Sebenarnya saya tidak terlalu suka dengan jenis ikan air tawar, menurut saya aromanya lebih amis, serta terkadang berbau lumpur, contohnya seperti ikan patin, bandeng, dan lele. Khusus ikan mas, sebenarnya dagingnya lembut dan gurih namun durinya yang menancap di setiap serat daging cukup mengurangi kenikmatan kala menyantapnya. Ketika ikan mas dipresto atau dimasak lama untuk membuat tulangnya lunak maka rasa gurih dagingnya pun menjadi berkurang. Untuk ikan nila atau mujair, saya lebih suka jika dipotong pipih melebar dan digoreng hingga kering. Dulu ketika masih kuliah di Jogya, ada satu warteg di dekat kost yang menjual ikan nila goreng kering yang lebarnya melebihi dua telapak tangan. Lauk ini favorit saya namun hanya bisa disantap kala tanggal pengiriman uang wesel tiba, karena harganya cukup menguras kocek anak kos-kosan. Dengan uang saku bulanan yang pas-pasan maka makanan enak seperti ini hanya bisa dinikmati sebulan sekali saja. Bahkan lele bakar di Gejayan yang sedap hanya bisa dibeli ketika hari ulang tahun tiba setahun sekali. 😂
Nah ikan air tawar favorit saya mungkin hanya gurami, dan siapa sih yang tidak suka dengan ikan ini bukan? Ukurannya besar, dagingnya lembut, putih, gurih dan bebas bau amis dan lumpur. Sayangnya harganya pun mahal dan kepalanya terlalu besar, sehingga terkadang dari satu kilogram ikan gurami maka 200 gramnya sendiri adalah kepalanya. Pertimbangan-pertimbangan ini sebenarnya dimulai sejak dua minggu terakhir, saat kepala saya penuh dengan rencana hendak mengeksekusi gulai ikan belimbing wuluh. Tepatnya sejak mendengar teman saya, Sintya, bercerita mengenai kelezatan gulai ikan asap belimbing wuluh yang dibuat tantenya. Berhubung karena ikan asap adalah produk langka di pasar Blok A, maka saya berencana menggantinya dengan ikan jenis lain yang memiliki daging putih dengan tekstur lembut dan halus. Pilhan saya sebenarnya adalah ikan kakap dan tengiri, namun karena berangkat ke pasar terlalu siang maka kedua jenis ikan tersebut telah ludes. Nah si ikan nila segar yang masih berenang di dalam bak air si abang penjual ikan menjadi alternatif terakhir. Saya sama sekali tidak menyesal dengan keputusan tersebut karena si nila terasa manis, lembut, gurih dan so yummy! 😁
Ikan nila memiliki tekstur daging seperti ikan gurami, dan jika dibandingkan dengan ikan mujair maka nila memiliki lebih banyak daging, sehingga lebih memuaskan ketika disantap. Jika selama ini saya hanya mengolah ikan nila dengan cara digoreng kering, pepes dan tim, menghindari sup atau gulai karena khawatir aroma amisnya akan tercium maka pada resep kali ini ikan sama sekali tidak menguarkan aroma amis. Dagingnya justru terasa sangat lembut dan gurih, serta pas bersanding dengan kuah yang terasa asam pedas. Saya bahkan berencana besok ketika libur Hari Kemerdekaan hendak membuatnya kembali karena sepanci gulai di minggu lalu masih terasa kurang. Tobat dah!
Jika anda hendak mengeksekusi resep ini maka saran saya gunakan ikan nila yang masih hidup berenang didalam bak kolam si abang penjual, dan baru 'dibunuh' saat kita membelinya. Bukan jenis ikan yang sudah tewas dan terdampar di timbunan es batu di supermarket, atau tergeletak tak bernyawa di meja tukang ikan. Ikan yang benar-benar fresh tidak mengeluarkan aroma amis ketika dimasak, memiliki daging kesat dan kenyal, serta terasa gurih dan manis. Yang pasti, gulai dengan bumbu simple ini akan terasa istimewa dengan jenis ikan yang seperti itu.
Gulai ini tanpa santan, jadi mungkin bisa disebut juga dengan sup, hanya saja memiliki bumbu yang mirip masakan gulai umumnya. Kuahnya yang tanpa santan membuat masakan ini terasa light, tidak eneg dan pas dengan rasanya yang asam dan pedas. Untuk ikan, anda bisa menggantinya dengan jenis lain, baik ikan air tawar maupun air laut tidak menjadi masalah. Seafood seperti udang, cumi-cumi dan kepiting pun mantap, bahkan irisan daging sapi sedap diolah dalam kuah gulai ini. Untuk rasa asam, saya menggunakan banyak belimbing wuluh, sebagian buah asam ini saya hancurkan kala telah lunak terebus. Kuah pun menjadi terasa asam tanpa tambahan air asam Jawa atau jeruk nipis. Tidak memiliki belimbing wuluh? Ganti perannya dengan irisan tomat hijau, atau air asam Jawa dan air perasan jeruk nipis, menurut saya akan tetap sedap rasanya.
Selain tanpa santan maka bumbu juga tidak ditumis, jadi pada intinya semua bahan cukup dimasukkan ke dalam panci atau wajan dan rebus hingga matang. Kunci membuat masakan kuah dengan rasa asam dan pedas seperti ini adalah penggunaan gula dan garam yang berani. Rasa asam memang sedap didalam masakan, jika diimbangi dengan gula dan garam, artinya ketiga rasa tersebut 'kudu' balance. Jadi jangan ragu untuk memasukkan gula pasir untuk membuat rasa asam menjadi lebih smooth, dan garam untuk membuatnya seimbang.
Berikut ini resep dan prosesnya yang super mudah ya.
Gulai Ikan Nila (Tanpa Santan) Belimbing Wuluh
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 3 porsi
Tertarik dengan masakan ikan berkuah lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Resep Gulai Ikan Tengiri a la Gula Merah
Resep Gulai Kepala Ikan Kakap
Resep Lempah Kuning Khas Bangka
Bahan:
Bumbu gulai, dihaluskan:
Note: saya mengukur gula/garam menggunakan sendok teh dan sendok makan biasa, bukan sendok ukur untuk baking.
Cara membuat:
Siapkan ikan nila segar yang sudah disiangi, biarkan utuh jika ikan berukuran kecil, saya memotongnya menjadi dua bagian. Cuci bersih. Taburi garam dan kucuri dengan air jeruk nipis, remas-remas dan diamkan selama 15 menit. Cuci hingga bersih, tiriskan.
Siapkan panci atau wajan, masukkan semua bumbu halus, air, lengkuas, daun salam, daun jeruk, dan serai. Rebus hingga mendidih. Hancurkan beberapa buah belimbing wuluh hingga kuah terasa asam. Jika tidak menggunakan belimbing wuluh maka masukkan tomat diawal merebus bumbu, atau tambahkan air asam Jawa/air jeruk nipis.
Masukkan ikan, usahakan ikan tenggelam, jadi jika kuah kurang, tambahkan sedikit air. Tambahkan gula, garam dan merica bubuk. Masak dengan api kecil hingga ikan matang, sekitar 20 menit. Cicipi rasa kuah, jika asamnya masih kurang maka lumatkan kembali belimbing wuluh sesuai selera. Tambahkan gula dan garam untuk menyeimbangkan rasa.
Angkat panci dan siap dihidangkan panas-panas bersama nasi putih. Super yummy!
Bikin nasi cepet habis mbak Endang..ni menunya mirip masakan ibuku...enaak bgt...mbak reques es cendol dong mbak..pengen tahu teknik bikin cendol nya...
BalasHapusBener banget Mba, wakkakak. Cendol, saya masih terkendala sama cetakan cendolmya, belum punya huaaaa
HapusSaya juga tidak suka ikan air tawar, mba. Kalau ikan nila belum pernah coba.
BalasHapusAgak serem baca ikan "dibunuh" dan tewas, mba.
Hahhaha, enak ikan nila Mba, asalkan masih segar dan hidup ketika akan dieksekusi yaa
HapusMbak bikin menu kemerdekaan dong kayak puding merah putih atau cake 17an atau yg lainnya. Buat panitia seksi konsumsi 17an mbak ��
BalasHapusHaaa, kemarin pengen bikin cupcake pakai topping merah putih, tapiii seharian malah berkebun,seleai2 dah sore huaa
HapusAlhamdulillah di freezer lagi banyak ikan laut beku... segera eksekusi... makasih mbak Endang...
BalasHapusSip Mba Nina, mantaaap rasanya Mba
HapusSuami sy kurang suka masakan ikan yang langsung disayur spt ini. Misal ikannya digoreng dulu apa bisa tetap enak ya mb?
BalasHapusHai Mba, bisa2 saja digoreng, tapi memang lebih mantap kalau langsung segar hehehhe. ikan goreng enaknya dibalado saja Mba.
HapusTerbiasa pake santan kl ga pake rasanya jadi beda banget ga ya mba. Baru beli nila nih pengen coba
BalasHapussaya justru sekarang gak pernah pakai santan kalau masak seperti ini, lebih light dan segar menurut saya
Hapus