Persiapan awal hingga akhirnya peserta bisa duduk manis di dalam studio foto sebenarnya dimulai sejak 1 minggu sebelum Lebaran. Kala di bulan puasa, saya, adik, dan Ibu sudah hunting baju Lebaran di Thamrin City. Pusat perbelanjaan baju muslimnya selalu menjadi andalan kami kala hendak mencari baju Lebaran dengan harga miring namun dengan tampilan yang cukup oke. Kakak saya, telah menetapkan tema warna baju Lebaran kali ini adalah pink. Warna yang tidak saya sukai dan selalu dihindari kala memilih baju atau perlengkapan fashion lainnya. Alasan warna pink terpilih karena, "Mama kalau pakai baju pink terlihat muda banget dan cantik," tulis kakak saya di WA. Terus terang, saya dan Wiwin, adik saya, penyuka berat baju hitam karena terlihat melangsingkan, namun karena ultimatum sudah dikumandangkan maka kami pun harus mulai berburu baju Lebaran dengan warna pinky. π«π
Mencari pakaian di mall sebesar Thamrin City memang cukup memusingkan, begitu banyaknya penjual dengan aneka model baju muslim, dan karena momennya mendekati Lebaran maka pengunjung jauh lebih ramai berkali-kali lipat dibandingkan hari biasa. Hal memusingkan lainnya adalah body extra large yang kami miliki membuat baju apapun terkesan jelek ketika tergantung di badan, walau puasa sudah dijalani selama 3 minggu tetap saja jarum timbangan ogah bergeser ke kiri. Di saat-saat seperti itulah saya selalu merasa sedih, dan mulai berkhayal andai memiliki body langsing dan tinggi. Khayalan tersebut sudah saya ciptakan sejak puluhan tahun yang lalu dan tidak pernah diwujudkan menjadi kenyataan.
Ketika rasa putus asa mulai melanda hendak memutuskan pakaian seperti apa yang akan dibeli, kami menemukan sebuah toko baju impian. Rata-rata koleksinya berukuran lebih dari large, dijahit sendiri alias bukan buatan pabrik yang diproduksi masal sehingga model dan warnanya bervariasi, banyak memiliki koleksi baju berwarna pink atau warna menjurus pink seperti yang kami perlukan, dan tentu saja harganya cukup terjangkau. Dengan model, payet, brokat dan bordir seperti itu kami yakin baju-baju tersebut akan dibandrol dengan harga sangat mahal di mall lainnya. Beberapa buah baju langsung kami borong untuk sekeluarga, dan saat itu saya merasa beban sedikit terlepas dari pundak. Swear, saya selalu merasa hunting pakaian untuk satu acara resmi merupakan beban yang berat. π
Dalam perjalanan menuju ke pintu keluar, Ibu saya yang sejak lama bermimpi memiliki baju kaftan mencetuskan keinginannya. Kami lantas berputar kembali dan menemukan sebuah toko yang menjual baju kaftan dan sangat ramai oleh pembeli. Era kaftan sebenarnya sudah lama lewat, namun hingga saat ini saya tidak pernah berminat untuk memilikinya. Potongannya yang lurus, lebar, dan tanpa model akan membuat saya tampak seperti sekarung singkong Mukibat. Beberapa kaftan kemudian dibeli untuk Ibu dan istri Mas Dul, supir adik saya yang juga memesan baju tersebut. Kami pulang ke rumah di pukul dua belas siang dengan hati riang. Mission accomplished! Setiba di rumah, baju-baju dibongkar dan mulailah kami melakukan fashion show amatiran di kamar tamu di rumah Wiwin di Mampang. Tak diduga ternyata kaftan keunguan yang dibeli oleh Ibu terlihat sangat cantik kala dipakai adik saya. Rasa greedy dan iri melanda untuk bisa memilikinya juga. Jadi, di pukul dua siang, saya berdua Wiwin kembali lagi ke Thamrin City untuk membelinya. Kali ini alasannya, "Kita nanti fotonya dua sesi dengan pakaian berbeda, kostum pink dan kaftan!" Oke deh kakak. π
Kaftan adalah jenis pakaian dengan warna-warni menyala dan memang itu menjadi ciri khasnya yang unik. Masalahnya, saya dan Wiwin selalu beranggapan warna hitam memberikan kesan lebih slim, jadi kami memutuskan bersama-sama mengenakan kaftan berwarna hitam. Sementara kakak saya melalui WA memesan kaftan berwarna biru. Hari kedua Lebaran sejak pagi kami sudah heboh mendandani diri demi foto studio keluarga yang pertama. Berhubung paket foto studio plus rias mahal biayanya, maka kami putuskan merias wajah masing-masing. Adik saya, Wiwin, bahkan telah menyediakan satu pack bulu mata palsu yang terus terang belum pernah kami coba pergunakan sendiri. Di pukul sebelas siang kami sekeluarga berbondong-bondong menuju ke sebuah studio foto di Pondok Indah Mall, pakaian dan perlengkapan dimasukkan ke dalam sebuah koper kecil.
Ternyata studio foto tersebut tidak terlalu luas dan ketika dipenuhi dengan 9 orang dewasa dan 5 anak menjadi sempit dan super crowded. Aruna, keponakan saya yang berusia dua tahun terlihat lucu dalam dress a la Cinderellanya, namun ogah diminta duduk tenang disebuah kursi tinggi hingga harus dipegang kuat-kuat. Alhasil bocah manis yang biasanya ceria tersebut mengamuk dan menghentakkan badannya meminta turun dari kursi. Setelah menjalani beberapa sesi foto saya baru menyadari betapa melelahkannya pekerjaan ini dan betapa pegalnya bibir saya harus tersenyum terus menerus di depan kamera. Siapa bilang pekerjaan menjadi model itu gampang? Bahkan walau hanya untuk model abal-abal seperti ini. Kondisi tersebut diperparah dengan sandal yang saya pergunakan copot satu persatu talinya saking lamanya disimpan didalam kotak, meninggalkan kaki saya tanpa alas kaki sama sekali! Untung baju panjang yang dipakai mampu menutupi jari-jari kaki telanjang dibaliknya. Kepala saya semakin pening membayangkan betapa mahalnya harus membeli sandal di mall seperti Pondok Indah.
Menjelang siang bocah-bocah mulai bosan dan bad mood, senyum mereka semakin jarang dan bahkan berakhir dengan muka bete dan mulut cemberut. Tidak mengherankan karena jam sudah menunjukkan pukul setengah satu, melewati waktu makan siang mereka. Tedy, adik saya, lantas membeli minuman kotak dan snack di sebuah bakery di depan studio yang disambut dengan gembira oleh peserta foto. Saking hausnya, Aruna bahkan enggan melepaskan sekotak jus Buavita yang dipegangnya, menjerit ketika jus tersebut diambil paksa. Foto studio keluarga pertama tersebut berakhir dengan si kecil tetap memegang kotak Buavita. Tobat!
Sayangnya foto-foto tersebut tidak bisa dicetak saat itu juga, membutuhkan waktu 1 bulan untuk kami bisa mendapatkan softcopy-nya. Pihak studio hanya memberikan kesempatan kami memilih foto terbaik mana yang akan dicetak dan diambil. Kakak saya, Wulan, bertugas untuk memilih foto-foto tersebut, sementara peserta lainnya menyebar berjalan-jalan ke seantero mall. Saya, Ibu dan Wiwin, memilih pulang karena sandal yang saya kenakan sama sekali tidak bisa dipakai, tapi untungnya Tedy memiliki persediaan sandal di mobil. Ukurannya yang 47 tampak seperti perahu di kaki saya, tapi hey itu lebih baik dibandingkan saya harus membeli sandal baru di mall. Wokeh sekarang bagaimana dengan hasil fotonya? Karena tidak bisa mendapatkan softcopy foto saat itu juga, maka kakak saya lantas memotret gambar beberapa foto terpilih yang terlihat di monitor komputer studio menggunakan handphone dan mengirimkannya ke grup WA keluarga.
Hasilnya? Mengecewakan! Baju kaftan hitam yang ide awalnya terdengar gemilang karena dianggap bisa memberikan siluet slim justru tampak mengerikan. Di dalam foto, si fotografer mengatur saya dan adik saya, Wiwin, duduk dikanan kiri Ibu yang terlihat cantik dan segar dalam balutan kaftan ungu, sementara kakak saya berdiri dibagian belakang. Tubuh kami yang besar terlihat semakin jumbo berbalut kain hitam yang lebar, mengingatkan saya pada arca raksasa hitam di candi Borobudur, hanya kurang sebuah gada batu hitam saja ditangan. Berdua mengapit Ibu di tengah, kami seakan-akan seperti dua raksasa pengawal yang sedang mengapit Dewi Saraswati menuju ke kahyangan. Gubrak!
"Ide kita tidak berhasil, kaftan hitam itu jelek banget buat foto," keluh saya, setelah kami berdiskusi hingga berbusa-busa dan terpingkal-pingkal membahas foto-foto 'gagal' tersebut. "Tapi cewek-cewek Arab itu bagus banget pakai kaftan hitam," cetus adik saya Wiwin. "Ya mereka kan langsing dan tinggi, kalau kita kan pendek dan lebar," balas saya sambil melihat-lihat model yang memakai kaftan berwarna hitam di internet. "Coba kamu cari gambar 'fat Arab women in black kaftan' di internet, mereka banyak yang gendut-gendut juga kok," kata adik saya, masih belum bisa menerima kenyataan. Saya mendelik mendengar sarannya, "Mengapa repot-repot? Buka saja WA group keluarga, disana banyak foto-foto fat women in black kaftan." Dan kami terpingkal-pingkal sekencang-kencangnya hingga sakit perut di pukul dua belas malam itu.
Begitulah akhir kisah foto studio keluarga saya, dan berikut ini resep pasta tuna yang super duper mudah ya. ππ
Pasta Tuna dalam 20 Menit
Resep hasil modifikasi sendiri
Tertarik dengan resep pasta lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Casserole Kukus - Penne dengan Daging Sapi Cincang
Spicy Aglio e Olio dengan Udang
Pasta dengan Pesto Brokoli
- 1 buah bawang bombay ukuran besar, cincang kasar
- 2 sendok teh mixed herbs atau Italian seasonings, atau rempah-rempah kering seperti basil, oregano, thyme dan rosemarry.
- 4 batang daun peterseli, cincang kasar
Cara membuat:
Siapkan pasta, saya menggunakan pasta jenis keong, bisa menggunakan jenis pasta lain seperti makaroni, penne, atau fusili. Rebus pasta didalam air mendidih yang agak banyak + 1/2 sendok makan garam hingga matang al dente. Angkat dan tiriskan, sisihkan. Sisihkan juga sekitar 1 gelas air rebusan pasta untuk membasahi pasta ketika ditumis dengan bumbu.
Siapkan tuna kalengan, saya menggunakan tuna dalam air, bisa juga menggunakan tuna dalam minyak. Tiriskan tuna, buang airnya. Sisihkan.
Siapkan wajan, beri 2 sendok makan minyak dan panaskan. Tumis bawang bombay hingga layu dan transparan, tambahkan bawang putih dan cabai merah iris, tumis hingga kedua bawang matang dan berubah warnanya agak gelap. Masukkan saus tiram, aduk dan tumis selama 5 detik. Masukkan tuna, aduk dan sedikit hancurkan tuna dengan spatula hingga tercerai berai.
Tuangkan pasta rebus, aduk hingga rata. Masukkan mixed herbs, garam dan merica, aduk rata. Tambahkan sekitar 100 ml air rebusan pasta, aduk rata. Masukkan daun peterseli cincang, aduk rata. Cicipi rasanya, sesuaikan garamnya. Jika tumisan pasta terlalu kering tambahkan air rebusan pasta sedikit-sedikit hingga agak lembab. Matikan kompor dan sajikan pasta tuna dengan taburan keju parmessan diatasnya. Yummy!
Pasta tahan hingga 5 hari lamanya di dalam wadah tertutup di chiller kulkas.
Asli ngakak baca prolognya mbak Endang... baca sambil ngebayangin suasananya. Teruslah menulis mbak Endang. ����������
BalasHapus(Imel)
Thanks Mba Imel, senang ceritanya disuka, sukses yaaa
HapusJadi fotonya ga ditayangin di blog nih mba?aku kok jadi penasaraaanπ
BalasHapusHahahha, belum bs mba Vina, soalnya softcopy aslinya baru bs dikasih 1 bulan
Hapusberarti fotonya bulan depan tanyang di blog ya mbaa... gagal fokus sama ceritanya nih... xixixixixi....
Hapuswakkakak, sampai sekarang belum ada yang tergerak untuk mengambil itu foto, padahal sudah jatuh tempo. kita ngeri melihat kenyataan wakkkaka
HapusHahahaha jd penasaran pengen liat hasil fotonya...sukaaa bgt sm mba endang π
BalasHapusthanks Mba Keisya, softcopy foto br dikasih setelah 1 bulan mba, mungkin perlu di sotoshop dulu, hahahha ngarepp
HapusHahaha... mbak saya sukses ngakak baca ceritanya. Saya pun termasuk yang paling anti foto studio krn nggak pede sama bentuk badan, pakai baju model gimanapun rasanya salah. Kalau mbak Endang tau king kong, kurang lebih begitulah bentuk saya. Tinggi dan besar. Hahaha. Memang hitam adl warna yg paling "pengertian". Boleh dong mba foto nya di share. Pengen kenal sama keluarga mba endang nih. Hihihi.Resepnya malah belum diteliti, salfok sama cerita foto keluarganya.
BalasHapusOiya Selamat Idul Fitri ya mbak dan sukses selalu yaa untuk mbak endang.
Halo Mba Ghaida, mohon maaf lahir dan batin juga ya Mba. Samaaa, saya selalu anti difoto, selain karena gak pernah ok jga karena gak pede sama body, hiiks.Tapi kemarin terpaksa karena ramai2 bersama keluarga hiiks
HapusMba Endang π lucu bgt ceritanya hahaha....walo tangan luka foto jalan terus ya mbaa...ditunggu tayangan fotonya ya mba π
BalasHapusHalow Mba, iyaa, tangannya saya umpetin terus, soalnya perbannya mayan kelihatan huaaa
HapusHi mba Endang,
BalasHapusaq liat di IG postingan terbaru, resep pasta dan tuna kalengan.
Dua bahan ini aq gak suka tp cepet dtg kesini pengen tau cerita pengantarnya haha...
~Erika
Hai Mba Erika, hahahaha, senang cerita pengantarnya disuka, artikel ini bahkan gak bahas mengenai resep sama sekali huaaa
HapusAstaga mbak endang, kok sm yah, lebaran hari kedua sy foto keluarga di studio dengan keluarga suami, total 14 org termasuk yg plg kecil 1,8 thn anak sy, rempong mbak haha, tp yg plg buat sy syok saat ke kasir ya, hihihi...
BalasHapusMinal aidin wal faizin ya mbak endang, cerita mbak endang selalu seruuu >.<
Hai Mba Leni, waah sama mba kaya keluarga saya. Benar2 rempong dan super crowded, hasilnya mengecewakan mba, dan mahaaalll hhiks
HapusMbak endang please kl fotonya sdh jadi tolong dipajang ya. Penasaran bgt sama wajah ibu, mbk wiwin, tedi dan kel mbk endang yg lain. Luv u always mbk
BalasHapusHahahha, oke mba Luvy, softcopynya belum bs dikasih, tunggu 1 bulan katanya, mungkin mau disotoshop berubah jadi slim wakakaka
HapusSeru mba ��... Minal aidin wal faidzin
BalasHapusthanks Mba, mohon maaf lahir dan batin yaa
HapusHahaha..mbak, lha mana foto keluarganya? Kok gak tayang?
BalasHapusHahaha, belum Mba Amy, softcopynya belum bs diambil, butuh waktu 1 bulan, hehehe
Hapusmbak endang, penasaran sama fotonya. Pajang sini donk. ( salah fokus tenan). ohya, malah kelupaan, Taqabballah minna wa minkum, ja'alanallaahu minal aidin wal faizin, mbak Endang. ohya, ijin nyoba resep juga. btw, tetep ditunggu fotonya. ( request dari sesama yang selalu terlihat paling "enggak banget" kalau foto keluarga pas lebaran)
BalasHapusHalo Mba Inge, mohon maaf lahir batin juga yaa. Foto dan softcopynya belum bs diambil mba, tunggu 1 bulan, mungkin mrk mau edit2 dikit. saya sih ngarep diedit jadi slim wakakakak
HapusKocak banget Mba! Dan seperti yang lain, saya juga penasaran dengan hasil fotonya loh Mba (^^)
BalasHapusHahaha, thanks yaa, agak gak pede juga nampilin fotonya hehee
Hapustaqabalallahu minna wa minkum mohon maaf lahir dan batin mba endang. hihihi ceritamu selalu asik klo dbaca serasa ikut terjun langsung milih baju n ikutan serunya foto semoga tangannya cpt sembuh y mba, oh y mba aku ngucapin terimakasih yg luar biasa besar selat soloku yg daging 4 kg ludes dsikat waktu lebaran kemarin big hug n big kiss from our big family terimakasih banyak y mba --anni smg--
BalasHapusMohon maaf lahir batin Mba Anni, thanks ya sharingnya. Waah iya selat solo enak banget buat menu lebaran, segar dan beda dr biasa, saya gak kepikiran hiiks
HapusHahaha lucu banget mbak Endang.jadi kepo pengen lihat hasil fotonya. Di share donk mbak Endang? Pengen lihat cantik dan anggun nya mbakEndang pakai kaftan?hehehe
BalasHapusHahaha, gak ada anggun2nya Mba saya pakai kaftan, yang ada kaya karung wakakka
Hapusmbak Edang thank you buat ceritanya yang sukses bikin saya ngakak sendirian di kantor..
BalasHapusBtw penasaran bgt sama hasil potonya, dishare dong mbak.hehehe
Hahaha, thanks ya Mba Luluk, saya mengumpulkan keberanian dulu buat nampilinnya hahaha
HapusHahahah lucu banget ceritanya mba, kata teman sebelah dikantor, kenapa ngakak sendiri...
BalasHapuswakakka, saya juga sering begitu di kantor. thanks yaa
HapusBaru kemarin ini kepikiran request ke mba endang buat nampilin foto keluarganya,selama ini hanya baca ceritanya aja yg seru2.....wah kebayang hebohnya,seruuu bgt mba bacanya ampe senyum2 sendiri nih hihihi....yups ditunggu tayangnya ya mba syg:)
BalasHapusHalo Mba Heti, wakakka, saya gak pede nampilin kami semua, yang jelas peserta pakai kaftan kek karung ketela besar hahaha
HapusWhakakak...mba Endaaang, maaf ya saya asli ngakak baca ceritanya. Dari mulai sendal yang rusak, sampai "arca"...hihihi. Salam untuk keluarga tercinta ya mba, ditunggu tayangan fotonya.
BalasHapus~Sri Han
Thanks Mba Sri Han, actually adik saya wiwin yang pertama komplain, kata dia dalam bahasa jawa "lho kok kita kaya reco ireng", hahaha
HapusHahaha.. ngakak saya mbaa ^0^ asli, ga bisa ditahan ketawanya. Bulan depan fotonya diposting ya mba ^_^
BalasHapus- Rizi -
Hahhaha, saya cek dulu hasil sotoshopnya yaa, apakah dipoles lebih slim wakakka, ngarep.com
HapusKalo pake fresh tuna bs ga mba? Susah nemu tuna kalengan di sini
BalasHapusbisa mba, rebus atau kukus tuna sampai matang dan hancurkan, baru masukkan ke masakan ya
HapusPengen liat fotonya dong mbak π hehehe
BalasHapusMbaaaak berhubung setiap resep jtt pasti berhasil dan mantap, mau request dong mbaaak... Buat resep sate taichan dooongg, banyak sliweran di internet tp hanya percaya resep jtt nihh π ya mbak yaaa?
Haloow Mba Bella, saya bingung banget sama kehebohan sate taichan ini. Saya pernah makan satenya yang asli nangkring di senayan, wadooh perasaan gak ada enak2nya mba, bumbunya hanya terasa asin saja dan ayamnya putih dan amis. Saya menyesal belinya huaa
HapusHahahaha yang enak tuh sambelnya tau mbaaakk, buat dooongg mbaakk ππ
HapusMbaaa endang saya jg termasuk yg penasaran dgn fototonya ya mba.. hehehehee.. tny mba tunanya pakai merk apa?
BalasHapusHahaha, kacau mba, sebenarnya yang kacau itu modelnya hiks. Tuna pakai merk ayam brand mba hehhehe
Hapusastaga...saya asli terpingkal-pingkal bacanya di kantor sampai mengundang keheranan beberapa teman kerja. Duh..kocak banget sih mbak endang, nanti share ya foto2nya :-)
BalasHapusHahhaa, senang bs menghibur Mba Dessie. Sukses yaa
HapusSelamat hari raya idul fitri mbak Endang. Mohon maaf lahir dan batin ya mbak..
BalasHapusBagaimana kondisi tangan mbak Endang. Semoga segera pulih seperti sedia kala yaa..
Wahh.. di keluarga saya nenek dengan 11 putra/putri dengan cucu dan cicit serta para menantu kalau digabungkan menjadi 86 oranv mbak. Super rempong dan heboh kalau tiap sesi foto bersama saat ada salah satu sodara yg menikah. Sampai saat ini belum ada yg hasilnya sempurna. Posenya macem-macem dan jauh dari kata rapi mbak. Hehehe
Dan kalau mau foto distudio pun pasti akan super rempong. Sampai saat ini salah satu impian saya adalah foto keluarga besar dengan hasil yg bagus. Hehehe
Mohon maaf lahir batin ya Mba Arum, alhamdulilah tangannya udah mulai kering lukanya, walau masih diperban dan belum berani dipakai buat macem2 hiks.
Hapuswaaak banyaak buanget anggota keluarganya, pasti heboh kalau kumpul yaa. Saya gak bs bayangin kalau foto keluarga ribetnya kaya gimana, saya yang cuman 14 sj rempong banget wakakkak.
sukses dan sehat selalu ya mba, thanks sharingnya yaa
Hahaha..
BalasHapussumpah lucu bgt baca prolognya mba Endang.
Oh ya, Minal aidin wal faidzin ya mba.
Mba, punya resep nasi Puyung khas lombok ga?
Pas libur lebaran kemaren aku sama suami lebaran di lombok.
dan nyobain nasi puyungnya enaak bgt.
kali aja mba Endang punya resepnya
Mohon maaf lahir dan batin ya Mba. Sayangnya saya tidak memiliki resep nasi Puyung Mba, bahkan baru mendengar namanya sekarang wakkaka. Jadi penasaran hehhehe
HapusMba endaang salam kenal, udah lama baca blog nya tapi baru sempet komen, aku kalo masak pasta selalu gagal karena pastanya 'mlonyoh' haha
BalasHapusMaaf agak out of topic, tapi gimana caranya mba endang bagi waktu antara jadi wanita karir, seorang ibu, masak2 dan ngeblog, seneng banget lihatnya hehehe
hai mba Melody, salam kenal ya. Pasta harus sesekali dicicipi kematanganya, supaya gak kelamaan rebus.
HapusHmm, saya masih single mba, makanya saya bs punya banyak waktu luang kerja dan ngeblog heheheh
Hahaha... Tos dululaah... Dgn postur pendek dan lebar emang bikin acara shopping baju jd tdk menyenangkan... Foto2 pun memilih setengah badan aja atau kl perlu ngumpet di blakang org dan cuma keliatan muka doang... Super ga pede deh kl urusan fashion.. tobat
BalasHapusHahaha, saya selalu lupa bagian ngumpet dibelakang kalau pas foto. Jadi selalu ketiban sial berdiri paling jumbo didepan huaaa
Hapusmbak endang sy menunggu bgt potonya diuplod disini..hihihihi..
BalasHapusbtw salam kenal yaaa..ami magelang
Salam kenal Mba Ami, wakakkaka, kok saya jadi deg2an sama hasil fotonya yaa hehhee
HapusCerita pengantar nya lucu banget mbak..Kayaknya mbak bakat banget jadi penulis. Kita para pembaca seakan merasakan langsung kejadian tersebut. Mbak ada niat gak jadi novelis? Saya mau jadi peminatnya ������
BalasHapusNovel humor berbalut drama cinta ya mbak. Saya suka 2x ��
Adi.Medan
Wah thanks yaa, senang ceritanya disuka. Yup sudah kepikiran pengen bikin novel, cuman belum nemu plot yang oke wakakkak. Sepertinya memang pengen yang humor berbalut romance wakakka
HapusAsli super ngakak baca artikelnya... pas baca komen2 nya cekikikan lagi sampe anakku ikut kepo... thanks banget ya mbak Endang.. selalu bisa buat bacaan yang menghibur.. (tatik)
BalasHapusthanks Mba Tatik sharingnya yaa, senang ceritanya disuka hehehhee
Hapusmbak endang lapor. tadi pagi aku bikin bekal pake resep ini. entah lupa naruh fusilli aku ganti pake spaghetti. trus gegara bangun kesiangan masaknya tanpa buka resep lagi (semalem udah lihat resepnya). ternyata pake saus tiram. tadi aku gak pake. tetep enak kok. rasanya simple tapi enak. paling penting 15 menit aja ini kelar. makasih ya mbak resepnya.
BalasHapusHalo Mba Ida, thanks sharingnya ya, memang resep simple seperti ini justru rasanya sedap dan hemat waktu wakkaka
HapusHalooo mba endang, baru ini baca blog mba endang edisi yg foto studio, gegara cari resep tuna kaleng. Ngakak lucuu abiss.. Jadi kepo pengen tau foto keluarga mba endang.. wiwin tedi ibu, si kecil aruna dan juga rumah pete dgn kebun mungilnya seperti apa ya mba.. loop u
BalasHapushalo Mba Erlie, membaca komennya membuka luka lama wakkakak. Kita kapok foto studio lagi. Kebun pete kacaaauuuu, males bersih2 hiks
HapusWkwkwk kita sama banget Mbak. Waktu saya masih obese, saya paling anti yang namanya warna cerah atau pastel. Koleksi baju di lemari pakaian didominasi warna gelap (abu-abu, hitam, cokelat tua, biru malam, dan warna gelap lainnya). π
BalasHapus