Saya sedang tergila-gila dengan tanaman sukulen, bentuknya yang menyerupai mawar, imut, dengan variasi aneka warna, jenis, dan bentuk membuat mengoleksinya menjadi pekerjaan yang menggairahkan. Ah, saya tidak berbicara mengenai sukulen plastik yang saya beli di Pasar Chatuchak, Thailand beberapa waktu yang lalu. Koleksi tersebut masih ada dan terkadang muncul di beberapa foto di JTT. Nah yang saya bicarakan sekarang adalah tanaman sukulen hidup, yang membutuhkan sinar matahari, air, media tanam, dan berton-ton perhatian untuk bisa hidup. Okeh mungkin statement terakhir terdengar super lebay, karena tanaman sukulen dan kaktus adalah tanaman gurun yang tidak membutuhkan perawatan ekstra. Namun dalam kasus saya, hampir setiap jam jika sedang dirumah, maka pekerjaan saya adalah nongkrong didepan deretan pot berisikan baby succulent yang saya letakkan ditepian teras. Terkadang hanya sekedar memandangi dan mengagumi bentuknya yang cantik, namun lebih sering lagi adalah menyemprotkan air. Akibatnya tiga tanaman mati dengan sukses karena busuk, sementara tanaman yang lain belum menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang berarti. Bisa 'koit' semua tanaman ini jika saya tidak segera mengabaikannya. ^_^
Dulu, beberapa tahun yang lalu ketika demam aglaonema melanda, maka saya pun latah ikut mengoleksi puluhan batang tanaman sri rejeki tersebut. Beberapa bahkan dibandrol dengan harga lumayan mahal, dan kini semua mati tak bersisa, hanya tinggal 1 batang yang hidup subur di rumah adik saya, Wiwin, di Mampang. Kini saya mengalami demam succulent dan cactus, untungnya versi yang ini tidak memakan banyak biaya selayaknya aglaonema. Sebenarnya kalau mau diurut-urut sejak jaman kuliah saya sudah menyukai kaktus dan sukulen, tepatnya sejak berkunjung ke rumah kontrakan teman kuliah saya, Indah, waktu kami masih bersekolah di Jogya. Teras rumah kontrakan Indah yang hanya memiliki lebar setengah meter, benar-benar berada ditepian jalan raya, panas, berkerikil, berpasir dan gersang ternyata menjadi habitat yang sangat disukai para kaktus dan sukulen. Indah bercerita dulu dia hanya memiliki satu buah kaktus yang diletakkannya dalam sebuah pot imut di teras, namun sebuah kaktus tersebut kemudian beranak pinak dan tumbuh dengan suburnya di tanah bahkan hingga bertumpukan dan berjubelan.
Hal yang masih saya ingat adalah setiap kali bermain ke kontrakan Indah maka satu atau dua buah kaktus saya bawa pulang untuk ditanam di kos. Satu atau dua kaktus tersebut tidak pernah bertahan dengan sukses, selalu mati, dan selalu penyebabnya karena berlebihan menyiram. Berbeda dengan tanaman berdaun tipis umumnya, maka sukulen dan kaktus menyimpan air dalam jumlah banyak di helaian daunnya yang tebal atau dibatangnya yang gendut. Mereka lebih menyukai dan mampu bertahan hidup berbulan-bulan tanpa air dibandingkan hidup di tanah yang basah. Indah yang baik tidak pernah melarang saya mengadopsi kaktusnya, walau tahu tanaman tersebut tidak akan bertahan ditangan saya yang terlalu rajin menyiram. Entah bagaimana sekarang nasib kaktus-kaktus Indah yang ratusan banyaknya itu.
Aneka sukulen koleksi rumah Pete ^_^ |
Saya membeli koleksi sukulen melalui online. Tokopedia dan Shopee memiliki banyak penjual sukulen dan harganya relatif murah dibandingkan jika membelinya di supermarket seperti Lotte Mart yang membandrol baby succulent dalam pot dengan harga 10 ribu rupiah. Di online shop harga sebuah tanaman sukulen diameter antara 4 - 6 cm sekitar tujuh ribuan, dan yang masih bayi berukuran diameter 3 cm sekitar tiga ribu rupiah. Ada penjual yang menjual sistem paket dimana jenis sukulen sudah ditentukan oleh mereka, namun ada juga yang memajang foto aneka tanaman berserta nomornya sehingga kita bisa memilih sesuai selera. Saya telah mencoba keduanya, dan masing-masing memiliki plus minus sendiri-sendiri, namun jika kita telah memiliki banyak koleksi maka sistem paket dimana jenis tanaman telah ditentukan penjual sangat tidak disarankan. Di Instagram juga banyak bertebaran penjual tanaman sukulen, sayangnya mereka sering ogah mencantumkan harga, sehingga membuat pembeli seperti saya malas jika harus bolak-balik menanyakan harga satu jenis tanaman.
Walau online shop praktis dan harganya jauh lebih murah tapi kelemahannya adalah kita tidak bisa memilih tanaman terbaik yang dimiliki penjual. Hanya bisa pasrah saja dengan kondisi tanaman yang diberikan, dan pengalaman saya pasti ada satu atau dua tanaman kurang sehat yang disertakan. Saya membelinya tanpa pot, karena biaya kurir yang akan membengkak jika pot disertakan. Setiap tanaman akan dibungkus gulungan tisu tebal untuk mencegahnya memar dan rusak selama perjalanan bersama kurir. Saya biasanya akan membersihkan daun-daun yang kering, serta membuang akar yang telah mati, kemudian sukulen ditanam didalam pot yang memiliki lubang secara bergerombol dan membiarkannya selama beberapa hari tanpa disiram. Berdasarkan hasil baca-baca, kondisi akar yang rusak selama perpindahan ini akan memicu busuk jika terkena air.
Karena merupakan tanaman gurun dengan habitat panas dan gersang maka media tanam pun sangat penting. Semua informasi tersebut saya gali dari hasil menonton aneka video di You Tube seperti Laura Eubanks, Debra Lee Baldwin, Garden Answer, dan vlog lainnya yang fokus pada tanaman sukulen dan kaktus. Tanah yang porous, mudah membuang air dan tidak menyimpang air dalam waktu lama merupakan media terbaik. Umumnya mereka menyarankan media yang merupakan campuran antara cincangan batu apung (pumice), perlite, serbuk sabut kelapa (coco coir) dan sedikit tanah kebun. Semakin ringan dan porous semakin baik sehingga akar sukulen tidak basah. Kondisi ini membuat saya pun bergerilya mencari komponen media yang diperlukan.
Tapi sebenarnya media bukanlah hal yang terlalu ruwet untuk dipikirkan karena kebanyakan penjual sukulen menanam tanaman mereka dalam campuran tanah kebun, sekam padi, dan pasir malang, dan semua tanamannya sehat walafiat. Jadi masalah terbesar sebenarnya adalah frekuensi menyiram dan sinar matahari. Sukulen lebih menyukai tanah yang kering (tidak sampai kerontang) dan remah dibandingkan lembab. Menyiram tanaman ketika kondisi tanah telah kering kerontang hingga air mengalir keluar dari lubang dibawah pot lebih disarankan dibandingkan hanya menyemprotkan air dalam jumlah sedikit di permukaan media. Selain itu tanaman ini memang menyukai panas tetapi bukan panas sinar matahari secara langsung yang terik. Berbeda dengan kaktus yang memang suka dengan cahaya matahari langsung. Sukulen menyukai cahaya matahari yang tidak langsung mengenai helaian kelopaknya, serta cahaya pagi atau sore yang tidak lama menerpa permukaan daunnya. Cahaya yang berlebihan akan membuat daunnya terbakar.
Kondisi saat ini, selain dua sukulen jenis Echeveria dan 1 jenis Aeonium mati dengan sukses, tanaman lainnya menunjukkan tanda-tanda membaik ketika saya berhenti total menyiramnya selama 2 minggu ini. Beberapa tanaman ketika saya cek dan angkat dari medianya menunjukkan pertumbuhan akar, jadi sepertinya saya mulai boleh berharap sisanya akan tumbuh dengan subur. Walau sukulen plastik terlihat cantik di meja dan lucu sebagai perlengkapan fotografi, tapi sukulen hidup jauh lebih indah dan proses memeliharanya menjadi pekerjaan yang sangat menantang. Saya teringat komentar rekan kantor saya, Mbak Mirah, yang melongo melihat sekotak paket sukulen datang dari Bandung di kantor, "Ndang, ngapain sih kamu repot-repot ngurusin tanaman susah kaya gitu? Tanam lidah buaya saja mati. Malah cari yang lebih susah." Ah kepuasan batin memang susah untuk dijelaskan dengan akal sehat dan diungkapkan dengan kata-kata bukan? ^_^
Nah sekarang kita menuju ke resep kentang panggang yang sekarang saya posting. Umumnya baked potato atau kentang panggang yang biasa kita cicipi di resto terbuat dari kentang utuh yang dipanggang bersama kulitnya hingga matang, kentang kemudian ditekan hingga merekah dan permukaanya diberi rebusan brokoli dan siraman saus keju. Nah kentang panggang versi yang ini sebenarnya sejenis mashed potato, bedanya kentang yang telah ditumbuk hingga lumat dan dicampur bersama aneka bumbu dan sayuran kemudian dimasukkan kembali ke dalam cangkang kulitnya, diberi potongan keju mozarella diatasnya dan dipanggang hingga keju meleleh. Rasanya sedap, dan mengenyangkan.
Untuk membuat kentang panggang ini maka saya mengukus kentang hingga empuk. Kentang juga bisa dipanggang, caranya dengan membungkusnya menggunakan kertas baking atau aluminium foil. Karena kentang perlu dikeruk isinya hingga hanya tertinggal sedikit daging dan kulitnya, maka saran saya gunakan kentang dengan ukuran agak besar untuk memudahkan kita mengeluarkan isinya. Saya menggunakan kentang utuh, namun kentang bisa dibelah menjadi dua bagian sehingga per-porsinya menjadi berukuran lebih kencil. Isi kentang yang telah dikeruk kemudian dihancurkan hingga lumat sebagaimana seperti ketika kita membuat mashed potato. Karena jemari tangan kanan saya yang belum sembuh total maka kentang saya mikser bersama mayonnaise, susu cair dan keju parut hingga smooth. Cara ini jauh lebih mudah dan super cepat dibandingkan menghaluskan kentang dengan cara menumbuknya. Hasil lumatan kentang juga lebih fluffy dan smooth. Kentang tumbuk kemudian dicampur dan diaduk bersama bumbu dan bahan lainnya.
Sampai pada tahap ini sebenarnya mashed potato sudah layak dimakan dan super sedap, namun akan lebih lucu lagi jika dimasukkan kembali ke dalam cangkang kulitnya, ditaburi keju mozarella diatasnya dan dipanggang hingga keju meleleh. Saya menggunakan keju Kraft mudah meleleh yang saya potong tipis dan tata di permukaan kentang, cara ini lebih mudah dan clean karena tidak perlu berurusan dengan serpihan keju yang suka menyebar kemana-mana. Hasilnya adalah kentang panggang dengan lelehan keju dipermukaanya yang terlihat menggiurkan.
Hari ini si kentang saya bawa ke kantor dan habis dibagi-bagikan ke teman kantor untuk sarapan pagi. Komentar mereka apalagi jika bukan, "Enak banget Ndang! Mantap!" Berikut ini resep dan prosesnya ya.
Kentang Panggang Keju Mayonnaise
Tertarik dengan resep kentang lainnya? Silahkan klik link dibawah ini ya:
Kering Kentang Crispy a la Diana Indriani
Perkedel Kentang a la My Mom
Kroket Kentang Isi Ayam dan Wortel
- 5 buah jamur champignon, cincang kasar
- 150 gram brokoli rebus cincang kasar
- 2 batang daun peterseli, cincang halus (optional), bisa digantikan dengan rajangan daun bawang
- 50 gram keju cheddar parut
- 1/2 sendok teh garam
- 1 sendok teh gula pasir
Siapkan kentang, cuci bersih dan sikat kulitnya hingga bersih. Tusuk-tusuk permukaan kulit dengan garpu, dan kukus hingga lunak dan matang.
Masukkan isi kentang rebus ke dalam mangkuk mikser, tambahkan mayonnaise, susu cair, dan keju cheddar parut. Proses dengan speed tinggi hingga smooth, jangan over mixing karena kentang akan berubah menjadi lem. Jika sudah halus maka segera hentikan mengocok. Atau hancurkan kentang dengan potato masher (alat penumbuk kentang) atau garpu atau alat apapun yang biasa anda gunakan untuk membuat mashed potato. Sisihkan kentang tumbuk.
Tuangkan tumisan ke dalam kentang tumbuk, masukkan daun peterseli/daun bawang cincang, garam dan gula pasir. Aduk rata. Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang asin.
Panggang selama 20 menit pada suhu 170'C, atau hingga keju terlihat meleleh dan sedikit terpanggang. Keluarkan dari oven dan siap disantap. Super yummy!
Wah sepertinya enak sekali mba endang.. :)
BalasHapusPengalaman saya mengukus kentang memakan cukup banyak waktu apalagi kalau agak besar ya kentangnya.. Hiks.. *emak ngirit..
Kalau kentangnya diiris 2 dulu trus di kukus ngaruh ga ya ama teksturnya? Ap air kukusan bs ngerusak walau ditaroh kain diatas ya?
Problem ke2 sy msh g bs makan kentang ama kulitnya.. Padahal liat foto ini keliatan bagusss bangett..
Bagi tipsnya dong mba endang gmn cara bersihin kentang yg benar spy kulitnya bnr2 bersih.. Makasih sebuelumnya.. :)
Yep memang agak lama ya, tapi direbus perasaan saya lebih lama lagi hehhehe. Kalau mau lebih cepat belah dua saja kentangnya Mba, jadi hasilnya nanti kentangnya tidak utuh tapi berbentuk potongan 1/2.
Hapuskulit kentang justru kaya kandungan vitamin, saya hanya sikat saja pakai sikat kaku khusus untuk urusan membersihkan umbi2 an, so far sih menurut saya sudah bersih.
Tiga tahun lalu, sy beri angpau lebaran keponakan2 dg sukulen ini. Beli onlen skalian dg pot plastik dan bungkus tabung mika bening. Semua anak suka. Dan sampai sekarang, tanaman tsb masih hidup di rumah keponakan2, tapi tidak di rumah sy. KArena penyakitnya sama dg Mb Endang, suka nyiram-nyiram.
BalasHapusSukulen memang punya daya magis tersendiri. Tak bikin bosan menatapnya. Ah jadi pengen beli lagi..hehe
Dian - Solo
Sukulen cocok bagi yag kurang rajin dan gak begitu peduli sama tanaman mba, karena harus dicuekin supaya hidup wakkakak. Saya lagi ngerem mati2an gak siram2 walau medianya saya pegang sebenarnya sudah kering hehhehe
HapusAku baru tau mba itu namanya sukulen, aku taunya itu kaktus aja. jadi pengen nanam di kantor. hahahaha
BalasHapussemua jenis kaktus termasuk sukulen mba, tapi tidak semua sukulen itu kaktus hehhehe. Yang jelas tanaman yang memiliki kemampuan menyimpan air di daun dan batangya masuk kategori sukulen ya. Saya juga pengen taruh mug berisi sukulen, tapi meja saya jauh banget dari jendela jadi tanamannya gak kena sinar matahari hiks
HapusOhhh jadi namanya sukulen? Baru kemarin lihat di kebun bogor, tp GA beli ╯﹏╰ agak ragu, takut mati , hehe (*´∇`*)
BalasHapusTernyata ga perlu sering di siram ya? *nafaslega
Oya, ini tanaman nya tambah banyak sampai ratusan ga mbak kaya kaktus temennya mba endang? Tekor ntar jadinya (=゚Д゚=) hehe
yep, succulent atau sukulen, sedang ngetrend sekarang mba, walau udah lama ada sih di Indonesia hehehhe. Gak suka disiram, dan memang bs beranak pinak kalau sukses merawatnya, pengalaman saya belum tumbuh udh mati wakakkaka
HapusBismillah
BalasHapusmba endang salam kenal. Selama ini cuma stalking blog mba yg masyaalloh keren dan bermanfaat, selalu jd acuan sy kalo mau masak dan turun ke dapur.Entah sdh puluhan resep yg sy coba dan hasilnya ga pernah mengecewakan..pernah sih kecewa itu jg pasti karena ke sotoy an sy yg ga selesai baca resep sampe abis dan pake ajian kira2. Tapi di resep ini masyaalloh anak2 sampe nambah2 gajadi deh buat sarapan besok, wes keburu habis. jamur sy ganti pake smokebeef yg masih nyisa di kulkas jd tambah mantep..matursuwun ya mba smg alloh balas kebaikan mba endang dg berbagi resep.
Hai Mba Dwi, salam kenal ya. Thanks sharingnya yaa, senang resepnya disuka. Sukses yaa
HapusMbak endang aku mendadak jatuh cinta sama sukulen..wkwkwk dan ingat mbak endang pernah bahas, san langsung googling sukulen jtt..wkwkwk
BalasHapusDoakan aku sukses merawat anak anak sukulen ini ya mbak 🤣🤣
wakakkaka, saya udah gak terlalu menggebu setelah banyak baby sukulen mati. Tapi kaktus masih banyaak lebih mudah dibanding sukulen. Sukulen yang bertahan ada 3 tapi jadi besar, yang penting sih jangan disiram hehhehe
HapusYa Allah mbak Endang...resep ini sdh bertahun2 jd andalan kalo malas masak sarapan. Anak2 suka dan selalu rebutan kalo liat kentang panggang.biasanya kentang sdh sy siapkan dr malam sebelumnya. Msk kulkas, pagi tinggal dioven. Tp skr sdh gbpernah LG masak ginian
BalasHapus