Minggu lalu kantor saya mengadakan tur ke Bangkok dan Pattaya selama 3 hari 2 malam, berangkat di hari Sabtu dan kembali ke Jakarta di Senin malam. Karena menggunakan jasa travel agent maka kami tidak dipusingkan dengan urusan transport dan akomodasi. Cukup mempersiapkan stamina, membekali diri dengan uang Baht yang banyak, duduk manis di bus, mengikuti semua schedule tur, dan disela-selanya tentu saja dihabiskan dengan jajan, shopping dan shopping. Tak heran Pak Imron, tur guide kami mengatakan, "Ciri khas turis asal Indonesia ada 4 yaitu sleeping, eating, shopping dan pissing (kencing)."
Menurutnya, hampir sebagian besar turis Indonesia saat dijelaskan mengenai sejarah Thailand, dan obyek wisata, dipastikan akan segera mengenakan kaca mata hitamnya dan tidur. Ketika tiba di tempat belanja akan sibuk dan heboh membeli apapun yang dijajakan dan kembali ke bus dengan 'segambreng' tentengan. Saat bertemu restoran atau tempat makan akan bersemangat 45 menggasak apapun yang disediakan, dan diakhiri dengan kunjungan ke toilet disetiap obyek wisata yang dikunjungi. Hm, saya sama sekali tak bisa mengingkari pendapat tersebut. ^_^
Terus terang melakukan perjalanan dengan tur ada keuntungan dan kerugiannya. Untungnya kita bisa nyaman dan tidak perlu memikirkan transportasi dari satu obyek wisata ke obyek lainnya. Hal yang menyebalkannya adalah beberapa obyek wisata bukanlah tempat yang ingin kita kunjungi tetapi harus didatangi, sehingga waktu untuk mengeksplorasi obyek wisata favorit menjadi berkurang. Pengalaman berkesan saya tentu saja shopping dan kuliner. Lupakan sejenak sejarah mengenai Wat Arun atau Wat Pho, karena semua informasi tersebut bisa dengan mudah didapatkan dari Google. Lagipula Indonesia memiliki obyek wisata tak kalah seru seperti Borobudur dan Prambanan, jadi mengeksplore sejarah dari setiap obyek wisata di itinerary bukanlah hal yang saya fokuskan.
Bangkok memang surga bagi mereka yang hendak membeli aneka pernak-pernik lucu, terutama pasar Chatuchak. Harganya sangat murah, kualitasnya bagus dan bentuknya pun cantik-cantik. Supaya tidak 'zonk' selama disana, saya sudah membuat list barang apa saja yang akan dibeli, dan dimana untuk mendapatkannya. Hal yang menarik minat saya apalagi jika bukan pernak-pernik untuk menunjang food photography dan dekorasi rumah. Akhir-akhir ini saya sedang tergila-gila dengan tanaman sukulen imitasi yang dikemas dalam pot-pot terracotta mini yang lucu. Di ITC Ambassador harganya luar biasa mahal, satu pot kecil dengan sebuah tanaman sukulen imut dibandrol 140 ribu rupiah, di Chatuchak saya mendapatkannya dengan ukuran lebih besar dengan harga hanya 40 baht atau Rp. 15.600,- (1 baht = Rp. 390).
Selama di Thailand saya tidak membawa kamera DSLR, alasannya berat dan sama sekali tidak menunjang urusan shopping. Saya juga tidak berkeinginan secara spesifik untuk mengulas obyek wisata disana di JTT karena informasi tersebut sudah sangat banyak bertebaran di internet dan diulas oleh traveler Indonesia dari A hingga Z. Mungkin satu atau dua cerita dan beberapa pernak-pernik yang saya beli akan di share secara terpisah di beberapa artikel lainnya.
Wokeh kembali ke resep. Masih ingat dengan dua ekor bebek yang saya bawa dari Batam bulan lalu? Nah setengah ekor bebek sudah saya olah menjadi bebek betutu kuah yang resepnya bisa di klik pada link disini. Potongan sisanya saya masak menjadi entok slenget khas Jogya seperti postingan kali ini. Saya masih memiliki satu ekor bebek utuh beku di freezer, terus terang kepala saya sudah pusing memikirkan hendak mengolahnya menjadi apa. Pengalaman memasak saya dengan unggas ini sangat minim, dan ternyata walau telah diberikan bumbu 'segambreng' dan dipermak sedemikian rupa sebelum dimasak, bau amis di dagingnya masih terdeteksi. Bahkan memikirkan hendak menyantap dagingnya saja sudah membuat perut saya mual sekarang.
Entok slenget ini berasal dari daerah Turi, Sleman, Jogyakarta. Bahan utama adalah daging entok atau itik, walau menurut saya jika digantikan dengan daging ayampun akan terasa sedap. Hal yang spesial dari masakan ini adalah rasanya yang super pedas, menyengat lidah, alias 'slenget' dalam bahasa Jawanya yang artinya menyambar. Rasa dan tampilannya sebenarnya mirip-mirip seperti tongseng dengan rasa manis yang diperoleh dari kecap manis. Kuahnya kental, kaya lemak dan bumbu, serta berwarna sedikit kecoklatan.
Untuk membuatnya sangat mudah, hal yang terutama sebenarnya bagaimana membuat daging bebek menjadi super empuk dan tidak berbau amis. Saya merebusnya perlahan diatas kompor menggunakan panci biasa, dan membutuhkan waktu cukup lama hingga daging mudah lepas dari tulangnya. Sayangnya walau bebek sudah dipermak dengan gosokan garam, air jeruk nipis, air asam, dan dipanggang sebentar diatas kompor tetap tidak bisa menghilangkan bau amis dengan tuntas. Jadi next time jika hendak membuatnya lagi saya akan menggunakan ayam kampung saja sepertinya.
Takaran air di resep disesuaikan dengan kealotan daging itik/bebek yang digunakan, semakin alot maka semakin banyak air yang diperlukan untuk merebus. Kita bisa menggunakan panci tekanan tinggi dan slow cooker untuk menghemat waktu dan bahan bakar, jadi saya kembalikan ke kebutuhan masing-masing. Untuk santan di resep, umumnya entok slenget di Jogya tidak menggunakan santan karena lemak bebek sudah cukup membuat kuah menjadi kental. Tapi untuk rasa gurih di kuah seperti tongseng, maka saya menggunakan sedikit santan di resep. Skip santan jika anda menghindarinya.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Entok Slenget
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 6 porsi
Berminat dengan resep berbahan bebek/itik lainnya? Silahkan klik pada link di bawah ini:
Pedesan Entok a la Indramayu
Nasu Palekko
Bebek Betutu Kuah
Bahan:
Cara membuat:
Siapkan entok/itik/bebek. Gosok bersih permukaan kulit itik dengan garam kasar, air jeruk lemon/jeruk nipis (gunakan juga kulit jeruknya) dan air asam kental, hingga kulit ari itik yang berwarna kekuningan lepas dan itik menjadi kesat dan kinclong. Gosok juga bagian rongga dalam itik dengan garam. Buang bagian pembuangan itik, saya juga membuang bagian yang bernama brutu karena disini terdapat lemak kekuningan yang membuat masakan menjadi amis. Cuci bersih hingga seluruh garam hilang.
Lap permukaan itik dengan tissue dapur hingga kering, kemudian bakar sebentar itik di atas api kompor hingga kulitnya kesat, bulu-bulu hilang. Jika anda kesulitan memegangnya, masukkan gagang spatula ke dalam rongga itik, pegang bagian kepalanya dan bakar sebentar di atas kompor.
Untuk gambar yang detail mengenai proses diatas bisa diklik pada link disini.
Siapkan panci, panaskan 2 sendok makan minyak untuk menumis bumbu.Masukkan bumbu halus, aduk rata dan tumis hingga harum dan bumbu matang (tandanya bumbu berwarna lebih gelap). Masukkan bawang merah cincang, cabai rawit, serai, lengkuas dan daun salam, tumis hingga daun rempah layu. Masukkan daging bebek, aduk hingga rata terlumuri bumbu.
Masak dengan api kecil hingga bebek tampak berubah warnanya menjadi tidak pucat. Masukkan 1/2 bagian air, tutup panci dan masak dengan api sedang hingga air menyusut. Masukkan sisa air dan masak hingga empuk. Jika bebek belum empuk tambahkan kembali 500 ml air dan lanjutkan memasak sampai bebek benar-benar empuk.
Masakan ini berkuah seperti tongseng, jadi tambahkan kembali air sampai potongan daging agak terendam. Masukkan santan (jika pakai), sebenarnya tanpa santan pun sudah membuat kuah terlihat kental.
Tambahkan tomat, daun bawang, gula, kecap manis dan garam. Aduk rata dan masak hingga tomat layu. Cicipi rasanya, sesuaikan gula dan garam. Angkat dan sajikan panas dengan nasi putih hangat. Yummy!
Waaah...ditunggu postingan oleh2 sukulen imitasinya mbak endang... penasaran seperti apa itu...murah bngt yah... tau gitu kmaren pesan deh sama mbak endang hehehe....
BalasHapuskalau ada waktu saya sharing sukulen imitasinya, yep sangat jauh harganya dibandingkan jakarta hiiks
Hapusmba endaaaang... mana poto sukulennya???
BalasHapuslha kok malah gagal fokus
waaak, iyaa, ntar difoto ya, kemarin belum dibongkar dr koper hehhehehe
Hapusmb endang, sy biasa membuang air rebusan entok yg pertama lalu sy rebus lg bersama laos, jahe, sereh hingga entok empuk.kaldu kedua ini yg sy pake.(vita)
BalasHapusHalo Mba Vita, gud idea mba! thanks yaa, next time akan saya coba tipsnya
HapusSy ngarep resep bebek madura dari mba Endang, ada ngga ya. Itu lho yg sekarang byk di jual di jalanan.
BalasHapusLis
haa, saya belum nemu resepnya, bebek ireng kan ya. masih gak tahu hitamnya dr mana hehehe
HapusMbak Endang,
BalasHapusKalo saya sebelum dimasak bebek digosok dengan bawang putih yang dihaluskan dan didiamkan semalaman. Lumayan bisa mengurangi amisnya.
Trus di bagian bawah dekat brutu kalau nda salah ada kayak titik putih kecil. Nah bulatan itu harus diambil karena dialah penyebab si bau amis. Tp kalo masak bebek saya juga pakai masker krn ga tahan baunya hahahaha
Santi
Haloow Mba Santi, nah itu titik putih saya lupa kemarin buang bagian itu, tobat amis bebeknya. Masih ada di freezer, saya bekukan wakakkakakk
Hapusthanks sharingnya yaa
Lha padahal saya menantikan cerita2 travelling mbak endang... Meski banyak travel blogger yg sudah cerita, tapi menurut saya tulisan mbak lebih seru dan menarik apalagi soal pengalaman pribadi hehehe... Banyakin cerita seru yah mbak, seseru resep-resepnya
BalasHapusSalam,
Arin- semarang
Halo Mba Arin, thanks yaaa, saya usahakan akan share pengalaman saya ke Thailand, penuh perjuangan hiiks.
HapusMba endang, mau share sedikit mengenai menghilangkan bau amis entok atau bebek. Biasa nya ibu saya kalau masak 2 unggas tersebut bagian lemak2, "brutu" dan kulit bakal dihilangkan, setelah itu baru di kasih perasan dan di diamkan dengan jeruk nipis pada umum nya dan dicuci bersih, dijamin amis nya hilang. Itu cara ibu saya sih, karena ibu sering masak bebek ala sinjay alias bebek madura. Mantab deh mba, makan jadi lahap tanpa mual, karna kami sekeluarga juga anti banget dengan bau amis pada makanan hehe. Semoga bermanfaat ya mba.
BalasHapusWah makasih banget mba tipsnya, keknya memang saya kudu lakuka cara ini. Ampun dah saya juga gak tahan sama bau2an amis, begitu kegigit sedikit langsung nafsu makan hilang. Thanks yaaa
HapusMbak Endang adalah favourite saya dlm hal masak memasak..sampai saya selalu rekomendasikan mbak ..untuk teman teman yg mau nyari resep hehh..oya utk menghilangkan bau amis pada bebek...resep kakak saya, bebeka direbus sebentarterusdibuang airnya..itu resep kakak saya kalau masak opor bebek Mbak..
BalasHapusHai Mba Tutie, saya akan lakukan tips ini nextnya bersama tips2 lainnya yang sudah dibagikan teman-teman di kolom komentar. Moga2 next trial bs sukses hiiks. Thanks ya Mba.
HapusKalau katanya mbah dan ibu aku, kalau masak bebek biar ga amis, Brutu nya di buang mba.. atau pas beli di pasar minta di buang brutunya ama yg jual, insya aloh ga akan amis deh.. hehe
BalasHapusHalo Mas Adi, iyaa, keknya kudu buang brutu, kemarin brutunya gede buanget, saya bingung apa iya dibuang ya wakkakakka. Ngirit yang akhirnya malah sengsara. Bau amisnya tobat. thanks yaaa
HapusUdah coba versi bebek, dan ayam mbaa, mantullll buangetttt.. Serius, sy penggemarnya mbak, hehe
BalasHapuswah mantap, thanks yaaa
Hapus