Sabtu kemarin schedule saya seperti biasa berkunjung ke rumah adik saya, Wiwin, di Mampang untuk bertemu Ibu. Hari itu adalah hari Isra Mi'raj jadi kedua keponakan saya tidak ada yang berangkat les, ini artinya mobil yang biasa dipakai untuk anak-anak, bebas dipergunakan. Saya langsung kontak Mas Dul, supir Wiwin, yang super baik, sopan, dan ramah untuk menemani saya dan Ibu keluar berjalan-jalan. Wiwin sendiri sibuk dilantai atas mengajari Rafif yang duduk dibangku kelas 3 SMP, dan akan berjuang menghadapi UN di hari Seninnya.
Planning saya hari itu adalah membeli media tanam untuk bibit cabai dan tomat yang sudah mulai menjulang tinggi. Saking 'kemaruknya' hendak berkebun, saya terlalu banyak menyebar benih, akibatnya kini banyak sekali bibit yang harus segera di pindahkan ke pot yang lebih besar. Penjual media tanam langganan saya terletak di daerah jalan Antasari, jajaran penjual pot dan material lanskap memang banyak yang membuka tokonya disana. Susahnya berkebun di Jakarta adalah harga media tanam yang cukup mahal. Sekarung media tanam berupa tanah kebun bercampur kompos dan sekam bakar harganya sekitar lima belas hingga dua puluh lima ribu rupiah perkarungnya. Sayangnya tidak semua media tanam kualitasnya oke, dari sekian banyak penjual yang bertaburan didekat rumah maka si Bapak penjual di jalan Antasari lah yang menurut saya produknya paling bagus dengan harga yang cukup terjangkau.
Sebenarnya jika mau dihitung-hitung, berkebun memerlukan biaya yang cukup besar dibandingkan membeli sayur langsung di pasar. Mulai dari benih dari online shop atau toko pertanian, media tanam, pot, hingga pupuk dan obat pembasmi hama organik, memerlukan uang untuk memperolehnya. Beberapa tanaman memang saya tanam dari sisa-sisa sayur di dapur, tapi jika menginginkan jenis sayuran yang lebih variatif seperti sawi, selada, jenis tomat atau cabai yang berbeda, maka mau tak mau benih harus dibeli juga. Mungkin jika tanaman langsung ditanam di tanah maka biayanya bisa lebih ditekan, tapi sayangnya halaman rumah Pete bertanah super tandus, keras, dan jika saya mau nekat menanam di tanah maka kompetisi dengan rumput dan gulma lainnya sangat tinggi. Belum lagi tikus yang merajalela, hewan ini gemar dengan semua jenis tanaman, bahkan beberapa bibit pepaya pun tidak selamat karena dilalap hingga ke pangkal batangnya.
Walau penuh perjuangan dan tidak bisa dibilang terlalu sukses, namun ketika melihat tanaman yang selamat dan tumbuh subur (bisa dihitung dengan jari!), maka rasa puas yang terbersit didalam hati susah untuk dilukiskan. Tiga pohon cabai tumbuh menjulang tinggi dengan bunga dan buah yang melimpah, tomat walau berkali-kali bunganya rontok namun beberapa putik yang selamat berubah menjadi buah yang tampak menggiurkan bergantungan di pohonnya. Daun basil yang segar dan harum bahkan sudah saya panen untuk membuat pizza beberapa waktu yang lalu. Well, memang semua hasil itu tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan tetapi hati ini terasa happy memandangnya.
Kembali ke resep butter cake kali ini. Butter cake merupakan jenis cake yang menurut saya sangat mudah dibuat. Selama kompisisinya benar dan proses mengocok mentega dan gula dilakukan dengan maksimal maka kue pasti berakhir sukses. Di JTT sendiri bahkan butter cake paling banyak saya buat dibandingkan dengan jenis lainnya karena alasan itu tadi, mudah dibuat dan pasti sukses. Untuk teksturnya, maka butter cake cenderung padat (bukan bantat), lembut, dan moist karena kadar menteganya yang tinggi. Satu kelemahan cake jenis ini adalah ketika telur dimasukkan ke dalam adonan mentega maka adonan cenderung mudah bergerindil, terutama jika kurang dikocok maksimal. Biasanya ini terjadi karena telur yang dimasukkan terlalu banyak sementara adonan kurang dikocok lama, akibatnya cairan susah menyatu dengan bahan padat (mentega). Walau kondisi tersebut tidak mempengaruhi kemampuan cake mengembang, namun biasanya kita suka 'geregetan' melihatnya. 😃
Karena bernama butter cake maka untuk hasil cake dengan cita rasa dan tekstur maksimal, gunakanlah mentega dan bukan margarine. Mentega akan memberikan rasa milky dan aroma harum pada cake yang akan mendongkrak kelezatannya. Walau margarin tentu saja tetap bisa digunakan, namun rasanya yang plain dan aromanya yang kurang harum akan membuat cake terasa kurang istimewa.
Selebihnya membuat cake ini sangat mudah, dan lebih sedap ketika dikucuri dengan butterscotch sauce yang resepnya pernah saya share pada link disini. Berikut ini resep dan prosesnya ya.
Butter Cake
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk loyang bundt diameter 24 cm
Tertarik dengan resep cake lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Bahan:
- 225 gram mentega
- 150 gram brown sugar (atau ganti dengan gula pasir biasa)
- 100 gram gula pasir
- 4 butir telur
- 2 sendok teh vanilla extract
- 360 gram tepung terigu protein sedang/serba guna
- 1 1/2 sendok teh baking powder double acting
- 1/2 sendok teh garam
- 250 ml susu cair + 1 1/2 sendok makan air jeruk lemon
Cara membuat:
Siapkan oven, set disuhu 170'C, letakkan rak pemanggang ditengah oven. Siapkan loyang, saya pakai loyang silikon. Jika menggunakan loyang biasa, olesi permukaannya dengan campuran 1 sendok makan margarin + 1 sendok makan minyak goreng + 1 sendok makan tepung terigu.
Siapkan susu cair, tambahkan air jeruk lemon, diamkan hingga mengental. Sisihkan.
Ayak tepung terigu, baking powder, dan garam, didalam mangkuk, sisihkan.
Siapkan mangkuk mikser, masukkan mentega, brown sugar dan gula pasir, kocok dengan speed rendah hingga tercampur rata. Naikkan kecepatan menjadi tinggi dan kocok hingga pucat dan mengembang. Masukkan telur satu persatu sambil dikocok hingga telur tercampur baik. Pastikan satu telur telah tercampur baik, sebelum memasukkan telur berikutnya untuk mencegah adonan bergerindil.
Turunkan kecepatan mikser menjadi paling rendah. Masukkan tepung terigu dan susu cair berselang-seling hingga habis, kocok hanya agar bahan tercampur saja. Matikan mikser.
Tuangkan adonan ke dalam loyang, ratakan permukaannya. Panggang selama 55 - 60 menit atau tes dengan menusukkan lidi di tengah cake. Jika tidak ada adonan basah menempel di lidi maka cake telah matang. Keluarkan dari oven, diamkan selama 10 menit di loyang dan balikkan di rak kawat.
Tunggu hingga cake benar-benar dingin sebelum dipotong atau kucuri permukaannya dengan saus butterscotch. Super yummy!
Mbak Endang aku biasanya cuma nyimak aja dan udah bbrpa kali praktik bikin kue nya...alhamdulillah berhasil smua...btw itu loyangnya lucu sekali...itu bahan loyangnya apa ya mbak?kayaknya di kota ku masih jarang yg ky gt...
BalasHapusHalo Mba, saya pakai loyang silikon ya, banyak yang jual di online shop Mba.
HapusLoyang silikon ini gapapa ya mbak masuk oven? Udah lihat lihat di olshop tapi kok takut meleleh.. 🤣
BalasHapusloyang silikon didesign untuk menerima panas oven mba, aman digunakan. silikon beda sama plastik ya.
HapusHai mba, mau tanya brown sugar bisa diganti dengan gula merah batok tidak? hehehe terimakasih mba.
BalasHapusSalam kenal - Aliynt
salam kenal, tidak ya, ganti dengan palm sugar / gula palem yang butiran untuk baking.
Hapus