Saya berpikir tiga hari libur di minggu lalu akan menjadikan saya manusia yang produktif di rumah. Beberapa rencana sudah masuk ke dalam kepala, termasuk mengeksekusi dua atau tiga resep menarik yang sudah lama 'ngendon' di folder blog. Tapi Jumat lalu ketika rumah telah tersapu bersih, perabotan pun tampak licin bebas debu dan cucian tergantung wangi di kawat jemuran, saya justru tergeletak di depan laptop dan menonton aneka video di You Tube. Dekorasi interior rumah, berkebun, dan aneka DIY kerajinan tangan untuk mempercantik tempat tinggal saat ini menjadi topik yang sedang saya gemari. Entah sudah berapa ratus video ditonton, beberapa channel bahkan saya subscribed agar tak ketinggalan info ketika ada video baru yang diposting.
Jika berurusan dengan berkebun, salah satu channel/vlog favorit saya adalah Garden Answer. Kualitas film yang sekelas HGTV, dan gaya pemilik channel yang informatif dan natural saat menjelaskan, membuat saya tergila-gila dengan semua video yang dishare. Semua video berkualitas yang berjumlah ratusan tersebut bisa diakses gratis, cukup asalkan ada koneksi internet saja. Walau sebagian besar tanaman yang digunakan sulit tumbuh di iklim panas di Jakarta namun ide, tips dan rancangan design yang diberikan sebagian bisa dipergunakan. Saya membayangkan kelak, ketika rumah di Cilebut sudah bisa dihuni, halaman hook-nya yang cukup luas akan saya penuhi dengan aneka tanaman. Mimpi! Ahh....^_^
Dulu, beberapa tahun yang lalu, ketika awal-awal tinggal di rumah Pete, saya maniak dengan berkebun. Sebenarnya hobi bercocok tanam ini sudah ada dalam diri saya sejak kecil, namun kondisi rumah yang tidak memiliki halaman selalu menjadi hambatan utama. Rumah Pete, rumah yang terletak di jalan Pete, adalah milik adik saya, Wiwin dan keluarganya. Beliau berbaik hati mengijinkan saya tinggal disana hingga saya memiliki rumah sendiri, yang sepertinya baru terwujud tahun depan.
Halaman rumah Pete cukup luas untuk ditanami dengan aneka tanaman, dan kala itu saat demam aglaonema sedang menggila di Indonesia, saya pun mengoleksi puluhan jenisnya. Dari Tiara, silangan lokal, hingga Kochin yang merupakan silangan dari Thailand, saya miliki. Semua aglaonema tersebut saya beli online, dalam bentuk bibit-bibit kecil. Silangan lokal harganya sangat mahal, dan walau satu bibit kecil dibandrol seharga 300 ribu rupiah, saya tetap nekat membelinya. Entah kesurupan apa saya saat itu, hingga lupa daratan dengan tanaman hias yang satu ini. Mungkin sama seperti saat orang-orang sedang tergila-gila dengan anthurium dan adenium beberapa tahun yang lalu.
Aglaonema tidak suka panas, tidak suka dingin, tidak suka lembab, tidak suka basah, tidak suka kering, tidak suka air, tidak suka segala macam yang setengah mati berusaha saya wujudkan untuk tanaman super rewel dan merepotkan ini. Paklik saya bahkan datang dari Paron membawa sekarung sekam padi yang saya request untuk campuran media tanamnya. Sebuah greenhouse sederhana bahkan dibangun demi bibit-bibit kecil aglaonema yang tak terhitung banyaknya. Hidup saya bahkan terpusat dalam usaha menyediakan environment terbaik untuknya, hingga menikmati keindahan daunnya yang berwarna-warni tak terlintas dalam benak. Boro-boro mau dinikmati jika sebentar-sebantar akarnya busuk sehingga medianya harus diganti, atau daunnya terbakar, atau muncul kutu putih, dan lain sebagainya, dan lain sebagainya, yang justru membuat saya stres. Kata orang berkebun bisa meredakan stres, namun berkebun aglaonema justru membuat kewarasan saya 'berkurang'. ^_^
Satu persatu aglaonema saya pun mati, kebanyakan penyebabnya adalah busuk akar dan suhu yang terlalu panas, walau di dalam greenhouse. Well, lokasi greenhouse 'abal-abal' ini memang berada di lantai paling atas rumah, dekat dengan toren air. Nangkring seperti kandang burung di sebuah space kecil yang saya jejalkan disana. Saat siang hari panasnya luar biasa! Saya tahu, saya tahu, lokasi tersebut bukan tempat terbaik untuk aglaonema alias sri rejeki yang dulu jaman nenek kita selalu ditanam dibawah keteduhan pepohonan nan sejuk. Tapi saya tidak memiliki tempat aman lainnya.
Saya pernah meletakkan berderet aglaonema jenis heng-heng, butterfly dan rotundum di teras rumah, dan sebanyak 2 buah pot butterfly lenyap. Mengerikan juga membayangkan seseorang mampu loncat dari balik pagar rumah yang cukup tinggi. Sepertinya pencurinya sudah mengincar tanaman tersebut dari balik pintu pagar yang memiliki lubang kecil untuk membuka kunci dari dalam. Sejak itu saya tidak pernah meletakkan aglaonema di teras. Saat ini, tentu saja kondisinya berbeda. Aglaonema bukanlah tanaman eksotis ekslusif seperti dulu yang harganya sangat mahal. Tapi mood saya untuk menanamnya kembali sudah lenyap. Dua pot tersisa, jenis aglaonema butterfly dan satu lagi saya lupa namanya, akhirnya saya transfer ke rumah adik saya, Wiwin, di Mampang. Kini dua tanaman tersebut tumbuh luar biasa subur, beranak dan berkembang dalam pot-pot besar. Halaman belakang rumah yang teduh tapi tetap mendapatkan sinar matahari sepertinya menjadi habitat yang sangat mereka sukai.
Halaman rumah Pete sendiri sekarang lebih banyak ditumbuhi tanaman anti stres, yang sepertinya cocok dengan karakter saya. Minim perawatan, tidak mati walau tiga hari tidak disiram, dan berguna dalam aneka masakan yang saya buat, seperti belimbing wuluh, jeruk purut, kunyit, daun pandan, dan cabai. Bukan jenis yang sedap dipandang mata, tapi ini lebih baik dibandingkan aneka rumput dan alang-alang yang tobat banyaknya. Mungkin suatu saat nanti semangat bertanam tanaman hias akan tumbuh kembali. Saya akui kala melihat Instagram Mba Hesti H. Hakim yang juga memiliki blog Hesti's Kitchen penuh berisi aneka gambar taman dan tanaman hias yang dimiliki beliau, membuat saya iri. Saya pernah mengalami masa itu, jadi mengulanginya kembali saya rasa bukanlah hal yang sulit. Hanya perlu semangat dan ketelatenan, nah itu yang sulit! ^_^
Wokeh ke resep kali ini. Cunchy, simple, gurih dan sedap. Kata-kata tersebut menurut saya tepat untuk menggambarkan chicken fingers yang resepnya kali ini saya sharing. Resep dan fotonya sebenarnya sudah lama berada di folder blog, terlupa, dan ketika weekend lalu saat sibuk mengubek aneka resep, tak sengaja menemukannya. Makanan ini dibuat disela-sela proses memasak untuk buku Homemade Baking JTT tahun lalu. Seingat saya kala itu, karena stres dikejar date line dan capek memasak makanan yang ribet, resep simple inipun dieksekusi. Saking ingin membuatnya sesederhana mungkin, saya bahkan malas merendam irisan dada ayam ke dalam aneka bumbu marinade seperti yang biasanya saya lakukan.
Walau bentuk dan ukurannya sama sekali tidak seperti fingers normal, atau seperti merk makanan sejenis yang banyak dijual dalam kemasan beku di supermarket, tapi yang ini sedap rasanya. Membuatnya sangat mudah dan jika tampilannya terlihat crunchy, jangan salah mengira jika makanan ini digoreng ya. Jadi bagi anda yang sedang diet, menghindari gorengan, atau sedang mengajarkan si kecil untuk makan-makanan yang lebih sehat maka chicken fingers ini tepat untuk disajikan. Bahan yang digunakan dalam resep dibawah adalah fillet dada ayam, karena mudah dan lebih rendah lemak, walau saya akui rasa dada ayam lebih kesat dan keras. Anak-anak biasanya menyukai daging bagian paha yang lebih berlemak, lembut dan empuk, jadi anda bisa gantikan dengan fillet paha ayam, atau fillet ikan, udang, dan seafood lainnya pun sedap.
Saya hanya me-marinade ayam dengan salt and pepper, tapi bisa juga menambahkan sedikit kecap asin, dan saus tiram di bumbunya. Sebenarnya menggunakan bumbu hanya garam dan merica ada tujuannya, yaitu membuat potongan ayam menjadi tidak basah, lebih kesat sehingga tidak mengganggu saat proses mencelup fillet ke mayo dan breadcrumbs. Untuk membuat breadcumbs mampu menempel dengan baik, serta membuat rasa chicken fingers ini lebih gurih, tidak kering dan lebih moist maka potongan ayam dicelupkan ke dalam mayonnaise. Alergi dengan telur? Skip mayonnaise, walau saus inilah yang membuat rasanya menjadi sedap, dan rendam potongan ayam ke dalam saus yang terbuat dari cincangan bawang putih, merica, kecap asin, minyak wijen dan saus tiram, baru potongan ayam di balur oleh breadcrumbs.
Chicken fingers bisa digoreng, tapi saya lebih memilih memanggangnya di oven pada suhu 170'C. Loyang saya alasi dengan silpat, alas memanggang yang terbuat dari silikon ini sudah lama saya miliki namun sering lupa digunakan. Saya membelinya di sebuah toko online dengan harga cukup murah, bukan jenis yang original, namun ketika digunakan tak ada satupun crumbs yang menempel di alas. So far, saya cukup puas dengan kemampuannya yang anti lengket.
Chicken fingers sedap disantap bersama cocolan saus tomat, saus sambal atau saus mayonnaise, namun saya membuat saus yang terbuat dari mayonnaise, madu, dan wijen. Rasanya mantap! Berikut resep dan prosesnya ya.
Crispy Chicken Fingers dengan Saus Madu Wijen
Resep hasil modifikasi sendiri
- 100 gram breadcrumbs *)
- 1/4 sendok teh thyme kering dihancurkan
- 1/4 sendok teh oregano kering
- 1/4 sendok teh basil kering
- 1/2 sendok teh merica hitam butiran tumbuk
- 1/2 sendok teh garam
*) breadcrumbs bisa juga dibuat dari biskuit keju yang dihancurkan, cek link disini untuk prosesnya.
**) thyme, oregano dan basil di resep bisa digantikan dengan 1 sendok teh mixed herbs (Italian seasonings)
Bahan dan bumbu ayam:
- 300 gr fillet dada ayam, iris tipis memanjang seperti jemari tangan, bisa menggunakan fillet paha atau ikan, cumi-cumi, dan udang kupas.
- 1/4 sendok teh merica hitam tumbuk
- 1 siung bawang putih, cincang halus
- 1/4 sendok teh garam
Bahan dan bumbu saus:
- 1 butir cabai rawit merah (optional)
- 2 sendok makan mayonnaise
- 2 - 3 sendok makan madu
- 1 sendok makan saus tomat
- 1/2 sendok makan Worcestershire sauce (kecap Inggris)
- 1 sendok makan air jeruk nipis/lemon
- 1 1/2 sendok makan biji wijen sangrai
- 1/4 sendok teh merica hitam tumbuk
- 1/4 sendok teh garam
- 3 sendok makan air matang
Bahan lain:
- mayonnaise secukupnya untuk pencelup
- biji wijen sangrai untuk taburan
Cara membuat:
Siapkan mangkuk, masukkan bahan dan bumbu breadcrumbs, aduk rata. Sisihkan.
Siapkan mangkuk lainnya, masukkan irisan dada ayam dan semua bumbunya. Aduk rata.
Siapkan mangkuk, tuangkan mayonnaise ke dalamnya. Ambil sepotong fillet dada ayam, celupkan ke mayo hingga terlumuri dengan baik. Angkat dan ketukkan pelan untuk membuang kelebihan mayo.
Masukkan ayam berlumur mayonnaise ke dalam mangkuk berisi breadcrumbs. Tekan-tekan agar breadcrumbs menempel dan melumuri ayam dengan baik. Letakkan di loyang beralas kertas baking, saya pakai silpat.
Lakukan pada semua potongan ayam, hingga loyang penuh. Panggang di dalam oven yang telah dipanaskan sebelumnya pada suhu 170'C, api atas dan bawah hingga permukaan ayam coklat keemasan. Keluarkan dari oven. Sisihkan.
Membuat saus madu wijen
Siapkan gelas blender kecil untuk dry mill, masukkan semua bahan saus, proses hingga smooth. Cicipi rasanya jika terlalu asam tambahkan sedikit madu, dan sesuaikan rasa asin sesuai selera.
Tata chicken fingers di piring saji dan sajikan bersama saus cocolannya. Super yummy!
Huwaa.. Ini enak nih.. Tapi, klo mix herbz nya dganti daun parsley cincang apa rasanya jd aneh ? Makasih mba endang..
BalasHapusyep bisa banget mba, tetap enak ya, sy kehabisan parsley kering, jadi gak pakai
HapusIih, Mba Endang dapet di Cilebut Residence 2? Itu rumah impian saya..secara ga jauh dari stasiun. Andaikan bisa tetanggan sama Mba...hehehe.. resepnya enak nih buat dicoba, kebetulan lagi pengen yg digoreng tapi gurih. Makasih update resepnya Mba Endang.
BalasHapusHaaa, KPR Mb, 15 tahun utang hiiksss. Tapi memang lokasinya oke ya dekat stasiun, walau macetnya minta ampun sekitar situ hehehe
HapusSaya sdh pernah bikin tp tanpa herbs nya (italian seasoning), & digoreng, bikin pagi sampe sore masih crunchy,yg plng penting anak suka bgt mgkn krn kres2nya
BalasHapusthanks sharingnya ya Mba, sukses ya
Hapusbreadcrumbs sama tepung panir beda ya mb?kl beda bisa diganti pake tepung panir kah?ngaruh dirasa sama kriuknya g ya.cocok bgt nih bwt sy yg pny anak batita yg lg doyan2nya ngemil(tentu setelah di skip cabe+mericanya ya)makasih mb endang untuk resepnya yg simple,praktis tp ttp enak.semoga mb endang sehat n bahagia trs ya jd bisa terus share resep2 oke
BalasHapusbeda ya mba Dessy, breadcrumbs lebih besar bulirannya mirip beras yang hancur. Bs pkai tepung pnir, tapi breadcrumbs lebih crispy, bs juga pakai biskuit keju yang dihancurkan, saya pernah pakai diresep fish and chips.
HapusMbk saus madu kl disimpen di chiler tahan brp lama ya, trus chicken fingernya kl misal mo disimpen di freezer tp sudah digoreng dulu gimana?
BalasHapushai mba, saus tahan 4 hari di chiller, kalau ayam jika sudah digoreng dan masuk freezer, ketika dipanskan di micro tdk akan crispy, sebaiknya dibekukan dalam kondisi mentah sudah dibalur breadcrumbs, jadi tinggal goreng
HapusHalo mbak endang, yg resepnya selalu nendang 😁 Sy mau tanya, setau sy kan mayonnaise membuat daging ayam jd lebih moist yah mbak? Nah kalo misalkan mayonnaise nya dijadikan marinade bersama garlic, salt and pepper nya gmn mbak? Dimarinade dl bbrp jam gitu. Apakah akan pengaruh ke rasa? Sy ingin coba kayak gitu, tp takut salah. Hehehe mohon jawabannya ya mbak endang, makasih ☺️
BalasHapusHai Mba Bella, sebenanrya bs saja, tapi biasanya marinade akan membuat cairan dr ayam kelaur dan membuat bumbu marinade jadi encer, selama itu gak masalah sih gak papa ya.
HapusMakasih jawabannya mbak endang 😁
Hapusasswrwb mbak endang aku sudah coba ini ..waaah langsung diganyang anak2ku. Padahal waktu mau manggang ..lho kok banyak banget 1 loyang gede. Tp abis tuh anak2 bilang enak ..aku pake Italian Herbs dan sausnya gak punya wijen tp tetep enak. Aku makan nya sama potato wedges. Terimakasih mbak salam @lien poerba
BalasHapusThanks Mba Lien sharingnya ya, senang resenya disuka. Yep anak2 pasti suka makanan seperti ini hehehhehe
Hapus