Tahun lalu, saya membawa bibit pohon pisang dari rumah kakak saya, Mbak Wulan, di Batam. Beliau memiliki pohon pisang berukuran pendek namun ketika berbuah mampu mengeluarkan buah pisang hingga 12 sisir banyaknya. Buahnya besar-besar, gendut, dengan tekstur lembek mirip seperti pisang cavendish atau sun pride yang banyak dijual di supermarket. Kami mengira pisang ini memang satu jenis dengan cavendish, namun yang membedakan ketika telah matang maka kulit pisang tetap hijau seperti pisang ambon yang banyak dijual dipasaran.
Kakak saya memiliki serumpun pohon pisang yang ditanam di tepian rumahnya. Tanah di pulau Batam memiliki tekstur yang keras, dan gersang, plus cuaca yang sangat panas, membuat rumpun pisang memiliki lingkar batang yang kecil. Walau begitu, tetap saja ketika berbuah maka jumlah buahnya tidak akan sanggup dihabiskan orang serumah sekalipun. Tiga buah baby pohon pisang lantas saya bawa pulang ke Jakarta, sempat dicegat sama petugas Garuda karena pembungkus yang panjang dan saya bawa ke kabin. Namun ketika dijelaskan bungkusan tersebut adalah pohon pisang yang bakalan luluh lantak jika dimasukkan ke bagasi maka mereka bisa mengerti. Jadilah si bibit pisang bermigrasi ke Ibukota. ^_^
Karena tanah di rumah Pete yang kurang menunjang jika ditanam pohon berukuran besar - saya sudah mencoba menanam pepaya dan semuanya mati dengan sukses ketika menjelang berbuah - maka ketiga bibit pisang tersebut saya berikan ke-tiga orang saudara. Satu bibit terbesar pindah ke rumah adik saya, Wiwin, di Mampang, satu bibit ukuran medium diadopsi oleh adik saya, Tedy, dan ditanam di Cilebut, dan pohon pisang terakhir yang paling kecil ukurannya pindah ke rumah Bu Lik saya di Depok. Pesan saya ketika menyerahkan pohon-pohon tersebut adalah, "Jangan lupa ya, nanti kalau sudah berbuah kalian harus kasih upeti ke yang membawa pohon pisang ini dari Batam." Dan dijawab dengan kata-kata, "Tenang saja, kita juga gak bakalan habis makan buahnya yang katanya banyak itu." ^_^
Dasar iseng, perkembangan pohon pisang kemudian kami pantau dan informasi di-sharing melalui group WA keluarga. Foto-foto dibagikan dan kami pun bertukar komentar. Pohon pisang di rumah adik saya, Wiwin, ditanam di pekarangan depan rumah, diantara tanaman hias di tamannya yang imut namun terawat rapi. Berbeda dengan saya yang suka menanam tanaman buah, sayur, dan tanaman yang bisa dimakan baik daun maupun buahnya, maka adik saya lebih suka menanam tanaman demi keindahan dan estetika. Tapi pisang pendek dengan buah 'segambreng' membuatnya berminat dan kali ini bersedia tamannya diacak-acak.
Pohon pisang Tedy, di Cilebut, ditanam dibelakang rumah. Kurang maksimal mendapatkan sinar matahari menurut saya, karena ternaungi teras belakang. Tapi sebenarnya bukan itu yang membuat pertumbuhannya 'sedikit' terganggu. Adik ipar saya, Diar, gemar memasak pepes dan sejenisnya, dan si daun pisang berkali-kali dipanen untuk pembungkus pepes dan sebagai alas loyang ketika mengukus nugget. Belum lagi keponakan saya, si kecil Aruna yang suka duduk nongkrong dibawah pohon pisang dan menyobek daunnya menjadi helaian pita kecil. Pohon pisang kedua pun tumbuh stagnan dan sangat jauh tertinggal pertumbuhannya dibandingkan saudaranya yang di Mampang.
Pohon pisang di Depok, adalah bibit terkecil yang saya bawa. Tingginya waktu itu hanya sekitar 30 cm ketika saya berikan ke Bu Lik di Depok. Karena tidak memiliki halaman tanah terbuka, maka si bibit kemudian ditanam ditepian selokan belakang rumah yang hanya memiliki sisa tanah selebar 20 cm. Tak dinyana bibit tersebut ternyata menyimpan sebuah bibit kecil lain disampingnya, sehingga ketika tumbuh besar berubah menjadi 2 buah pohon pisang. Walau ditanam dilahan seluas 20 cm, pohon tumbuh dengan super subur dan jauh melebihi bibit yang ditanam di Cilebut. Di group WA, kami pun saling mengolok-olok dan bercanda, bahwa pisang Cilebut paling menderita dan jawaban adik saya, Tedy, "Yah, kalian kan masih lama panen buah pisangnya, kami udah panen daunnya lebih dulu." Tapi hasilnya sudah bisa ditebak, kala pisang di Mampang dan Depok telah mengeluarkan buah maka hanya pohon pisang di Cilebut saja yang hingga kini tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan. Tobat!
Tanah taman yang subur dan selalu diberi pupuk kandang di Mampang, membuat si pisang serasa menemukan surga dan tumbuh besar dengan cepat. Lingkar batangnya jauh lebih besar dibandingkan dengan induknya di Batam dengan daun lebar, hijau dan rimbun, membuatnya terlihat jumbo. "Ini kamu beneran pisang pendek? Kenapa besar banget begini jadinya?" Tanya Wiwin mulai panik kala kami duduk diteras sambil memandangi taman yang berubah menjadi kebun pisang. "Iya pisang kuntet, setidaknya sih di Batam begitu tapi kenapa disini jadi gajah begini daku juga tak mengerti," jawab saya dengan perasaan was-was. Dalam hati saya membatin, Tuhan bagaimana jika ternyata pisang ini bukan jenis yang pendek? "Tapi batangnya sih pendek, kalau dibandingkan pisang kepok. Coba berdiri disampingnya, tingginya paling hanya 160 meter." Lanjut saya menenangkan diri sendiri. Dugaan saya karena tanah taman yang sangat subur membuat si pisang memiliki penampakan berbeda dibandingkan dengan nenek moyangnya yang ditanam di rumah kakak saya di Batam.
Delapan bulan di Mampang, si pisang mulai mengeluarkan bunga dan disusul buah berderet panjang hingga sampai 12 sisir banyaknya. Wiwin meloncat kegirangan, tepatnya keponakan saya, Fatih, putra bungsu Wiwin yang super happy melihatnya. Si kecil ini penggemar pisang kelas berat. Karena sarat buah maka pohon pun menjadi condong ke depan. Takut si pisang akan rubuh dan patah, maka adik saya meminta Pak Lik Nardi (suami Bu Lik saya di Depok) untuk membuatkan penyangga. "Buat model T saja dari kayu yang bagus, jadi gak bikin jelek taman," kata adik saya yang tetap berusaha mempertahankan estetika tamannya, walau saat ini telah berubah menjadi taman pisang. Instruksi tersebut ternyata tidak bisa dijalankan dengan maksimal karena, "Kayu mahal, cuman buat penyangga saja masa harus beli kayu 1 lonjor. Pakai kayu bekas saja," kata Pak Lik. Ketika Wiwin pulang dari kantor, dia menemukan pohon pisangnya disangga dengan kayu bekas yang jelek, penuh cat dan cacat disana-sini, plus berbentuk seperti tangga besar dengan beberapa palang, sehingga saya menyebutnya, "Tangga menuju banana." Adik saya hanya memandangnya dengan tatapan pasrah. ^_^
Membutuhkan waktu empat bulan lamanya dari si bunga pisang muncul hingga buahnya bisa matang sempurna dan layak dikonsumsi. Dan minggu lalu, kami panen pisang hasil kebun, eh taman sendiri. Saya mendapatkan sisir paling atas sebagai upeti, satu sisir berisikan sekitar 14 buah pisang yang berukuran besar. Saat diterima kondisinya masih keras, belum layak makan. Keesokan harinya dua buah pisang matang dan langsung saya santap. Hari ketiga, pisang matang semua, membuat saya puyeng hendak mempermaknya menjadi apa. Hari keempat, teksturnya berubah menjadi sangat lembek dan menunjukkan tanda-tanda mengkhawatirkan sehingga saya segera memasukkannya ke dalam kulkas. Saat weekend akhirnya saya terpaksa membuatnya menjadi bolu pisang coklat yang kali ini diposting. Terus terang saya sudah kehabisan ide hendak membuat pisang menjadi makanan apa, apalagi dengan tekstur yang sangat lunak sepertinya memang hanya tepat dihancurkan dan dicampur bersama adonan atau smoothie.
Membuat bolu ini sangat mudah, cukup hancurkan pisang menggunakan garpu sehingga testurnya lumat namun sedikit kasar. Karena stok pisang over matang yang saya miliki banyak, maka saya menggunakannya cukup banyak di resep. Bagi anda yang sering bertanya, "Mbak, apakah porsi pisang bisa ditambahkan soalnya rasa pisangnya kurang terasa," atau "Kok rasa pisangnya nggak nendang ya? Kalau saya tambahkan lagi bakalan bantat nggak?" Maka bolu yang ini terasa 'super pisang' walau telah saya tambahkan cukup banyak coklat bubuk didalamnya. Rekan-rekan kantor yang mencicipinya berkomentar, "Lagi punya banyak stok pisang ya Mbak? Bolunya terasa banget pisangnya." Jadi bagi penyuka pisang maka saya rekomendasikan resep bolu yang satu ini untuk dicoba.
Agar teksturnya mengembang dan lembut, maka saya mengocok telur dan gula hingga berjejak atau ribbon stage. Bagi anda yang pernah bertanya ke saya, "Berapa lama waktu yang diperlukan hingga tercapai ribbon stage?" Jawaban saya, "Tergantung jenis, merk dan tingkat kecepatan mikser kala dipergunakan, karena beda jenis, tipe dan kecepatan maka berbeda juga waktu yang diperlukan untuk mengocok." Saya sendiri tidak pernah menggunakan patokan waktu saat mengocok adonan, bagi saya melihat tekstur adonan jauh lebih penting. Ribbon stage ditandai dengan adonan yang mengembang berkali-kali lipat, berwarna pucat, dan tekstur adonan pekat. Ketika alat pengocok diangkat dan adonan menetes jatuh maka akan meninggalkan jejak seperti pita yang melingkar selama beberapa detik dipermukaan adonan sebelum kemudian lenyap.
"Apakah adonan bisa mengalami over mixing?" Yep, bisa. Adonan yang terlalu lama dikocok akan memiliki tekstur kaku dan ketika alat pengocok diangkat maka adonan jatuh dengan agak berat. Adonan yang over mixing walau terlihat mengembang namun akan membuat cake/bolu memiliki tekstur keras dan bantat, sama sekali tidak mantap rasanya. Jadi untuk mencegah hal tersebut terjadi, jika adonan sudah mengembang dengan baik, maka matikan mikser sesekali untuk mengecek apakah ribbon stage sudah tercapai.
Awalnya saya hendak menambahkan keju untuk memberikan cita rasa gurih di kue. Keju, pisang, coklat, sepertinya kolaborasi yang pas, karena perpaduan rasa asin, gurih dan manis, plus rasa pisang dan coklat yang unik. Sayangnya stok keju cheddar telah habis, jadi akhirnya saya hanya menambahkan chooco chips saja. Karena adonan sudah terlanjur dituangkan ke loyang, sedangkan ide menambahkan choco chips baru terpikirkan maka saya menaburkan butiran coklat tersebut disesi terakhir ketika bolu hendak dipanggang. Hasilnya choco chips hanya tenggelam hingga kebagian tengah bolu saja.
Secara keseluruhan bolu ini lembut, super pisang dan jika anda hendak mengukusnya maka bolu juga bisa dimatangkan dengan cara kukus. Sisa pisang yang masih banyak akhirnya saya masukkan ke freezer, entah akan dieksekusi menjadi makanan apa lainnya.
Berikut ini resep dan prosesnya.
Bolu Pisang Coklat Super Pisang
Tertarik dengan resep bolu/cake sejenis lainnya? Silahkan klik pada link dibawah ini:
Cake Coklat Pisang (Chocolate Banana Cake)
5 Bahan Saja Untuk Cake Pisang yang Very Delicious
Cake Kukus Pisang Coklat Keju
- 500 - 600 gram pisang sun pride/ambon/ atau pisang jenis apapun lainya. Pastikan benar-benar telah matang dan haluskan dengan garpu.
- 1/2 sendok teh garam halus
- 180 gram mentega/margarine dilelehkan, atau bisa diganti dengan minyak sayur sebanyak 180 gram
Persiapan:
Siapkan mangkuk, masukkan tepung terigu, garam, coklat bubuk dan baking powder double acting, aduk hingga rata. Sisihkan.
Cairkan mentega dengan api yang sangat kecil, jangan mencairkan hingga mentega mendidih. Jika sebagian mentega telah meleleh matikan saja api kompor dan goyang-goyangkan panci, kondisi panci yang panas akan membuat sisa mentega meleleh sempurna. Atau masukkan mentega ke dalam microwave dan cairkan 1 menit hingga lumer.
Hancurkan pisang dengan menggunakan garpu, hingga lumat. Sisihkan.
Cara membuat:
Masukkan tepung dengan cara diayak langsung diatas adonan dalam 3 tahapan, aduk balik hingga tercampur baik.
Note: tujuan mengaduk mentega + sedikit adonan ke mangkuk terpisah untuk mencegah over mixing. Minyak lebih berat dibandingkan adonan sehingga cenderung mengendap didasar, membuat kita sulit mencampurnya dengan baik kala diaduk. Dengan mengaduknya bersama sebagian adonan akan membuat kita mudah mencampurkannya bersama sisa adonan lainnya sehingga terhindar dari over mixing.
Note: waktu memanggang yang diberikan hanya sebagai guidance saja, lama memanggang bisa berbeda-beda tergantung dari jenis dan merk oven masing-masing. Saya menggunakan oven listrik dan menggunakan api atas bawah, jika menggunakan oven gas maka gunakan api bawah saja.
Keluarkan bolu dari loyang, diamkan 15 menit untuk membuang uap panas dan membuat bolu tidak hancur ketika dibalikkan. Balikkan bolu ke rak kawat, dan diamkan hingga benar-benar dingin sebelum bolu dipotong. Super yummy!
Mba Endang.. penasaran banget ma penampakan si pisang yang gede2 itu loohhh ahahah
BalasHapusHahahha, saya cari2 fotonya gak ada, sudah saya delete, ntar saya minta foto adik saya. Sebenarnya sudah niat mau masukkan ke blog.
Hapusini teksturnya empuk gitu ya mba? aku suka brownies pisang nya mba Endang, tapi bolu pisang (tanpa coklat) aku kok ga suka ya, mana sering bantet aku bikinnya, ihiks. Jadi penasaran mau nyoba pake keju spt ide mba Endang awalnya
BalasHapusEmpuk ya mba. Kalau bantet coba tambah BP double acting saja mba, pasti nanti ngembang hehehe
HapusHiyaaaaa..ada resep baru bolu pisang coklat jtt. Besok libur, setelah 3 bulan mengendap dr coba2 resep baru krn kesibukan (ciee tepatnya pura2 sibuk haha)..kayaknya resep baru ini yg memikat hati utk dicoba.
BalasHapusSiap2 besok pagi nyari pisang matang deh aku mb endang.
Laporan kesuksesan segera dilapor kumendan
Hihihi
Halow Mba Kartika, sipppp silahkan dicoba bolunyaa ya, moga2 suka sama yang satu ini wakakkaa
HapusMb End.. kalo ngitung berat pisang tuh..pake ato tanpa kulit pisangnya ya..spt resep diatas 500-600gr itu berat kotor ato bersih ya,salam
BalasHapusHai Mba, tanpa kulit ya, jadi pisag dalam kondisi sudah dikupas baru ditimbang ya.
HapusPengen juga tuh punya pohon pisang kerdil... cari dimana ya...
BalasHapusBolunya cantik banget mbak... kalau rasa pasti uenak...
Halo Mba Nina, gak kerdil2 amat Mba, pohonnya lumayan gendut dan lebar daunnya sama seperti pisang normal hehehe
HapusSalam kenal mb endang..
BalasHapusSaya penggemar resep JTT. Baru ini ada kesempatan ikut komen. Hehee.. Makasih untuk sharing dan ilmu nya mb. :)
Salam kenal Mba Putri, thanks ya sudah menyukai JTT, sukses yaaa
Hapuswaah resep cake pisangnya kayaknya mantap mba, sebagai penggemar cake pisang mesti myoba ini mah, oh iya saya sudah lama jadi fansnya mba endang, banyak resep cake yg sudah saya praktekan daan berhasil��, teman yang dapet jatah testeran terkadang order ke saya, alhamdulillah bisa nambah uang belanja, pokoknya web jtt jadi andelan saya klo nyari resep, semoga Alloh kebaikan mba endang yang bermurah hati berbagi ilmu. aamiin
BalasHapussalam
Yuni
Halow Mba Yuni, thanks ya sharingnya, senang resep2 JTT disuka dan senang sekali bs dapat orderan pesanan hehehheh. Sukses yaa
HapusSaya jg lbh tertarik sama cerita pohon dan buah pisangnya mbak, dibanding resep bolunya hehehe
BalasHapusWakkakkak, memang seru nunggu si pohon pisang berbuah Mba
HapusSaya penasaran sama pisang yang di depok heheh.
BalasHapusBtw ini saya eksekusi resep banana muffin dr blog ini mbak dan sukses😁
Pisang Depok sudah berbuah Mba, tapi masa buah sampai matang mayan lamaaa hehehhe. Thanks sharingnya yaaa
HapusSudah coba bikin pake resep ini...asliii enak banget. Coklat dna pisangnya terasa dan tekstur cake lembut moist gitu. Resep2 Mbak Endang memang selalu mantap....makasih ya mbak resepnya😊
BalasHapusHaloow Mba Della, thanks sharingnya yaa, senang resepnya disuka. Sukses yaaa
HapusAssalamualaikum.
BalasHapusIkut penasaran nih sama penampakan pohon pisang kerdilnya mbak.. hehe
Bolunya menggoda iman tenan.. Itu dioven pake api atas bawah nggak mbak?
Kok bisa retak2 cantik gitu mbak?
Irma - Karawang
Halo Mba Irma, wakakkak next time saya foto penampakannya Mba.
Hapusyep, dionven pakai api atas bawah ya mba. Retak kayanya karena kandungan gulanya ya
Saya sudah cobaaa, kebetulan di kulkas ada stok pisang yg uda mateng banget..dan hasilnyaa enaaaakkk...empuuk. Cuma chocochips saya ga tenggelam alias tetep di atas adonan, jadi pas dibalik pada mrotol hahaha..
BalasHapusThanks mba Endang untuk resep simpelnya.
Sukses selalu ya mba Endang.
Halo Mba, thanks sharingnya yaa, senang resepnya disuka, choco chips diaduk saja bersama adonan supaya menyebar mba hehee
HapusHallo mba, sy Mita mau tanya kalau pisangnya diganti pisang kepok bs ga ya trs takrannya jd beda ga? *Lg ada stok pisang kepok dr mertua..hihi
BalasHapusOia mba boleh ga kalau takaran bahan2nya disertakan dg takaran sendok makan. Sy blm ada timbangan bahan kue jd cm bs ngira2 dan kadang hasilnya ga memuaskn. Sblm'a makasih ya mba :)
Hai Mba Mita, bs pakai pisang jenis apapun yang penting matang, takaran sama seperti resep.
HapusHm, sendok makan susah mbaaaa, apalagi sambil ambil foto hiks.
Mbak maaf mau tanya pisang 600 gram itu sdh di kupas atau msh ada kulit nya?trm ksh
BalasHapusdalam kondisi sudah dikupas ya Mba.
HapusMbak,kalo pakai BP biasa bisa?maksudnya bukan yg double acting , TQ
BalasHapustergantung BPnya mba, ada juga single yang bs ngembang, pengalaman saya sih selalu bantat ya. Tapi untuk bolu ini yang penting adonan ribbon stage jadi sebenarnya tanpa BP bs tetap ngembang hanya kurang maksimal saja
HapusHalo mbak Endang. Sbenarx sdh lma sy jdi silent reader dan sdh mencontek bbrpa resep. Hehehe..mf bru ngasih tau skrang. Resep yg ini jg sdh..tp gula pasirx 100 gr + gula palem 100 gr trus sy kukus. Manisx pas dgn selera sy tp kurang beremah. Ap yg slah y mbak?
BalasHapusMemang padat Mba jenis bolunya, kalau mau lebih remah kurangi takaran pisangnya mba.
HapusSaya kok penasaran sama pohon pisang yang disangga tangga diantara bunga2 Itu ya...😉
BalasHapushehehhe, sayangnya sudah ditebang, sedang menunggu next anaknya hehehe
HapusSalam kenal Mba Endang, saya baru kenalan sama JTT. Nyoba resep yg ini, pakai nya BP yg biasa dan minyak Sayur... Hasilnya... Crunchy outside, moist inside... Thx yaaa... Kayanya bakal ngintipin resep2 yg lain. Br//Cynthia
BalasHapusSalam kenal Mba Cynthia, thanks sharingnya ya, senang resepnya disuka, sukses yaa
HapusMba endang resepnya saya sudah coba malam ini kebetulan ada stock pisang ambon yg matang jadi dech dieksekusi dan hasilnya harummmm banget dan rasanya mantaf suami dan anak2 juga suka. Terimakasih mba resepnya
BalasHapusThanks Mba Hafifah sharingnya yaa, senang resepnya disuka,
HapusHallooo mba Endang,, salam kenal...
BalasHapusAku seneng banget baca blok mba ini, selalu ada inspirasi baru setiap kali ingin baking...
Aku dah coba resep mba dan udah 3 kali bikin pertama & kedua berhasillll... Enakk bingits hehe... Makasih byk ilmunya mba..but yg ketiga ini aku sempet antri ngoven gegara gas ku abis. Jadi setelah adonannya siap terpaksa tertunda ngoven hingga ± 4 jam suhu ruang hiks hiks.. Menurut mba Endang apakah akan mempengaruhi tekstur si bolu? Dan bagaimana sebaiknya setelah adonan udah siap? Mohon pencerahan nya ya mba...
Maap kepanjangan...
~Apry~
Hai Mba Apry, pengalaman saya adonan antri gak masalah selama BP yang dipakai jenis double acting, kalau pakai BP single acting saya selalu gatot. Tidk mempengaruhi tektur dan kemampuan mengembangnya. dan hanya saya taruh di suhu ruang saja.
Hapusseneng deh ketemu blog ini.. salam kenal mba.. oh ya mba kebetulan aku pernah beberapa kali buat bolu pisang dan aku biasanya pisahin kuning telur dan putih telurnya..putih telur dmixer sendiri sampe berbusa dan naik, kuning telur dimixer sama gula n mentega walaupun nantinya dicampur semua tapi hasilnya lebih mengembang dan empuk..hihihi
BalasHapussalam kenal Mba Uswah, thanks sharinya ya.
HapusAssalamu'alaikum...salam kenal mba, saya mw coba buat cake klw telur nya jd 4btr nah bahan2 yg lain nya hrus dkurangi juga? Bgaimana cara mengurangi takaran nya? Makasih mbak endang 😀
BalasHapusHai Mba, bikin setengah resep saja. Jadi semua bahan tinggal dibagi 2, itu cara termudah ya
HapusAssalamualaikum mbaa....
BalasHapusSaya silent reader blog jtt dr awal nikah 3 tahun lalu ga bisa masak sama sekali sekarang alhamdulillah lumayaan laah hahaha....
Makasih yaa mbaa sharing ilmunya semoga jadi amal buat mba amin.....
Aku mau tanya mba ini bisa tanpa mixer ga... mixer ku lagiii bermasalah hehee
Makasih
Walaikumsalam Mba Mutiara, thanks ya sharingnya, senang resep2 JTT bs membantu memasak dirumah. Sukses yaa
HapusHalo mba..saya silent rider setia mba endang ni.heheheh..udah eksekusi bolu pisangnya,tp saya versi kukus.duuuh mantaaaap mba.saya bikin versi tabur keju sama polos.dua2nya oke banget.lembut dan super pisang cocok banget sama coklat keju.thank you resepnya mba😘
BalasHapusthanks ya Mba sharingnya, senang resep bolunya disuka, sukses yaa
HapusSaya smlm bikin bolu pisang ini karena dapat pisang Raja dah mateng sekali, tadinya mau tak bikin palm sugar tapi tertarik dg resepnya mbak Endang yg memberdayakan pisang yg melimpah akhir nya tak esekusi bikin bolu pisang ini, Berhubung bubuk coklat nya gak terlalu pekat Jadi kurang ngejreng warnanya,aq pake minyak goreng,lagi2 karena malas tuk mencairkan margarine nya, takaran Pisangnya juga berlimpah 700gr mgkn yg bikin bolu nya rada berat ya mbak, takaran gula nya aq Kurangin karena pisang nya dah manis, thanks resepnya
BalasHapusHai Mba, yep saya pernah karena sayang sama pisang sisa, saya ceburin semuaaaa, bolunya jadi dodol wakakkkaka
HapusKalo mau pisang aja tampa coklat. Coklat bubukny ganti apa ya? Hehehe
BalasHapusBarusan eksekusi resep ini mbak. Tapi versi kukus.
BalasHapusPisangnya cm ada 500gr kurang, apa trs pengaruh ke tekstur ya mbak? Kirain bakal jadi cake pisang yg padet gt tp ternyata punyaku kok meprul ya? Bahkan saking meprulnya pas ngeluarin dr loyang ada yg hancur 😢
wah saya bingung juga, mungkin masih panas sudah dilepaskan dr loyang.
HapusDear mbak Endang, Saya eksekusi resep ini...Alhamdulillahirrabbil'alamin berhasil dan rasanya sesuai dengan selera orang di rumah...
BalasHapusTerima kasih atas berbagi resep-resepnya mbak...saya pengikut setia resep-resep yang ada di blog ini...
terutama yang bahannya mudah di dapatkan ditempat saya dan harganya terjangkau...hehehhehe
sukses terus mbak...
Salam,