Saya berkunjung ke Jogya bukan khusus dalam rangka holiday, namun untuk menjemput Ibu yang kebetulan datang ke Jogya bersama kakak saya, Mbak Wulan, dari Batam. Kakak ipar saya sedang melanjutkan study-nya disalah satu universitas di Jogya, jadi setiap bulan, Mbak Wulan bersama putra semata wayangnya, Ellan, datang menjenguk suaminya. Karena Ibu tidak akan kembali ke Batam melainkan langsung ke Jakarta, saya pun ketiban rejeki jalan-jalan gratis di Jogya weekend lalu. ^_^
Saya tiba di Jogya di hari Jumat pukul sepuluh malam, kakak saya sudah mengirimkan pesan WhatsApp yang isinya, "Jangan makan malam dulu ya, kita nanti makan bareng saja," yang membuat saya menahan lapar sepanjang perjalanan. Karena tidak menggunakan Garuda, berarti tidak ada makan malam gratis di pesawat, perut yang keroncongan berat akhirnya diganjal dengan dua keping biskuit dan segelas air mineral. Snack ini adalah kompensasi dari pesawat karena waktu penerbangan yang delay. Pesawat berangkat setengah jam lebih lama dari waktu yang ditentukan, dan hampir satu jam berputar-putar di langit Jogya menunggu antrian untuk landing akibat padatnya penerbangan di bandara Adi Sucipto. Saya tidak pernah merasakan mual selama sekian banyak penerbangan yang pernah dilalui, namun kali ini perut yang kurang isi dan pesawat yang miring karena harus berputar cukup membuat eneg.
Keluarga saya telah menunggu di bandara, dan kami langsung meluncur ke resto gudeg di jalan Sagan. Gudeg Sagan memiliki tempat cukup cozy dan buka hingga pukul 12 malam, selain itu rasa gudegnya pun maknyus. Well, saya sebenarnya bukan orang yang tepat jika harus memberikan pendapat mengenai rasa gudeg, menurut saya semua gudeg yang dijual di Jogya entah itu di restoran atau di tepi jalan semuanya mantap! Gudeg adalah makanan favorit, dulu ketika kuliah di Jogja, walau hampir setiap hari sarapan diisi dengan nasi atau bubur gudeg, saya tidak pernah merasa bosan.
Di hari Sabtunya, kami singgah di toko oleh-oleh, favorit saya jika jalan ke Jogya adalah bakpia Kurnia Sari. Kulit bakpia yang flaky dan renyah, sangat pas bersanding dengan isi bakpia yang lembut, manis dan kaya akan rasa. Keju dan kacang hijau, hanya dua jenis rasa itu yang menjadi kesukaan, jadi saya membeli beberapa kotak untuk oleh-oleh keluarga di Jakarta. Dari sana kami singgah sebentar di jalan Malioboro, hanya untuk melihat-lihat jajaran penjual dan toko-toko, kemudian langsung meluncur ke jalan Kaliurang. Ada sebuah resto yang kini sedang viral di sosmed dan nge-trend di Jogya yaitu Kopi Klotok. Restoran sederhana yang terletak di sebuah jalan kampung di wilayah Kaliurang ini memiliki pemandangan persawahan yang menghijau. Suasana pedesaan sangat kental terasa, ditambah dengan bentuk resto yang merupakan sebuah rumah kuno pedesaan dengan pintu dan jendela lebar terbuka. Dapurnya terbuka, kita bisa melihat aktifitas menggoreng tempe, pisang dan telur dadar secara langsung. Bentuk dan suasana dapurnya sama persis dengan dapur tradisional masyarakat Jawa umumnya, penuh berisikan peralatan masak tradisional. Sebuah wajan besar berisikan minyak panas menggelegak tanpa henti dipenuhi pisang kepok yang sedang digoreng.
Pembeli luar biasa padat, membludak, mobil berjajar panjang, dan antrian pengunjung sepanjang ular tangga. Kami semua sama-sama berjuang untuk mencicipi masakan rumahan a la Jogya berupa sayur lodeh, tempe goreng, telur dadar dan ikan cuwe goreng tepung. Kopi Klotok hanya menyediakan menu itu saja, ditambah pisang goreng sebagai camilan. Ada beberapa jenis sayur lodeh yang disediakan seperti lodeh terung, lodeh nangka, lodeh kluwih, dan hampir semuanya ludes dengan menyisakan kuah dan lengkuas besar didasar panci sementara pembeli masih panjang mengantri. Saat itu tidak ada petugas resto yang memperlihatkan tanda-tanda hendak mengisi panci-panci sayuran yang kosong. Saya cukup beruntung masih mendapatkan sisa sayur lodeh kluwih dan tumis cuciwis. Kemungkinan pengunjung yang mayoritas dari luar Jogya ini tidak begitu tahu buah kluwih sehingga enggan menyentuhnya. Makanan disini self service dan mengandalkan azas kepercayaan, artinya kita diminta untuk mengisi piring sendiri dengan porsi suka-suka, dan jika harus menambah dimohon kejujurannya untuk melaporkannya ke kasir. Pelayan resto tidak akan mengawasi masing-masing pengunjung.
Walau reviewnya luar biasa heboh di sosmed, dan jajaran pigura berisi testimoni dan tanda-tangan artis menempel di dinding, saya pribadi tidak terlalu terkesan dengan restoran dan masakannya. Mungkin karena saya dibesarkan dan melewatkan hari-hari dengan nuansa dan masakan rumahan yang sama. Sayur lodehnya bahkan sama persis dengan yang dimasak alm. Mbah Wedhok kala kami semua masih kecil. Mungkin bagi mereka yang dibesarkan di Ibukota, jarang merasakan suasana rumah pedesaan, dan tidak pernah menikmati masakan rumahan dengan menu Jawa seperti itu akan mengalami euforia kala berkunjung kesana. Suasana itulah yang sebenarnya dijual oleh Kopi Klotok, dan dicari oleh pengunjungnya, karena hidangannya sendiri sangatlah sederhana. Rasa masakannya cukup sedap, manis menjadi rasa yang mendominasi sebagaimana halnya masakan khas Jogya umumnya. Harga makanannya relatif murah, berlima kami hanya perlu membayar seratus dua puluh lima ribu rupiah saja. Rasa penasaran akan resto yang viral telah terpuaskan, tetapi apakah saya ingin kembali lagi untuk kedua kalinya? Hm, sepertinya tidak ^_^
Wokeh menuju ke resep kali ini. Pesmol adalah masakan ikan khas Sunda dengan cita rasa bumbu yang medhok, sedikit asam dan pedas. Ciri khas masakan Jawa Barat umumnya menggunakan kencur, itu yang membedakan pesmol dengan acar kuning yang memiliki tampilan hampir sama. Namun walau sama-sama menggunakan kencur, pesmol berbeda dengan mangut a la Jawa Tengah yang berwarna kecoklatan dan tidak asam. Kencur memang memberikan aroma unik yang sedap dimasakan. Bagi saya, masakan beraroma kencur sangat menggugah selera makan. Namun hati-hati juga kala menggunakannnya, terlalu banyak akan membuat masakan menjadi seperti jamu rasanya.
Di resep ini saya menggunakan ikan bandeng, namun dengan jenis ikan lainnya seperti tongkol, tuna, tengiri, kakap, bawal, gurami, nila, mas, kembung, atau mujair pun mantap. Semua jenis ikan sedap diolah menjadi pesmol bahkan udang dan cumi-cumi sekalipun. Resep ini pernah saya masukkan ke dalam salah satu menu di buku '90 Resep Masakan Rumahan untuk 30 Hari', berhubung karena weekend ini saya tidak memiliki waktu untuk mengeksekusi resep maka salah satu menu di buku dimunculkan.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Pesmol Ikan Bandeng
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 1 ekor bandeng ukuran sedang, berat sekitar 300 gram
Tertarik dengan resep sejenis lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Mangut Ikan Kakap dan Nostalgia Dapur Mbah Wedhok
Acar Bandeng Presto a la My Mom
Kakap Siram Saus Asam Pedas
Bahan:
- 1 batang serai, ambil bagian putihnya saja, memarkan
- 10 butir cabai rawit utuh
- 300 - 400 ml air
Sesekali ngrasain gpp ya mbak, untuk wawasan, tapi klo kedua kali no, thanks. Lha aku mbendina jangan e yo lodeh e hehe
BalasHapusIyaaa, nggak worth it menempuh perjalanan jauh, macet, dan antri panjang demi sayur lodeh, tempe goreng dan telor dadar wkakakkak
HapusMba Endang... kok aku ngarep ada poto2 jalan2 di Jogya pas baca judulnya 😉. Btw, udah lama ga buka JTT, tambah keren poto2 nya, ya... Sukses terus, Mba !!
BalasHapustadinya mau saya masukkan, tapi pakai hape dan blur, sebagian juga lupa jepret dan ada juga yang saya males karena bete wakkakak
HapusYa mbak Endang..setuju sm mbak Emilia..Poto jalan2nya mana?by the way busway itu pesawat terbang smpe 1jam di langit Jogja..suruh belok ke Adi Sumarmo aja mbak ...mampir dulu jjl ke solo n Boyolali..he he
BalasHapusNur_padasan
Wkakka, iya, asli tobat itu pesawat. Tapi trafficnya lagi parah hari itu semua penerbangan delay
HapusSelain bandeng, bs diganti pk apa y mbak?
BalasHapuspakai ikan emas, mujair, bawal,kakap, tongkol, kembung, nila, oke ya
HapusSalam kenal mbak Endang..
BalasHapusMbak saya mau nanya, tapi beda topik y.. ?? Mbak kenapa setiap kali aku bikin cake yg di kukus kok pasti bagian loyang bawah dan kukusan nya kok selalu basah y?? Cake nya sih jadi, cuman yg bagian bawah jadi agak sedikit bantat karna terkena air dari kukusan yg nempel ke loyang, tips nya gimna y mbak?? Mohon jawabn nya y mbak Endang 😊
Salam kenal Mba Zahra. Kalau kukusannya pendek dan air terlalu banyak maka air akan loncat membasahi bawah loyang dan merembes masuk. Jadi kudu pakai kukusan agak tinggi, jangan isi air telalu banyak (tapi harus pastikan cukup untuk mengukus kue) dan jangan pakai api besar sehingga air bergolak
HapusOh gitu ya mbak Endang. Berarti kasih air nya seperlunya aj sekiranya cukup buat ngukus cake y mbak. Dan yg benar itu klo kita ngukus cake,Loyang dan kukusan bersih tanpa air sedikit pun y mbak?? Makasih mbak jawabn nya. Sukses selalu mbak Endang 😉
BalasHapusAir harus cukup untuk mengukus mba, kalau kurang nanti cake baru setengah matang air sudah habis dan bs gosong. Loyang kan diolesi dengan margarine bukan. kalau kukusan sih nantinya kan kena air kukusan.
HapusOk. Mbak Endang. Berarti intinya loyang cake bagian bawah tidak boleh basah karna air embun dari kukusan y mbak?? 😊
BalasHapuskalau air tidak berlebihan merendam dasar loyang tdk apa2 mba
HapusMaaf y mbak banyak nanya. Soalnya dari semua bloger hanya mbak Endang yg ramah dan mau menjawab semua koment2 penggemar nya 😘😘
BalasHapusMbak endaaaang... kok gak bilang kalo kau ke jogja??😐😐padahal saya pengen mbak endang ngicipi geblek tuna nya kulon progo... (skalian mau peluk2 n foto2 sama mbk endang)😀😀
BalasHapusHahhaha, ini dlam rangka jemput Ibu saya Mba, jadi hanya sebentar dan muter2 dalm kota Jogya saja. Hr minggu jam 12 siang udah balik JKT hiks. Kayanya geblek tuna-nya nampol pisan yaaa.
Hapus