Anak-anak di kantor selalu punya cara-cara ajaib meminta traktiran dari Ibu Jane, Direktur kami. Jika hari Jumat telah tiba, dan melihat Ibu masih didalam ruangannya, kami berkasak-kusuk mencari akal agar siang itu bisa makan siang gratis, terutama jika tanggal sudah beranjak tua dan bekal makan siang mulai terasa membosankan. Bu Jane memang sering mengajak kami makan siang di mall disebelah, terutama jika beliau tidak membawa bekal dari rumah. Sepertinya makan siang sendiri di restoran membuat nafsu makan beliau menghilang.
"Eh makan siang dimana nih?" Tanya Mbak Ani ke rekan-rekan disekitar yang tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda lapar. "De, lu bawa bekal makan nggak? Yuk makan!" Ajaknya ke Mba Ade yang masih khusyuk dimejanya, pekerjaannya sedang bermasalah siang ini. "Ah entar dulu deh, ini masih belum kelar," jawab Mbak Ade sama sekali tak menoleh. "Haduh kenapa semangat banget sih? Udah tahu hari ini kita bakalan tetap pulang malam, jadi siang ini mending kita nikmati saja di luar," rayu Mbak Ani, sayangnya teman yang diajak sama sekali tidak menggubrisnya. "Eh Bu Jane masih ada didalam ruangannya lho," kata Uci mengingatkan. "Wah bisa kita tanya, mau ditemenin buat makan siang apa nggak," sambut Mbak Ani tengil. Kami semua ngakak mendengarnya.
Pucuk dicinta makan siang pun tiba, tak diduga Ibu Jane yang tadinya masih berkutat di meja kerjanya tiba-tiba berjalan keluar dan mendekati meja divisi IT yang terletak tidak jauh dari kami. Beliau memberikan beberapa instruksi ke Ferry dan berdiri disana agak lama. Uci yang melihatnya segera berbisik ke Mbak Ani, "Tuh Mbak, Bu Jane ada di meja Ferry," Mbak Ani segera menyambarnya, "Bu, hmm Ibu sudah makan siang belum? Kalau belum kita semua bersedia menemani kok. Takutnya nanti kalau Ibu pingsan kan kita semua bingung." Kami semua langsung menunduk dan pura-pura sibuk ke pekerjaan masing-masing, padahal daun telinga dibuka selebar-lebarnya menunggu jawaban.
"Lho pada belum makan ya? Ayo kita keluar, saya juga belum makan siang." Semua kepala yang tadinya tertunduk langsung terangkat dan bibir kami tersenyum lebar mendengar jawaban Ibu Jane. "Kita sebenarnya dari tadi memang nunggu Ibu lewat sih Bu," jawab Mba Fifi, dan semuanya ngakak tertawa. "Oh gitu, jadi dari tadi memang nungguin saya lewat buat ngajakin makan siang ya," kata Bu Jane tersenyum lebar. Akhir cerita kami semua berbondong-bondong ke mall di sebelah dan makan siang gratis di Sate Khas Senayan. Memang kalau lagi rejeki tidak akan jatuh kemana, 😄
Menuju ke resep paru bacem kali ini. Setelah berhasil mengolah iso alias usus sapi beberapa waktu yang lalu, saya kini berani merambah ke bagian jeroan lain yaitu paru sapi. Seperti biasa, pemasok jeroan sapi andalan saya masih Mbak Fina, dia membelinya di pasar Cimanggis, Ciputat yang buka sejak malam hari. Di pasar tersebut daging sapi dan aneka produk jeroan lainnya masih fresh bahkan kadang terasa hangat ketika dipegang. Satu kilo paru sapi langsung masuk ke freezer, weekend lalu saya eksekusi menjadi bacem paru. Sempat sebagian paru saya ceburkan ke dalam sayur asem iso, namun taste aneh khas paru masih terasa dan membuat perut saya bergolak, akhirnya semua paru berakhir menjadi bacem.
Membuat bacem paru super mudah, sebenarnya sama seperti membuat bacem ayam, tempe dan tahu yang pernah saya post sebelumnya. Kali ini saya mengurangi porsi gula merah karena saya tidak menginginkan rasa bacem yang terlalu manis. Menurut saya rasa paru bacem haruslah sedikit manis, gurih dan asin.
Untuk rasa bacem yang sedap maka perlu menggunakan air kelapa, jika tidak ada maka pakai saja minuman air kelapa kemasan yang sekarang banyak diperjualbelikan di supermarket, rasanya tetap sedap. Kunci penting lainnya adalah gunakan banyak daun salam dan lengkuas untuk aroma harum khas bacem sekaligus menghilangkan bau amis paru. Nah langkah penting lainnya kala memasak jeroan adalah selalu buang air rebusan pertama dan cuci paru hingga bersih sebelum direbus bersama bumbunya. Air rebusan pertama sebenarnya darah yang terebus dan mengapung, yang akan memberikan rasa amis pada masakan.
Terus terang ini adalah masakan paru pertama yang saya buat sendiri di rumah, mengiris potongan paru mentah menjadi irisan tipis membutuhkan perjuangan dan agak susah dilakukan, saran saya buat potongan besar dan ketika paru telah matang baru dipotong menjadi ukuran yang lebih tipis. Jika anda belum pernah memasak paru, mungkin agak sedikit heran ketika awal proses perebusan. Potongan paru menjadi mengembang dan kaku, tidak perlu khawatir, lanjutkan proses merebus hingga paru benar-benar empuk. Ketika telah empuk maka paru akan menyusut drastis dari ukuran semula, lemas dan lunak. Pastikan untuk merebus paru hingga benar-benar empuk, tes dengan mengiris paru menggunakan sendok. Jika belum empuk sementara air telah habis, tambahkan air dan rebus paru hingga benar-benar lunak. Paru bacem sedap dimakan begitu saja, namun saya lebih suka digoreng sebentar agar permukaannya menjadi kering namun bagian dalamnya masih lunak dan lembut.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Paru Bacem
Tertarik dengan resep bacem lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Ayam Bacem dan Sambal Terasi Goreng
Bacem Tempe dan Tahu
Bahan:
Mbak, maaf itu parunya 700 gr kali ya ..
BalasHapusBelum pernah makan paru selain berupa kripik. Saya dulu suka kripik paru tapi sekarang udah gak berani makan jeroan.
Saya selalu suka dgn resep2 mbak Endang krn langkah2 nya jelas.
Makasih udah berbagi ya mbak.
-irene
wakakka, bukan Mba, 700 gram saja. Belum pernah bikin keripik paru, keknya kudu goreng minyak banyak sampai kering. Ini pertama kali masak paru, menurut saya dibacem juga maknyus hehehe
Hapusmbak endang ... mau dong postingan tentang merk saus yg dipakai hihi :D
BalasHapussaus seperti kecap dll? kecap asin saya pakai lee kum kee, kecap manis pakai kecap benteng, SH, saus tiram pakai lee kum kee, minyak wijen pakai lee kum kee hehehe. Kecap inggris pakai lea and perrins. tapi kalau tanya halal, beberapa merk belum halal ya hehhehe
HapusHanya ingin memberikam komen "Mba Endang is the Best".
BalasHapusThank you for sharing to the world ya mba...
Love your story and most of all love your blog.
Warm regards,
Hanny
Thanks Mba Hanny, senang JTT disuka, sukses yaaa
HapusPakai Kecap khas Pati mbak dijamin Ketagihan, Kalo buat Kecap Meja enak yang merk 3 Keong kalo buat masak enak merk lele atau cap gentong
BalasHapusWah di Jakarta dan sekitarnya yang terkenal kecap Benteng cap SH, ini made in tangerang, orang tangerang fanatik sama kecap ini hehhehe
HapusMbak... masak paru mentah 700 gr matengnya memang jd menyusut ya gram barunya?
BalasHapusyep, paru jauh sekali menyusutnya.
Hapus