Ah, sebelum mengoceh berpuluh-puluh paragraf, saya ucapkan Selamat Tahun Baru 2018! Tahun ini harus lebih baik dari sebelumnya dalam hal apapun. Doa singkat dari seorang pemalas. Gubrak!
Prediksi saya ternyata salah. Di pukul satu siang, jalanan di Jakarta kosong melompong! Taksi yang saya tumpangi melaju lancar tanpa hambatan dan hanya memerlukan waktu satu setengah jam saja untuk tiba di bandara. Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta sebenarnya kurang saya sukai, ukurannya yang jumbo membuat jarak antar gate atau jarak apapun terasa sangat jauh. Di libur panjang akhir tahun bandara penuh oleh para traveler, bahkan antrian menuju x-ray yang biasanya lancar kini mengular panjang. Terus terang saya cukup deg-degan juga melewati mesin pemindai. Saya membawa baking powder Hercules yang dibungkus didalam plastik kecil karena berencana hendak mengeksekusi satu resep di Batam. Baking powder yang berbentuk tepung putih memang tampak seperti buntalan kecil narkoba di film-film a la Hollywood. Bukan karena takut harus menjelaskan isi bungkusan tersebut, melainkan rasa malu harus membuka koper. Saya paling malas berurusan dengan packing, jadi semua barang diceburkan jadi satu dalam kondisi acak adul.
Cowok di depan saya memasukkan kopernya ke mesin pemindai, diikuti dengan koper saya. Kecurigaan saya sepertinya benar, salah satu petugas yang tadinya duduk-duduk santai tiba-tiba berdiri sigap seakan hendak bersiap memeriksa salah satu bagasi. Saya pasrah, mulai menyusun untaian kalimat indah berisi penjelasan mengenai baking powder dan mencari cara membuka koper tanpa mengekspose pakaian dalam yang tergeletak ditumpukan paling atas. "Tolong kopernya dibuka", petugas tersebut mengucapkan kata perintah. Cowok didepan celingukan dan menoleh ke saya, sementara saya sibuk memandangi petugas yang menatap cowok tersebut. Ternyata petugas meminta si cowok untuk membuka kopernya! Tanpa banyak 'cing-cong' saya langsung menyambar koper dan berlalu sejauh mungkin dari mesin x-ray. Siapa tahu ternyata petugas tersebut salah periksa dan berubah pikiran bukan?
Waktu yang masih panjang dan perut yang kelaparan berat menuntut untuk diisi. Makanan yang saya inginkan saat itu hanyalah chicken karaage a la Shaburi. Sejak menyantap ayam goreng juicy khas Jepang di restoran all you can eat tersebut beberapa minggu yang lalu maka hanya makanan itulah yang ada di otak saya, setiap hari. Hampir semua restoran penuh sesak dengan pengunjung dan dimana saya bisa menemukan chicken karaage selezat Shaburi di airport? Makanan yang sedikit mirip adalah chicken katsu di resto Marugame Udon, tapi tak ada satupun kursi available. Sedikit mulai putus asa saya berjalan menuju ke bagian keberangkatan internasional dan mata saya hampir melotot tak percaya kala melihat tulisan besar Shaburi Express disalah satu resto yang berjajar disana. Betapa lucky-nya saya hari ini, dan ini jarang sekali terjadi. Tergopoh-gopoh koper saya seret kesana. Apapun yang terjadi saya harus berhasil menyantap chicken karaage sebanyak-banyaknya!
"Kursinya masih penuh, bisa tunggu sekitar 10 menit lagi?" Tanya petugas resto dengan tatapan penuh harap agar saya bersedia menunggu. "Santai saja Mas, penerbangan saya masih lama kok," jawab saya dengan senyum selebar tampah. Shaburi Express berbeda dengan resto Shaburi biasa, set menu memiliki harga jauh lebih murah karena porsi daging sapi yang dibatasi sementara side dish lainnya bisa dimakan sepuasnya. Saya tidak bermasalah dengan porsi daging sapi yang hanya diberikan 1 kotak kecil, target saya adalah menyantap chicken karaage semampu perut bisa menampungnya. Kursi dipilih dan beruntung letaknya menghadap posisi chicken karaage. Sepertinya hampir semua pengunjung di resto tersebut memiliki pikiran yang sama dengan saya, setiap kali ayam goreng tersebut di refill langsung ludes hanya menyisakan tetesan minyak diwadah. Saya sendiri telah menyiapkan sebuah mangkuk kosong didepan hidung yang bisa langsung disambar begitu melihat wadah chicken karaage di counter terisi. Dua kali bolak-balik perut saya hampir meledak kekenyangan, makanan lain berupa rebus-rebusan tidak terlalu saya pedulikan.
Di pukul tiga sebuah SMS menyesakkan dada masuk dari airline, isinya penundaan penerbangan. Boarding di pukul 18.40 berubah menjadi pukul 20.30! Saya hampir berteriak membacanya, ini delay terlama yang pernah terjadi dalam hidup saya. Sepertinya hampir semua penerbangan mengalami delay dengan waktu yang cukup lama. Tak tahu harus melakukan apa saya melewatkan waktu dengan browsing tak tentu arah hingga mata terasa buram. Mulai mati gaya saya lantas mendorong troli dan mencetuskan ide berolah raga dengan berkeliling di ruang tunggu keberangkatan yang super luas tersebut. Walau sudah melakukan check in saya malas untuk berjalan menuju ke gate karena waktu yang masih lama serta banyaknya tempat nongkrong dan resto yang lebih menarik di ruang keberangkatan. Tiga kali berputar-putar seperti orang gila, saya mulai putus asa dan akhirnya berlabuh di kafe Tours le Jours. Secangkir green tea latte dan sepotong cinnamon rolls akhirnya masuk ke perut, dan ketika waktu menunjukkan pukul 18.20 saya pun keluar dari kafe. Kekenyangan dan bosan berat, saya iseng menuju ke papan informasi keberangkatan untuk mengecek pesawat. Kali ini saya hampir berteriak kedua kalinya kala melihat pesawat dengan penerbangan ke Batam statusnya 'on time schedule' boarding di pukul 18.40!
Tiba di gate 20 saya langsung menuju ke meja petugas, "Sore Mba, bisa dicek GA158 boarding timenya jam berapa?" Petugas melakukan beberapa klik di keyboard dan saya mendapatkan jawaban yang mengecewakan sekaligus melegakan, "GA158 delay, boarding time jam 21.00," pesawat bertambah delay-nya 30 menit. "Tapi kenapa di papan tulisannya masih on time schedule di pukul 18.30 ya?" Tanya saya memastikan. "Papannya belum update, pesawatnya bahkan belum datang dari Batam," jawab si petugas. Saya berjalan ke jajaran kursi yang tersedia disana. Penumpang lainnya terlihat sibuk mengambil ransum roti dalam kotak yang dibagi-bagikan petugas airline, saya tidak terlalu berminat mengunyah roti. Hari itu adalah perjalanan ke Batam terlama yang pernah saya alami, delay yang parah itu dilanjutkan dengan menunggu antrian pesawat kala hendak take off di landasan selama 30 menit membuat saya tiba di Batam di pukul 12 malam. Batam sedang dihajar hujan super deras, kakak saya yang harus berjuang sendiri menyetir mobil dimalam gulita dalam derasnya hujan telah berada di airport menunggu. Dia tertawa ngakak melihat tampang saya yang lesu. "Dari jam satu siang berangkat tiba di jam 12 malam. Tobat!"
Dan sekarang menuju ke ogura cake yang resepnya saya share kali ini. Cake ini seharusnya bernama zebra ogura cake. Garis kuning dan coklat yang berselang-seling membentuk pola seperti kulit zebra yang cantik. Namun seperti biasa, membuat cake atau kue dengan tampilan cantik sepertinya tidak ada didalam DNA saya, jadi zebra ogura cake ini berakhir tak jelas. Ketika saya share foto dan resepnya di Instagram, banyak yang bertanya bagaimana membuat pola seperti ini. Lapisan coklat dibawah, dan garis-garis coklat di lapisan kuning pada sisi atas. Percayalah, jika pola ini dianggap cantik maka ini semua dibuat dengan tidak sengaja, semua karena accident, dan kemungkinan susah diulang kembali.
Ogura cake adalah jenis cake yang lembut, ringan, airy, hampir mirip dengan chiffon cake hanya ogura lebih lembab, tidak kering seperti chiffon. Ini karena ogura dipanggang dengan teknik au bain marie dimana loyang berisi cake diletakkan di loyang lainnya berisi air panas. Teknik ini membuat uap air terbentuk didalam oven membuat cake dipanggang perlahan dalam suhu yang tidak terlalu ekstrim tinggi, mencegah permukaan cake retak dan merekah serta membuat teksturnya lebih moist. Saya pernah membuat versi cake ogura green tea, resepnya bisa diklik pada link disini.
Hal penting lainnya adalah cake ini akan naik cukup tinggi kala dipanggang, jadi gunakan loyang tanpa sambungan dibagian dasarnya dengan tinggi minimal 10 cm dan diameter 20 cm. Karena tidak memiliki loyang dengan tinggi hingga 10 cm, saya lantas memakai panci keramik tahan panas. Sayangnya panci saya terlalu lebar (diamater sekitar 23 cm) dengan tinggi sekitar 9 cm, sehingga cake kurang terlihat tinggi. Karena adonan sangat fragile, rapuh dan mudah sekali kempes, maka jangan olesi permukaan loyang dengan mentega, cukup alasi dasar loyang dengan kertas baking. Adonan perlu menempel dan melekat didinding loyang kala merayap naik saat cake mengembang. Kondisinya yang menempel ini mencegah cake tenggelam dan kempes.
Selebihnya membuat cake ini sebenarnya relatif mudah, selama semua step-stepnya diikuti dengan seksama. Berikut resep dan prosesnya ya.
Ogura Cake
Untuk 1 loyang cake diameter 20 cm
Tertarik dengan resep cake lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Green Tea Ogura Cake
Cream Cheese Chiffon Cake
Japanese Cheesecake
Bahan:
- 5 butir kuning telur
- 1 butir telur
- 60 gram minyak sayur
- 80 ml susu cair
- 1 sendok teh vanilla extract
- 80 gram tepung terigu protein rendah
- 1/6 sendok teh garam
- 5 buah putih telur
- 1 sendok teh air jeruk lemon (optional)
- 85 gram gula pasir
- beberapa tetes pewarna kuning (optional)
Persiapan:
Siapkan sebuah loyang tanpa sambungan diameter 20 cm tinggi 10 cm (saya menggunakan pan keramik). Alasi bagian dasar loyang dengan kertas baking, jangan olesi sisi loyang dengan mentega/margarine.
Panaskan oven, set disuhu 150'C, api atas dan bawah. Letakkan rak pemanggang dibagian bawah jika oven anda pendek seperti milik saya. Jika menggunakan oven yang tinggi letakkan rak pemanggang di tengah.
Siapkan juga sebuah loyang lain yang lebih besar dan bisa menampung loyang berisi adonan cake. Kita akan mengisinya dengan air panas dan memanggang cake dengan teknik au bain marie.
Pisahkan kuning telur dari putihnya ketika masih dingin (baru saja keluar dari kulkas), saat masih dingin telur lebih kental dan kuningnya tidak mudah pecah. Putih telur harus bebas lemak/minyak atau tetesan kuning telur.
Siapkan mangkuk kecil, masukkan coklat bubuk dan air panas, aduk hingga menjadi pasta kental. Jika terlalu kental biarkan, kita akan mengencerkannya nanti dengan adonan. Jadi jangan menambahkan terlalu banyak air panas.
Aduk jadi satu di mangkuk tepung terigu dan garam, sisihkan.
Cara membuat:
Masukkan tepung terigu dengan cara diayak langsung diatas adonan, kocok dengan speed terendah beberapa detik hingga tercampur saja. Jangan over-mixed, jika masih ada serpihan tepung biarkan. Matikan mikser. Jika masih ada serpihan tepung, aduk perlahan dengan spatula. Sisihkan.
Ambil satu sendok sayur kocokan putih telur, masukkan ke adonan dasar, aduk cepat untuk mengencerkan adonan dasar dan membuat sisa putih telur mudah tercampur. Masukkan sisa putih telur dalam 3 tahapan, aduk teknik aduk balik dengan gerakan lembut tetapi cepat hingga adonan tercampur baik. Jangan over mixing.
Bagi adonan menjadi 2 bagian yang sama (masing-masing sekitar 350 gram). Kita akan membuat dua lapisan adonan (coklat dan kuning).
Masukkan 1 sendok makan adonan dari lapisan coklat ke pasta coklat, aduk cepat agar pasta coklat menjadi encer, jika kurang cair tambahkan adonan. Tuangkan pasta coklat yang sudah diencerkan ke adonan lapisan coklat di mangkuk. Aduk balik hingga tercampur baik. Sisihkan.
Tambahkan beberapa tetes pewarna kuning di lapisan adonan kuning, aduk balik hingga tercampur baik.
Tuangkan satu sendok sayur adonan kuning di dasar mangkuk, tuangkan 1 sendok sayur adonan coklat diatas adonan kuning. Lakukan berselang-seling hingga adonan habis dan loyang penuh. Goyangkan loyang sesekali agar adonan melebar dengan baik. Letakkan loyang berisi adonan ke loyang lain yang lebih besar. Tuangkan air panas ke loyang besar, air panas setidaknya setinggi 2 cm dari dasar loyang berisi adonan cake.
Masukkan loyang ke oven, panggang selama 50 menit atau hingga permukaan cake terasa keras dan membal ketika ditekan. Cek dengan tusuk lidi untuk memastikannya. Keluarkan cake dari oven, angkat loyang cake dari loyang berisi air panas, diamkan selama 5 menit.
Lepaskan cake dari loyang dengan menyisirkan sebuah pisau tajam di tepian loyang. Balikkan cake dan segera kembalikan posisinya. Biarkan cake benar-benar dingin sebelum dipotong. Sajikan. Super yummy!
Hyyaaa....ikut ngos2an bacanya,
BalasHapuswakkakak, saya nulisnya juga ngos2an
HapusCeritanya menggambarkan sebagian maskapai penerbangan kita msh amatiran ya... tapi lari-larinya bagus juga untuk bakar lemak he he... peace V
BalasHapushahhaha, kalau tahu bakalan lari2an saya gak bakalan olah raga keliling ruangan Mba. jadi kelenger habis
HapusBaca judulnya resep ogura langsung ingat oleh-oleh khas Batam. Hihihi...berarti pinter pemilik brand menancapkan imagenya. Trus baca ceritanya ternyata mbak endang baru liburan ke Batam ya. Salam kenal dari Batam mbak. :)
BalasHapusSalam kenal Mba Indy, waak saya malah nggak tahu ogura jadi oleh2 khas Batam hahahah. Saya kalau ke batam belinya coklat2 di top 100 hahahhaha
HapusMemang baru sih mbak Endang. Kue kekinian artis punya irwansyah sama Dimas Seto mbak. Iya bener2 kalau batam identik sama coklat2 tapi sekarang udah mulai banyak pilihan varian oleh-olehnya, ala artis aja udah ada tiga, jadi oleh-olehnya bisa ganti-ganti...:D
Hapushiburan di pagi hari mbak...sambil breakfast cereal sambil cekikikan bayangin mbak endang lari2 hahahaha....
BalasHapushaiya, super capek banget Mba, penerbangan hanya 1 jam 30 menit tapi harus ditempuh seharian hiksss
HapusSelamat tahun baru, mbak Endang! Semoga semakin sehat dan sukses ya. Saya coba 2x Ogura cake dari resep lain. Hasilnya lembut, hanya adonan kuning terlalu padat. Jadi wkt dicampur dg adonan putih agak bergerindil. Caranya pun hanya diaduk dg whisk untuk adonan kuning.
BalasHapusSaya akan coba resep ini, mudah2an lebih bagus hasilnya. Mama saya suka tekstur kue yang lembut, nyaman buat gigi beliau. Ha...ha...
Thanks Mba! Met tahun baru juga yaaa, sukses dan sehat selalu ditahun2 berikutnya.
Hapusyep. resep ogura ini agak berbeda, biasaya adonan kuning cukup di whisk saja kaya chiffon ya, yang ini memang berbeda. sukses yaaa
Minggu kemarin sdh saya eksekusi, mbak. Hasilnya lumayan, tapi saya blm puas. Bagian bawah kira2 0,5 mm bantat..., mungkin kerembesan air. Saya tdk punya loyang bulat tanpa sambungan, jadi pake yg ada dg sambungan (bukan bongkar pasang). Teksturnya mirip chiffon cake ya, mbak. Nah, coraknya tdk bagus. Adonan coklat keenceran, jadi wkt saya timpa langsung ambles.... Ok deh, lain kali saya coba lagi. O ya, barusan saya pesen loyang bulat tanpa sambungan di online shop. Terima kasih.
HapusSisca - Surabaya
halo Mba Sisca, bagian bawah bantat karena adonan coklat encer sehingga turun dan mengendap dibawah. Paling aman pakai pasta coklat saja jadi proses mengaduknya tidak berlebihan dan tidak menambahkan air lagi seperti jika pakai coklat bubuk. Moga sukses yaa
HapusO begitu ya. Baiklah, kapan2 saya coba lagi. Terima kasih masukannya.
HapusSisca - Surabaya
Mba Endang....selamat tahun baru ya. Gate 20? Ampun deh...capek betisnya mba...wkwkwkw (Shiny - BPN)
BalasHapusHalo Mba Shiny! Thanks yaa, dan met tahun baru juga yaa. Iyaaa, gempor habis daaah
HapusSampe dibatam minta dipijitin mbak Wulan ya mbak?
BalasHapusNur_padasan
wakakak,nggak, langsung tidur dan besok fresh lagi ^_^
HapusSalam kenal mba. Saya mau request boleh? Ogura cake labu mba dan ogura cake versi kentang. Terima kasih...
BalasHapussalam kenal mba, hmm belum pernah buat wakakka, next time kalau ada waktu saya coba
HapusAir panas dua sendok buat apa ya mba endang 😅
BalasHapuslho kan buat melarutkan coklat bubuknya, coba baca lagi instruksinya
Hapushalo mbaak.misalnya loyang yg berisi adonan pake loyang silicon bisa kah? makasih
BalasHapushalo mbaak.misalnya loyang yg berisi adonan pake loyang silicon bisa kah? makasih
BalasHapus