|
Wat Pho, Buddha Tidur, Reclining Buddha |
Ketika akhir tahun lalu boss saya, Ibu Jane, mencetuskan ide jalan-jalan ke luar negeri, kepala saya langsung puyeng. Posisi di bagian project dan mengurusi segala macam tetek-bengek perusahaan ini selalu membuat saya ketiban pulung menjadi panitia kegiatan semacam ini. Beberapa negara ASEAN menjadi alternatif untuk dikunjungi, namun Thailand lah yang membuat seluruh karyawan menyambutnya dengan penuh semangat. Saya pun sibuk menghubungi satu travel agent ke travel agent lainnya untuk mencari paket tur Bangkok-Pattaya dengan harga tercantik. Jika diterjemahkan menjadi harga semurah-murahnya namun dengan fasilitas sebanyak-banyaknya, dan pelayanan semantap mungkin.
Sounds impossible, tapi tidak ada yang impossible di Bumi ini, jadi setelah bertemu dengan bermacam-macam tur, dan mendapatkan penawaran bermacam model, bahkan saya sempat didamprat sebuah travel agent karena pembatalan tiba-tiba, kami menjatuhkan pilihan ke sebuah perusahaan kecil yang dikomandoi oleh Pak Rully. Pilihan ini sama sekali tidak salah karena ternyata dengan budget super mepet kami bisa bertamasya ke Bangkok dan Pattaya selama 3 hari 2 malam dengan pelayanan yang cukup baik. ^_^
|
Tampak depan Wat Pho |
Mengatur 40 kepala yang sibuk dengan urusan dan keinginannya masing-masing memang tidak mudah. Supaya tidak 'ruwet', 40 peserta tersebut kami bagi menjadi dua group yang pergi dan pulang di hari berbeda. Peserta group pertama cuti di hari Jumat dan pulang di hari Minggu, sedangkan peserta group kedua berangkat di hari Sabtu dan pulang (plus cuti) di hari Senin. Saya menjadi team leader group dua, dan menjadi team leader berarti harus memastikan kehadiran setiap peserta, dan memastikan juga mereka tepat waktu kembali ke bis, mengingat schedule tur yang super duper padat.
Semua peserta terkoneksi melalui WA group, dan ketika tiba di Don Mueang International Airport kami langsung membeli SIM card lokal seharga 200 baht (sekitar Rp. 80.000,-), yang berlaku selama 1 minggu. Kecepatan internet di Thailand seperti jalan tol yang benar-benar kosong melompong, alias super cepat. Koneksi internet ini sangat penting mengingat saya harus sering memberikan pengumuman mengenai meeting point, atau waktu berkumpul, atau perubahan rencana, atau mencari peserta hilang, atau informasi tempat belanja yang oke, atau sekedar pamer makanan enak.
|
Salah satu pintu di Wat Pho yang tampak seperti pigura |
Perjalanan berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta, lancar jaya, dua puluh orang peserta berkumpul tepat waktu di terminal 2D. Kami menaiki pesawat Thai Lion di pukul 10.10 WIB. Semua peserta telah siap dengan aneka koper, tas jinjing, tas punggung, tas selempang, dan tentu saja bekal makan siang. Thai Lion tidak menyediakan makan siang, sementara kami tiba di Thailand sekitar pukul dua siang, jadi untuk menghemat Baht dan supaya tidak membeli makanan di pesawat semua peserta sudah diinstruksikan, "Bawa bekal makan siang ya"! Sejak subuh saya sudah mempersiapkan telur dadar, sosis goreng dan roti bakar, yang saya masukkan ke dalam kotak plastik makanan sekali pakai. Bekal ini cukup untuk sarapan dan makan siang, jadi di pesawat saya hanya membeli air mineral saja seharga 40 Baht.
Seperti biasa yang namanya Lion Air, apakah itu lokal atau dengan embel-embel Thai di depannya, selalu berhubungan dengan delay. Kami delay 20 menit dan tiba di Bangkok hampir setengah tiga. Sebelum memasuki bagian imigrasi dan klaim bagasi, peserta dihitung ulang dan semua setuju kami harus segera ke toilet. Hampir semua berhamburan ke toilet, termasuk saya yang telah menahan buang air kecil selama penerbangan. Keluar dari toilet saya disambut oleh team leader dari pihak tur bernama Mbak Atikah, "Mbak, Mas Erwin dompetnya tertinggal di pesawat"! Hah?! Saya melongo sekaligus mendelik mendengarnya, ekspresi ini agak susah dipraktekkan, jadi jangan berusaha mencobanya ya. Saya membayangkan jauhnya jarak airport dengan pesawat, karena kami keluar dari pesawat tidak melalui garbarata, melainkan harus menggunakan bis yang cukup jauh perjalanannya. "Paspornya juga di dompet"? Tanya saya panik. "Nggak, paspor sama boarding passnya di tas selempang". Saya pun batal panik.
Erwin yang baru saja keluar dari toilet bertemu dengan saya di lorong dengan tampang stres, "Gimana ini Mbak, dompetku kayanya terjatuh di pesawat." Saya menggelengkan kepala dengan kesal, antrian imigrasi di Don Mueang panjangnya seperti ular tangga terpanjang, hambatan seperti ini akan membuat kami terlambat tiba di bus, tapi mengomel-ngomel juga tidak akan menyelesaikan masalah. "Ayo kita cari petugas", ujar saya sambil berjalan menuju petugas imigrasi. Tidak ada satupun petugas 'nganggur' disana, semua sibuk melayani antrian pengunjung. Tidak tersedia juga bagian informasi, atau manusia berseragam bandara yang biasanya suka berjalan 'wara-wiri'. Semua petugas berada di loket masing-masing, sibuk.
Ketika kaki kami sudah pegal, akhirnya saya menemukan 3 orang petugas sedang sibuk berdiskusi, loket mereka ditutup. Modal nekat, saya pun menghampiri, namun mereka terlihat begitu sangat serius dan tidak peduli dengan sekelilingnya, membuat saya menjadi ragu. Ketika hendak berbalik haluan, seorang petugas melihat, memanggil, dan menghampiri, "Yes, what's going on"? Tanyanya dingin, logat Bahasa Inggrisnya cukup membuat saya hampir meraih cotton bud di dalam tas buat membersihkan telinga karena susah dimengerti. Dengan cepat saya menjelaskan mengenai kondisi Erwin dan memintanya membantu. "You go over there and ask the supervisor," katanya dan langsung berlalu tanpa sama sekali ada keinginan untuk menjelaskan bentuk supervisor itu yang seperti apa.
Berbekal petunjuk 'seciprit' itu saya berdua Erwin tertatih-tatih menuju ke petugas yang berperan sebagai supervisor. Yang mana? Hanya Tuhan yang tahu. Saya terus berjalan dan akhirnya menemukan petugas wanita yang sedang berjalan tergesa-gesa menuju ke singgasananya. Berhubung yang satu ini sedang tidak melayani antrian langsung saja saya cegat dengan, "Excuse me, Miss." Si petugas berhenti, menoleh dan menatap saya dengan muka jutek, dan terlihat sangat, sangat merasa terganggu yang tidak saya pedulikan. Semua petugas imigrasi toh memang seperti ini tampangnya di setiap airport, jadi mengapa yang satu ini harus berbeda bukan? Kembali saya jelaskan ulang mengenai 'musibah dompet tertinggal di Thai Lion' yang sepertinya pas menjadi judul film abal-abal. Tampang si Ibu petugas yang sudah jutek semakin bertambah kesal, "Heeeeh"! Erangnya panjang. "Could you help me, please? Because I couldn't find information in this floor," lanjut saya tergesa-gesa. "No information here! Ok, where is your passport and boarding pass"? Cetusnya galak. Saya menjadi lega, setidaknya si Ibu bersedia membantu.
|
Patung Dewa di Wat Pho |
Erwin sibuk membongkar tas selempangnya dan sialnya selembar boarding pass itu tak kunjung ditemukan. Ketika akhirnya ditemukan, emosi si petugas mungkin sudah mencapai ujung rambut buntut kudanya. "Come with me"! Perintahnya, dan saya berdua Erwin plus beberapa peserta rombongan berloncatan mengikuti. "Not you! You stay there"! Telunjuk si Ibu diacungkan ke muka saya, dan beliau berlalu bersama Erwin. "Alhamdulillah, Ibu boleh bawa Erwin seminggu deh, sampai kita balik lagi ke Jakarta," kata saya dalam bahasa Indonesia, tentu saja setelah mereka berdua menghilang dari pandangan. Ketika Erwin sibuk mengurus dompetnya, saya dan rombongan kemudian menuju ke antrian imigrasi. Untungnya dompet tersebut berhasil ditemukan dengan selamat, dan Erwin kembali dengan cepat. Semua berjalan lancar hingga kami masuk ke dalam bis yang akan membawa rombongan ke lokasi wisata pertama, Wat Pho atau Reclining Budha.
Cerita tur Bangkok - Pattaya bagian kedua bisa diklik pada link disini ya.
Hihihi lucuuu bgt to mb endang nih kl nulis cerita bisa bikin ngguyu mesam mesem bikin puasa pertama lbh fun nih.selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan ya mb,mohon maaf lahir &bathin.ditggu part lanjutannya..siap2 ngguyu lagi nih heeee
BalasHapusHahaha, thanks mba Dessy, senang ceritanya bs menghibur yaa. Kelanjutannya sedang diketik ^_^
HapusDear mbk endang...
BalasHapusHaha.lucu ceritanya..mau lagi mau lagi. Saya sempet praktekin "melongo dan mendelik" ala mbk endang lho. Wkwkwk....
Btw... pelayanannya sama waktu di jepang berbeda jaaauuuh ya mbak. Mbok kemaren ke jepang lagi aja...
Haloow Mba Rini, wakakka, jangan dicoba mbak, susah wkwkwk. Iya beda jauh dengan jepang, di jepang petugas airport dan imigrasi gak ada yang killer kek genee, tobat booo
HapusDitunggu part 2 nya Mbak :) Tp emang ya kenapa petugas imigrasi itu semuanya mukanya serius dua rius. Kayaknya pas ujian kelulusan salah satu subjeknya hrs bs bermuka sejutek2nya.
BalasHapusSip Mba Yulia. Keknya hidup mereka membosankan setiap hr ketemu ribuan orang tapi gak bs diajak ngobrol dan kenalan wakkakakka
HapusSeruuu banget ceritanya mba. Jadi pgn balik ke thailand lg. Suka deh klo baca tulisan mba endang. Berasa baca novel hihihi. Sukses terus mbaa
BalasHapusThanks Mba Harsi, saya baru balik sudah pengeeen lagi kesana, masih banyak pasar yang mau diexplore wakkakak
Hapus"Yes, what's going on"? pake logat thai, kebayang bgt lucu nya soalnya di kantor ada bbrp ekspat dr thai, dan pas pertama kali ngobrol sm mrk sll garuk2 kepala.... butuh jeda bbrp saat buat ngejawab hahahahaha
BalasHapusIyaa bener banget, pakai logat Thai Mba, sebnarnya kata2 diatas sebagian saya karang, lha wong saya juga gak jelas mrk ngomong apa wakakkak
HapusMbak Endang, bisa share biro perjalanan yang dipakai ? Siapa tau jika ada rejeki dengan budget super mepet , saya bisa traveling ke Bangkok juga. Thanks ya Mbak....from Lyta
BalasHapusHai Mba Lyta, saya pakai Rulika Tour punya Pak Rully, mrk gak punya website, tapi bs dikontak di 08119500064. Ini perusahaan kecil, saya dapat dr teman karena Pak Ruly masih sodaranya hehhehe. Budgetnya bs dibicarakan dan ditekan wakakak
HapusMba endang kocak amat bahasanya.. sukakkk 😍😍😍
BalasHapushahhaha, terima kasih yaaa
HapusMb Endang, melongo & mendelik yg dilakukan bersamaan nampaknya butuh keahlian khusus ya.. hihihi.. tp pelan2 sy sukses lah walaupun mgkn gak sesukses dirimu.. Sama seperti resep2nya, pelan2 diikutin insyaa Allah sukses lah.
BalasHapusHappy fasting mb Endang
lapyupul,
Anis
Wakkakak, setelah saya coba skrg kok ternyata susah ya, tulisan saya itu tdk bs dipraktekkan Mba wakakakka. Sukses dengan rseep2 JTT yaaa. Happy fasting juga yaa.
Hapus