Hujan deras yang rajin mengguyur Jakarta beberapa waktu belakangan memang cukup membuat semangat berangkat ke kantor luluh lantak. Contohnya pagi ini, walau dari sejak malam hujan terus menerus turun namun keesokan paginya masih berlanjut lagi dengan gerimis yang cukup membuat basah kuyup. Saya cukup beruntung pagi ini berangkat lebih awal dari biasanya, hanya sedikit terguyur gerimis dan tatkala telah nyaman berada didalam angkutan umum gerimis pun berubah menjadi rintik yang lebat. Betapa inginnya dalam saat-saat seperti ini masih bergelung dibawah bed cover dibuai suara hujan yang membuat hati damai dalam kesejukan pagi. Atau asyik 'ngendon' dirumah ditemani dengan secangkir coklat panas. Tapi mana mungkin itu terjadi? Jadi walau harus berjuang dibawah payung tua yang meliuk-liuk ditiup angin, pergi ke kantor tetap harus dilakukan. 😁
Tapi jika hari libur maka hujan justru dinantikan dan diharapkan. Udara yang sejuk dan cuaca muram memang cocok untuk bermalas-malasan sepanjang hari atau memasak hidangan yang berkuah. Nah weekend lalu saya mengisinya dengan membuat sewajan mi ayam kangkung yang sedap ini. Menu ini sebenarnya pernah saya share sebelumnya di blog, bertahun-tahun yang lampau. Kini saya recook dengan sedikit modifikasi.
Nah sejak pagi saya telah berbelanja aneka sayuran di pasar. Bayam, kangkung, jamur, tauge, sawi, pak coy dan aneka dedaunan hijau lainnya selalu menjadi target utama dan menjadi stok untuk beberapa hari. Sejujurnya dedaunan hijau ini tidak bisa bertahan lama, saya sudah mencoba aneka cara untuk membuatnya tetap awet di kulkas. Namun cara terbaik hanya dengan menyianginya dan menyimpannya di sebuah kantung plastik. Untuk sayuran keras seperti buncis, wortel atau kacang panjang, saya tidak pernah menemui kendala karena bisa dibekukan. Tapi tetap saja menyantap buncis setiap hari lama-lama akan terasa membosankan juga. Saat ini saya bahkan masih memiliki 1 kilogram buncis segar di kulkas, entah akan diolah menjadi makanan apa.
Membuat mi ayam kangkung sangat mudah. Saya memilih menggunakan fillet dada ayam walau saya akui bagian pahanya lebih sedap dan empuk. Mi kangkung walau terkenal diberbagai daerah di Jawa, namun makanan ini sebenarnya merupakan hidangan khas Betawi dan Jakarta. Tampilannya seperti mi ayam yamin tapi memiliki kuah lebih banyak dengan tekstur kuah yang kental, kecoklatan, dengan rasa sedikit manis. Sesuai dengan namanya maka mi ini disajikan bersama kangkung rebus, tauge, jamur, telur rebus (umumnya telur puyuh), dan bakso. Walau berasal dari Jakarta namun saya sendiri jarang menemukan mi ini dijual umum sebagaimana mi ayam yang banyak berjajar di pinggiran jalan. Beberapa kali menyantapnya adalah ketika kantor saya mengadakan satu acara dan salah satu hidangannya adalah mi kangkung. Sejak mencicipinya pertama kali itu maka masakan ini menjadi salah satu menu favorit kala harus mengolah mi.
Bumbu mi kangkung menurut saya tidak jauh berbeda dengan mi ayam umumnya, namun dengan tambahan banyak kecap manis untuk membuat tampilannya kecoklatan. Ayam bisa dipisah sebagaimana mi ayam biasa, namun demi praktisnya saya mencampurnya langsung bersama kuah. Umumnya mi hadir dengan banyak kuah yang bertekstur kental namun saya lebih suka versi agak nyemek-nyemek karena kuah kental yang terlalu banyak membuat rasa masakan menjadi lebih strong dan agak eneg. Tapi tentu saja itu kembali ke selera masing-masing, yang jelas untuk resep dibawah bisa disajikan untuk 3 porsi dengan kuah yang cukup banyak di masing-masing porsinya.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Mi Ayam Kangkung
Resep hasil modifikasi sendiri
- 200 gram daging ayam, cincang kasar (bisa paha atau dada)
- 200 gram mi kering keriting
- 1 ikat kangkung, siangi daunnya
- 1 mangkuk kecil tauge, siram air panas
- 1 batang daun bawang, rajang halus
- 2 butir telur ayam rebus, belah masing-masing menjadi 2 bagian
Bumbu:
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 1/2 sendok makan minyak wijen
- 5 siung bawang merah, cincang halus
- 4 siung bawang putih, cincang halus
- 3 cm lengkuas, memarkan
- 1 cm jahe, memarkan
- 1 batang serai, memarkan
- 3 lembar daun salam
- 2 lembar daun jeruk purut
- 1 sendok makan saus tiram
- 2 - 3 sendok makan kecap manis
- 1 sendok makan kecap asin
- 500 ml air
- 1 sendok teh merica bubuk
- 1 1/2 sendok teh garam
- 1/2 sendok makan gula pasir
- 1 sendok makan tepung maizena dilarutkan dengan 4 sendok makan air
Bahan lainnya (optional):
- bawang goreng untuk taburan
- irisan cabai rawit
- irisan jeruk nipis
- bakso sapi rebus
Cara membuat:
Siapkan ayam, saya pakai fillet dada, cincang kasar. Sisihkan. Rebus mi hingga matang dan tiriskan, sisihkan. Rendam tauge selama 2 menit dalam air panas, tiriskan. Rebus kangkung hingga empuk dan matang, sisihkan.
Siapkan wajan, panaskan minyak dan minyak wijen. Tumis bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, serai, daun salam dan daun jeruk hingga harum dan matang. Masukkan cincangan ayam, aduk dan tumis hingga ayam berubah warna menjadi pucat. Tambahkan saus tiram, kecap asin dan kecap manis, tumis selama beberapa detik. Tuangkan air, masak hingga mendidih dan ayam matang. Tambahkan merica, garam, dan gula pasir, aduk rata.
Masukkan larutan maizena, masak dengan api sedang sambil diaduk hingga kuah kental. Cicipi rasanya, sesuaikan asin dan manisnya. Angkat.
Siapkan mangkuk saji, tata mie rebus, kangkung rebus dan tauge. Siram dengan kuah dan ayam. Tata telur rebus diatasnya dan sajikan dengan rajangan daun bawang, cabai rawit dan jeruk nipis. Super yummy!
Mbak Endang...payungnya kayaknya awet yaa...payungku sampe 1thn dah ganti 3x..#gak penting...wkwkwkwkw
BalasHapusNur_padasan
awet banget Mba Nur, beli sejak lebih dr 5 tahun lalu, sampai sekrang masih ok. beli di carfur padahal wakkakak
Hapus