Masalah utama dengan hobi berkebun selalu berurusan dengan lahan, terutama jika tinggal di kota besar seperti Jakarta, dimana lahan harganya tidak manusiawi. Rumah-rumah berukuran imut dengan teras secuplik yang umumnya tertutup paving atau beton cor. Jikalau ada rumah dengan lahan luas, seringkali ditanami dengan rumput gajah mini. Saya jarang sekali melihat rumah berhalaman luas yang ditanam dengan tanaman yang bisa bermanfaat buat dapur. Tapi bercocok tanam sebenarnya bisa dilakukan dimanapun, selama ada sinar matahari, air dan media tanam. Karena saya tinggal di sebuah rumah yang memiliki halaman kecil, maka saya mengakalinya dengan pot. Berpuluh-puluh pot tanaman berbagai ukuran nangkring didepan rumah, saya menanam apapun disana, bahkan dua batang pohon mangga pun masuk kedalam pot.
Halaman secuplik sebenarnya bukan penghalang untuk menyalurkan hobi bercocok tanam, justru disitulah letak tantangannya. Bagaimana membuat lahan terbatas menjadi maksimal dan penuh dengan tanaman bermanfaat. Ada banyak cara bertanam untuk lahan mini misal dengan pot, hidroponik, vertikal, atau microgreens. Nah untuk benih atau bibitnya, memang benih bersertifikat umumnya memberikan hasil lebih baik, tapi benih atau bibit dari sisa sayuran di dapur pun oke. Saya menanam cabai, tomat dari sisa cabai dan tomat busuk. Sisa batang daun ubi jalar, atau ubinya sendiri yang telah memunculkan tunas bisa ditancapkan ke tanah agar berakar dan tumbuh. Daun ubi jalar kaya gizi dan tanamannya sendiri mudah ditanam.
Mereka yang tinggal di apartemen pun sebenarnya masih bisa juga berkebun, tentu saja dalam skala kecil dan terbatas. Pernah mendengar mengenai microgreens? Microgreens adalah tanaman muda yang tumbuh dari biji-bijian seperti bayam, bit, sawi, brokoli, alfalfa, kedelai, kacang koro Arab, klabet, mustard, biji bunga matahari, dan masih banyak lagi. Biji-bijian ini cukup disemai dalam wadah yang telah dilapisi sedikit tanah atau tisu yang disemprot air agar basah. Tebarkan biji serapat mungkin sehingga ketika tumbuh akan lebat dan kompak. Setiap hari biji harus disemprot air agar tetap lembab dan mampu menumbuhkan tunas.
Microgreens diletakkan di tempat yang tidak terlalu terkena sinar matahari, kalau perlu permukaan wadah ditutup, tujuannya agar tanaman tumbuh tinggi memanjang. Saat sudah berusia 4 - 5 hari microgreens umumnya siap panen, namun dalam kasus tertentu misal biji bunga matahari biasanya waktunya lebih lama. Tanaman bisa langsung dicabut sekaligus bersama akarnya, cuci bersih dan disantap segar bersama salad, omelet atau pecel pun mantap. Saat ini saya sedang berusaha menanam beberapa jenis biji untuk microgreens, jika semuanya sukses akan dishare pada artikel khusus.
Kata biscotti (/bɪˈskɒti/) yang dalam bahasa Inggris berarti twice-cooked (dipanggang dua kali) merupakan bentuk jamak biscotto. Kata ini berasal dari kata dalam bahasa Latin di abad pertengahan biscoctus, artinya 'dipanggang dua kali'. Kondisi ini mengacu pada kue yang dipanggang didalam oven sebanyak dua kali membuat teksturnya menjadi sangat kering, dan bisa disimpan dalam waktu yang lama. Makanan yang tahan lama seperti ini diperlukan sebagai bekal di perjalanan jauh atau saat kondisi perang, biscotti juga menjadi makanan penting bagi para prajurit Romawi saat itu.
Membuat biscotti sangat mudah, resep dibawah menggunakan mikser namun sebenarnya alat tersebut tidak terlalu diperlukan. Telur cukup dikocok sebentar, tidak perlu hingga mengembang, baru kemudian dimasukkan gula bercampur coklat yang telah diproses di food processor hingga hancur, ketika sudah diaduk maka bahan kering (tepung, baking powder, baking soda, dan garam) dimasukkan dan diaduk rata. Terakhir adalah cincangan kacang atau buah kering seperti kismis dan cranberry. Biscotti juga bisa dibuat versi yang tanpa coklat, untuk itu cukup skip coklat blok dan coklat bubuk diresep dan tambahkan buah-buahan kering sebagai variasinya. Adonan biscotti yang terbentuk berat, lengket dan menggumpal, jadi agak sedikit susah untuk mengaduk supaya kacang tercampur baik. Jadi lakukan proses mengaduk dengan perlahan agar tercampur baik.
Biscotti memiliki tekstur keras dan kering, dan memang seperti itulah ciri khasnya. Jadi jangan mengharapkan seperti kue kering yang lumer dimulut, karena biscotti tidak mengandung lemak sama sekali (kecuali kacang yang digunakan). Saat awal digigit akan keras namun ketika dikunyah kue akan meleleh dan tercampur didalam mulut menghasilkan rasa dan sensasi yang super sedap! Saran saya, agar lebih mudah digigit, celupkan biscotti ke dalam minuman hangat, dan kue ini akan menjadi kudapan sedap dan bisa disimpan berbulan-bulan lamanya.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Chocolate Almond Biscotti
Untuk 30 buah biscotti
Tertarik dengan resep kue kering lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Kue Semprit Garing 'Pecah' di Mulut
Kue Kering Coklat Bulan Sabit
Crunchy Peanut Butter Cookies dengan 4 Bahan Saja!
Note: jika tidak memiliki food processor bisa menggunakan chopper, atau cincang coklat menjadi berukuran kecil dan campurkan bersama gula.
Potong-potong kue setebal 2 cm dengan sebuah pisau yang tajam. Tata kembali potongan kue ke loyang, panggang di oven pada suhu 170’C selama 15 menit. Balikkan kue dan panggang sisi lainnya selama 15 menit.
Sumber:
Wikipedia - Biscotti
Gampang banget bikinnya, bisa jadi alternatif kue lebaran nanti. Thanks inspirasinya :)
BalasHapusSama2 Mba, kalau teksturya terlalu keras, tambah sekitar 4 - 5 sdm mentega/margarine. Kocok dulu mentega sampai lembut, baru masuk telur, dan kocok sampai agak bergerindil, baru masuk ke proses yang sama seperti di resep diatas.
Hapuscerita2 pengantarnya selalu saya tunggu..
BalasHapusmungkin karena byk mengingatkan pada kisah sendiri. sempat besar di pulau jawa dan menghabiskan usia 20an merantau, bekerja sambil kuliah di pulau batam (kepri jg kan mbak.. tetangga tanjung pinang), dan skrg ikut suami di jkt..
cerita2 mbak Endang serasa dekat dengan kehidupan saya sendiri.
kondisi ekonomi masa kecil yg memprihatinkan, bullying di masa sekolah, adaptasi yg sulit. aah.. i was there.
lah kok malah mellow sendiri hahaha
semangat terus mbak Endang!
berbagi ilmu yg sangat bermanfaat
Thanks Mba sharingnya, senang resep dan artikelnya disuka. Saya hanya bisa bercerita pengalaman sendiri wakaakakk, walau mungkin membosankan. sukses yaaa
HapusIya bener mbak, kalau nggak ada passion, nggak bakalan mau bersusah susah nanam. Kayak mbakku yg tinggal di serpong, bermodal tanah sempit perumahan, dia tanam segala empon2 dan kebutuhan dapur,terus uwi, pisang, mangga, jambu air, sawo, kelor, dan entah apalagi, ngingu pitik sisan, pitike puluhan. Yang di Ngawi, yg lahannya segambreng kalah malahan. Jadi kalau dia ke Ngawi sering bawain hasil kebunnya, pasti pada ngakak. Ini kenapa yg tinggal di kota yg malah bawain buah2an dan ayam..
BalasHapusWaah mantap itu Mba, saya rencana juga pengen beternak ayam wakakkakk. Kok rasanya pengen punya paling nggak 4 ayam babon, jadi telurnya bisa organik. Berkebun sendiri bs bebas pestisida, dan membuat pikiran rileks hehhehe
HapusOh jadi mba Endang alumni mahasiswa pertanian toh?
BalasHapusEh mba, pohon mangga ditanam dalam pot? Trus kalau sudah besar pohonnya gimana tuh, mba?
wakakakak, iya Mba. alumni pertanian yang berkhianat dan nyebur kerja dibidang lain. Pohon mangga thailand, beli di pameran. Saya berharap jangan membesar hahahha
HapusHallooo mba endang..mau tanya kalo ak pake self raising flour gmn?kadang mau bikin roti pake itu juga..itu tetep pake yeast atau ngga ya?
BalasHapusHalo Mba Fatin, self raising adalah tepung terigu dicampur dengan bahan pengembang (umumnya baking powder), jadi bisa pakai tepung tersebut untuk resep diatas ya.
HapusMbak.... aq bakal cobain resep ini nih... i love you pulll kebangetan deh...
BalasHapusNanti q mention di IG klo sudah jadi... 😂😉
sip, moga suka yaa
Hapus