Resep pizza sudah begitu banyak saya share di JTT, dan disetiap resep selalu disertakan tips, step by step dan informasi detail tentang proses membuatnya, namun pertanyaan baru yang berhubungan dengan resep selalu muncul. Di artikel 'Pizza Pepperoni: Stop Membeli Pizza, Buatlah Sendiri di Rumah' hingga kini masih banyak yang mengajukan pertanyaan walaupun di awal paragraf pembuka sudah dicantumkan note: komentar tidak bisa lagi dimuat karena sudah melebihi maksimal batasan yang ditetapkan oleh Blogger. Tapi sepertinya tidak banyak yang membaca catatan tersebut karena umumnya kebanyakan pembaca memang langsung menuju ke resep. Jadi jika anda menuliskan komentar di artikel yang sudah mendapatkan tambahan catatan dipembukaannya, dan kemudian komentar tersebut tidak muncul di artikel, bukan berarti saya enggan untuk menampilkannya, tetapi karena memang komentar tersebut sudah tidak bisa lagi dimunculkan pada artikel tersebut. Mungkin ini salah satu kelemahan blog dengan platform Blogspot, namun karena fasilitas ini gratis kecuali biaya domain setiap tahunnya, maka saya harus menerimanya dengan lapang dada. 😃
Kembali ke membuat pizza, satu resep yang selalu dan selalu saya gunakan jika membuat pizza sendiri di rumah adalah resep pizza dari Peter Reinhart di buku The Bread Baker's Apprentice. Menurut saya resep ini sudah mewakili semua karakteristik rasa dan tekstur pizza yang saya inginkan. Elastis, tidak terlalu lembut seperti roti, membentuk crust yang renyah jika dipanggang dengan benar, dan sedikit chewy. Satu tahapan yang mungkin sedikit dianggap menghambat prosesnya, jika step tersebut dianggap menghambat, adalah adonan pizza yang harus diinapkan semalam di dalam chiller kulkas. Kebanyakan pembaca akan bertanya, "Bisakah jika adonan pizza saya biarkan mengembang di suhu ruang, dan langsung dipanggang?" atau pertanyaan, "Mengapa adonan harus di fermentesikan selama semalam di kulkas? Apakah ada perbedaan rasa antara pizza yang difermentasikan di suhu ruang dengan suhu kulkas?"
Terus terang jika menginginkan pizza dalam tempo cepat maka saya tidak pernah melakukan proses fermentasi di chiller kulkas. Jadi ketika adonan sudah mengembang minimal 2 kali lipat di suhu ruang, maka adonan langsung saya tata di loyang, tabur topping, dan panggang. Namun jika saya sudah memiliki rencana hendak membuat pizza keesokan harinya, maka di malam hari saya akan mempersiapkan adonan pizza, memasukkannya ke dalam plastik bersama beberapa sendok makan minyak zaitun, dan mendiamkannya di chiller selama semalam.
Tentu saja fermentasi di suhu rendah, selama semalaman di chiller memiliki fungi. Seorang expert di dunia baking sekaliber Peter Reinhart pastinya menuliskan resep yang sudah melalui trial & error, banyak percobaan, dan mencurahkan semua pengalaman dan pengetahuannya disana. Jadi saya percaya setiap resep dan step yang beliau buat memang memiliki maksud dan tujuan. Adonan pizza yang baik umumnya tidak memiliki tekstur yang empuk dan lembut seperti roti, melainkan sedikit chewy dan mampu membentuk crust yang baik di tepian dan permukaannya. Adonan yang seperti ini tidak lembek dan basah kala permukaan pizza diberi saus topping yang basah, dan garing ketika telah usai dipanggang. Untuk tujuan tersebut bahan yang diperlukan sangat simple hanya berupa tepung terigu protein tinggi, ragi, garam, minyak sayur dan air es. Cukup 5 bahan tersebut saja dan kita sudah bisa menghasilkan pizza yang sedap, tak kalah sedap dengan pizza di restoran Italia terkenal.
Apakah kita bisa menambahkan telur? Mengganti air es dengan susu cair? Menambahkan susu bubuk? Mengganti minyak zaitun dengan mentega/margarine cair? Tentu saja bisa hanya adonan yang dihasilkan tidak seperti pizza yang seharusnya. Kembali lagi adonan pizza sebenarnya sama dengan adonan roti, menggunakan ragi untuk mengembang, tapi adonan pizza biasanya tidak memiliki rasa sekaya dan seberat roti yang umumnya terasa milky, buttery, lembut dan empuk. Adonan pizza yang plain memang diciptakan sedemikian rupa agar mampu bersanding dengan topping yang terkadang berat. Walau pizza a la Italia umumnya hanya menggunakan topping ringan berupa saus tomat, potongan keju, dan daun basil dipermukaanya, namun umumnya pizza memiliki topping yang cukup berat dengan banyak keju meleleh diatasnya. Bayangkan betapa 'eneg'nya si pizza jika rotinya terlalu lembut, milky, buttery selayaknya roti manis dengan topping keju dan aneka daging cincang yang tebal. Sepotong pasti sudah membuat 'megap-megap', namun ketika menyantap crust pizza yang tipis dengan topping yang simple maka seloyang mampu saya santap sendiri. Hm, itu pengalaman saya, karena tentu saja kembali ke selera masing-masing individu ya.
Semua karena ragi. Ragi membuat adonan tepung terigu, dan air mampu mengembang dengan baik. Saya menggunakan ragi instan biasa yang banyak diperjualbelikan di supermarket seperti merk Farmipan. Ragi adalah mikroorganisme bersel satu yang mengkonsumsi gula didalam tepung dan menghasilkan karbondioksida, alkohol, asam amino, dan asam organik. Enzym yang terdapat didalam ragi membantu merombak pati didalam tepung menjadi gula yang lebih kaya akan rasa.
Suhu adonan yang hangat akan membuat ragi bekerja lebih cepat dibandingkan suhu yang dingin, karena itu umumnya resep-resep roti menggunakan air atau susu cair hangat, tujuannya agar ragi segera aktif dan melakukan fermentasi lebih cepat. Suhu ruang yang relatif tinggi atau hangat umumnya juga membuat ragi bekerja lebih cepat dibandingkan suhu ruang yang rendah. Seringkali di negara empat musim disaat winter mereka meletakkan mangkuk berisi adonan didalam oven dengan lampu oven dinyalakan, atau meletakkan adonan diatas mangkuk lain berisi air hangat, tujuannya untuk mempercepat proses fermentasi.
Tapi menggunakan air es di adonan dan melakukan fermentasi adonan disuhu dingin seperti didalam chiller kulkas bukanlah tanpa maksud. Proses fermentasi yang lambat dipercaya membuat rasa adonan lebih lezat karena ragi bekerja lebih perlahan, mengembangkan rasa, membuat rasa roti (dalam hal ini pizza) lebih kaya akan rasa. Pengalaman saya mencoba resep dengan dua cara (suhu ruang dan suhu kulkas) memang membuktikan rasa pizza yang difermentasikan semalaman di suhu kulkas lebih sedap, teksturnya pun lebih kenyal, chewy dan crust yang terbentuk lebih garing. Sementara adonan pizza yang difermentasikan di suhu ruang terasa lebih empuk dan rasanya tidak selezat versi yang sebelumnya. Walau tentu saja kedua adonan memberikan rasa pizza yang sedap. Jadi kembali ke keperluan kita masing-masing, jika memiliki banyak waktu tidak ada salahnya menggunakan fermentasi di chiller, namun jika anda terburu-buru hendak menghadirkan pizza buat keluarga saat itu juga maka fermentasi disuhu ruang tidak ada jeleknya dan tetap memberikan rasa pizza yang nendang.
Saus dan topping. Ada banyak macam saus pizza bertebaran di internet, namun sebenarnya saus termudah yang bisa dibuat dalam sekejap hanya terbuat dari rebusan cincangan tomat, bawang putih, sedikit merica, garam, dan Italian herbs (campuran basil, oregano, thyme dan rosemary). Semua bahan cukup dimasak di dalam panci kecil hingga kental. Saya biasanya menambahkan sedikit gula pasir agar rasanya lebih balance, tidak terlalu asam dan asin. Kunci saus sedap sebenarnya hanya terletak pada tomat merah dan Italian herbs, selama kedua bahan ini ada ditangan maka saus pizza lezat mudah dihadirkan didapur. Salah satu resep saus pizza simple bisa diklik pada link disini.
Topping pizza super fleksible. Dulu saya suka dengan topping yang berat seperti tumisan cincangan daging sapi dengan aneka rempah, irisan sosis, pepperoni, smoked beef, taburan irisan tomat, nanas, bawang bombay, tuna kalengan atau aneka seafood, namun seiring waktu topping pizza sederhana berupa parutan keju, buah zaitun, dan tomat menurut saya terasa lebih lezat dan tidak berat. Intinya, jika oven anda tidak terlalu panas, tidak memiliki pengapian api atas bawah sehingga suhu kurang maksimal maka gunakan topping yang tidak terlalu berat atau terlalu tebal. Topping simple dan tipis akan membuat permukaan pizza matang dengan baik, roti tidak basah dan lebih garing. Irislah tomat atau bawang bombay tipis-tipis agar mengering dengan baik kala dipanggang.
Untuk resep kali ini saya menggunakan topping meatballs sisa masakan minggu lalu yang masih tersisa dan saya bekukan di freezer. Karena meatballs yang dibuat sudah mengandung saus tomat maka sausnya cukup saya oleskan di permukaan pizza. Bulatan daging dihancurkan dengan garpu menjadi potongan kecil dan ditata dipermukaannya. Saya tidak menambahkan sayuran lainnya, tapi irisan zaitun hitam kalengan membuat rasa pizza lebih nendang, dan parutan segambreng keju menjadikan pizza ini lebih lengkap. Untuk resep meatballs bisa diklik pada link disini.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Pizza dengan Topping Leftover Meatballs
Resep adonan pizza diadaptasikan dari
Untuk 2 loyang pizza
Tertarik dengan resep pizza lainnya? Silahkan cek link dibawah ini:
Bahan pizza:
- 500 gram tepung terigu protein tinggi
- 1 1/2 sendok teh garam
- 1 sendok teh (7 gram) ragi instant, pastikan fresh dan tidak kedaluarsa
- 50 ml minyak zaitun atau mnyak sayur
- 400 ml air es
- sedikit tambahan terigu untuk taburan di meja
Bahan topping:
- saus dan meatballs
- keju parut mudah meleleh dan cheddar
- buah zaitun kalengan, iris melintang tipis
- keju parmessan
Resep meatballs bisa diklik pada link disini.
Cara membuat:
Untuk resep ini saya menggunakan cara cepat, fermentasi di suhu ruang, bukan di dalam chiller. Jika anda hendak menggunakan fermentasi di dalam chiller, maka klik link resep pizza pepperoni disini.
Siapkan mangkuk, masukkan tepung terigu dan ragi instan. Aduk dengan spatula hingga tercampur baik. Masukkan garam, aduk rata. Tuangkan air dingin, dan minyak zaitun. Aduk adonan dengan spatula hingga tercampur dengan baik.
Warning: Adonan pizza ini lembek dan mungkin cukup sulit diuleni jadi lakukan dengan sabar dan perlahan.
Taburkan 2 sendok makan tepung terigu dipermukaan meja, tuangkan adonan pizza di permukaan tepung. Lumuri tangan dengan tepung, uleni pizza perlahan dengan cara menarik, melipat dan membalik-baliknya. Lumuri tangan dengan tepung ketika menyentuh adonan agar tidak lengket dan membuat anda frustasi. Tambahkan 1 - 2 sendok makan tepung terigu jika masih sulit diuleni.
Jangan menekan adonan dengan seluruh telapak tangan, tapi tekan lembut dengan ujung jadi, tekuk dan balikkan berkali-kali hingga adonan terasa mulai membal, elastis dan terasa mulai kalis. Jangan menambahkan banyak tepung walau frustasi mulai mendekati, adonan pizza ini memang lembek dan itu bertujuan untuk menciptakan pizza empuk dengan crust yang garing.
Kalis berarti adonan teruleni dengan baik, umumnya adonan tidak terasa lengket, dan elastis ketika ditarik. Tapi dalam kasus tertentu terutama untuk adonan yang sangat lembek karena mengandung air yang banyak maka adonan tetap terasa lengket walau telah lama diuleni. Jadi jika dirasa adonan mulai kenyal, walau masih lengket, hentikan menguleni. Bulatkan adonan, letakkan di mangkuk yang diolesi dengan minyak. Tutup permukaan mangkuk dengan kain bersih, diamkan di suhu ruang hingga adonan mengembang minimal 2 kali lipat.
Apakah bisa menggunakan mikser heavy duty? Yep bisa.
Jika menggunakan miker: masukkan tepung terigu dan ragi di mangkuk mikser, putar di kecepatan paling rendah selama 3 detik. Matikan mikser, tambahkan garam, putar kembali mikser kecepatan paling rendah 3 detik. Tuangkan air dan minyak, proses dengan kecepatan sedang hingga smooth, dan elastis. Adonan siap di fermentasikan.
Jika adonan sudah mengembang, keluarkan dari mangkuk. Bagi menjadi 2 bagian. Letakkan 1 bagian adonan ke loyang, dan lebarkan. Tebal tipisnya pizza tergantung selera, termasuk juga besarnya loyang, tapi saya suka pizza dengan crust yang tidak terlalu tebal agar garing ketika dipanggang. Bentuk pizza tidak harus kotak atau bulat, jadi berkreasilah. 😃
Olesi permukaannya dengan saus secara merata, jangan terlalu tebal. Tata topping favorit dan taburkan keju. Saya pakai keju mudah meleleh bercampur keju cheddar parut. Panggang pizza di oven yang sudah benar-benar panas, pada suhu 180'C, pengapian atas dan bawah, hingga permukaannya coklat keemasan, keju meleleh dan bagian tepian crust tampak kecoklatan. Keluarkan dari oven, taburi keju parmessan, potong dan santap kala keju masih hangat. Super yummy!
sepertinya enak nih....
BalasHapusMalem mbak Endang...buka jtt surprise deh si pizza nongol..saya tu kl bikin pizza 1 loyang mana cukup...by the way subway..rasa buah zaitun itu gmn mbak?buah lokal ada yg rasanya mirip dgnnya gak ya? terimakasih yaa mbak resep2nya super lezatos
BalasHapusNur_padasan
Hai Mba Nur, zaitun rasanya berlemak, karena sudah diawetkan jadi sedikit asin, tapi aslinya sih tdk terlalu berasa apa2 hahhahha. Tdk ada buah lokal sejenis Mba.
HapusMbak Endang memang top markotob dehhhhh .... sepertinya keinginan saya dikabulkan Allah SWT, lewat jemari lentik Mbak Endang .... Alhamdulillah matur nuwun Ya Gusti Allah, mugi panjenengan limpahkan kesehatan serta rezeki yang barokah untuk mbak ku tersayang ini ... semalam tiba-tiba saja saya raih bahan2 pizza di rak sebuah swalayan, sambil merencanakan mencari resepnya di blog Mbak Endang .... lah kok pagi ini gak usah nyari .... postingan mbak Endang yg fresh from the oven ttg pizza sudah masuk di pesan email saya .... matur nuwun sanget Mbak Endang
BalasHapusThanks Mba Vita, moga resep pizzanya disuka ya. Menurut saya resep adonan pizza ini paling oke hehhehe. sukses yaa
HapusKalau saya justru merasa harus baca blog mba Endang dari awal halaman, dari atas sekali. Karena disana banyak sekali informasi bahkan sejarah sebuah makanan, resep sampai bahan makanannya. Jadinya berasa nambah pengetahuan sekaligus nambah koleksi resep. Banyak resep JTT yg sudah sy eksekusi, dan Alhamdulillah anti gagal. Semoga sehat terus ya mba Endang. Biar bisa nguplek di dapur hehehe
BalasHapusThnaks Mba Rima sharingnya yaa. Senang artikel2 JTT disuka dan bermanfaat juga. sukses yaaa, sehat selalu!
HapusTrims mba resepnya selalu ok bgt..
BalasHapuskalo saya baca blognya harus dr awal sampe ke komen2nya hehehe..karena banyak tips2 yg bagus bgt. Selama ini seneng bgt sama resep dr jtt. Brownies ala starbuck nendang bingit, double chocolate muffin nyoklat bgt. Pokoknya skr kalo cari resep selalu ke jtt. T O P
hai Mba Christina, thanks sharingnya ya, senang sekali artikel dan resep2nya disuka. Sukses yaaa
HapusHi mbk Endang.. sy mau tanya.brp lama ya menunggu adonan sampai mengembang?
BalasHapusKalau sy mau buat stgh resep. Tinggal dibagi dua sj ya mbk ?
Waktu tergantung suhu dapur masing2 mba, makin panas ya makin cepat, sekitar 1 jaman mungkin, tapi yag jelas harus lihat mengembang sampai minimal 2 x.
Hapusyep tinggal dibagi 2 semua bahan
Salam kenal Mbak Endang..
BalasHapusSebelumnya makasih banyak ya mbak untuk share resep-resepnya yg super duper bermanfaat ini. Terutama buat pemula seperti saya ^_^.
Btw, saya udah coba resep ini dan alhamdulillah suami dan anak-anak sukaa. Bahkan ada sebagian yang saya bawa ke kantor, dan teman-teman di kantor juga suka. Hehe..
Sekarang saya pengen bikin lagi, tapi stok tepung tinggal yang tepung serba guna (segitiga biru). Bisa nggak ya mbak, klo tepung itu saya gunakan di resep ini?
salam kenal mba Novita, thanks sharingnya ya, senang resep2 JTT disuka, bs pakai segitiga biru ya mba
HapusSalam kenal Mba Endang yg superr baik...
BalasHapusMau menanggapi....kepercayaan Mba ke Peter R, seperti kepercayaan ku kepada resep2 Mba Endang, bukan lebay lho Mba...
salam kenal ya Mba, wakkakaka thanks yaaaaa, membuat saya terbang ke langit
HapusMakasih ya mbk end atas resep2nya.sya sering bkin piza pepperoni ma ayam unkep kuningnya.moga mjdi amal jariyah bwt mbk.mbk nanya klo adonan piza mau disimpen di frzer adonan biar ngembang dlu apa langsung frzer stlah diadoni mbk.mksih ya atas jawabannya
BalasHapusamiin, sama2 Mba, senang resepnya disuka, sukses yaaa
Hapus