya waktu heheheh, ini menjawab pertanyaan diblog, email, fb dan IG saja cukup menyita waktu mba, jadi saya akan sharing sedikit2 saja di blog, semoga bs bermanfaat yaa
HapusDitunggu ilmu baru nya ttg investasi mba endang. Makasih
BalasHapusthanks Mba Nurmina, thanks artikelnya disuka yaa
Hapuswow...ini luar biasa deh ide masaknya mbak..
BalasHapusterima kasih sudah menginspirasi yaa
sama2 Mba, senang resepnya disuka, sukses ya
Hapuswah dikukus ya cara masaknya. Saya biasanya masak dgn cara di tumis mba endang, jd tambah ilmu baru. Itu ikan asinnya berarti tdk perlu di goreng terlebih dulu ya mba? Terimakaaih (Maya)
BalasHapusHi Mba Maya, yep biasanya kalau pakai cara ibu saya ditumis ya, pakai ikan pindang atau bandeng goreng. Tapi untuk ikan asin versi ini dikukus hehhehe. Ikan asinnya tdk perlu digoreng ya
HapusHalo mba,mau tanya donk kira2 kalo investasi saham apa yang bagus? Selama ini kepengen tapi nga berani takut tertipu gt.
BalasHapushai Mba Ida, susah kalau ditanya saham apa yang bagus ya, krn bnyk yang dilihat dr saham secara fundamental dan teknikal. Saran saya cari saham yang memiliki fundamental bagus (perusahaan oke, memberikan laba, dan tumbuh). Saham2 BUMN bs jadi pilihan,investasi jangka panjang dan beli di saat harganya sedang turun.
Hapushmm, investasi saham jika dilakukan di perusahaan stock brokerage yang benar, tdk akan tertipu ya mba. Krn jual beli saham itu harus seusai perintah dan sepengetahuan pemilik saham.
Baca judulnya aja sudah terbanyak enaknya dimakan dengan nasi panas Mba. heheheh
BalasHapusMba ada rekomen tempat untuk pembelian reksadana online yang mudah?
Thanks
thanks Mba Dewi, setahu saya reksadana harus buka dulu ke Bank atau perusahaan asset management, setelah itu baru bs top up online ya. Coba ke Bank saja mba tanya2 produknya disana.
HapusMba Endang....terima kasih resepnya. Baru tau ikan asin bisa dimasak kukus. Soal reksadana, saya udah 3 thn ini ikut reksadana. Memang harus konsultasi ke bank ya. Biar gak tertipu....(Shiny - Balikpapan)
Hapusthanks Mba Shiny sharingnya ya, yep dimasak kukus seperti ini enaaak banget hehehe
Hapusakyu ngiler mbakkkkkkkk..padahal lg ngurangi nasi, klo bikin resep mbak endang bisa gagal fokus ma nasi hahahaaaa..yummiiii
BalasHapusiyaa, sama, saya juga lagi menghindar nasi tapi pengen makan sambal ikan asin, alhasil makan nasi segunung hiiiiks
HapusCerita investasinya dicicil mbak sekalian nulis resep. Nanti kan bisa jadi buku baru :)
BalasHapusIna
waduh kayanya kalau jadi buku investasi masih jauh kemampuan saya ya Mba Ina hehehe
Hapusaq udah eksekusi resep ini mba endang... uenak tenannnnn....
BalasHapusdimakan pake nasi hangat jadi lupa diet nihhh :-)
thanks yaa, senang resepnya disuka ya
Hapusmbak ikan asin peda iu rasanya sama kyk ikan2 asin lainnya nggak ya? maaf blm pernah tau ikan asin peda..hehehe
BalasHapusHai Mba Dhia, kalau di jawa disebutnya 'gerih' hehehhe. sebnernya ikan kembung diasinkan mba, bs diganti ikan asin dengan daging tebal lainnya yaa
HapusHalo Mbak Endang...
BalasHapusSalam kenal, saya Anita.
Terima kasih sudah menjadi guru online saya.
Saya menjadikan resep2 mbak Endang sebagai acuan memasak saya mulai versi tampilam website tempo dulu dan mengkoleksi seluruh buku resep mbak Endang.
Semuanya enak, dan jika dipatuhi step by step...tidak akan gagal.
Dan semua pujian suami, anak anak dan semua orang yang makan olahan saya, sudah seharusnya dan sepantasnya didedikasikan kepada mbak Endang.
Belum lagi tulisan pengantar yang panjang dan sarat ilmu kehidupan.
Sekali lagi terima kasih.
Semoga semua ini diperhitungkan sebagai amal jariyah mbak Endang.
Btw kalo nanti ketemu, saya boleh minta tanda tangan ya
Hehehe
Halo Mba Anita, salam kenal Mba. Thanks sharingnya dan terima kasih sudah membeli buku2 saya yaaa. Senang sekali resep2 JTT disuka, dan bisa membantu memasak dirumah. Amiin untuk doanya, sukses selalu yaaa.
Hapussalam
Hallo mba endang. Mau tanya, itu waktu di kukus ga di kasih air ya? Tapi hasil akhirnya berair ya mba?
BalasHapusnggak pakai air mba, yep keluar air sendiri ketika matang
HapusMba klo ikannya di goreng dulu bisa kah? Saya msh agak aneh klo ikan di kukus😂 *maafkan
BalasHapusbisa ya mba
HapusHai mb en. ..
BalasHapusSbg silent reader dan secret admirer saya terpaksa buka suara gara2 reaep ini,
Hari ini kebetulan masih ada sisa kecombrang 1 kuntum, dan saya eksekusi resep ini dg menambahoan kecombrang iris tipis2, jeng. Jeng.. Lalu jadilah racun ini mb, racun yg membuat saya gagal diet 🤣, saya makan dg nasi sisa kemarin yg tinggal seiprit prit.
Dan saya kelabakan krn nasinya kurang, rasanya seperti di tinggal tanpa pesan saat sedang cinta cintanya. Hahaha