Kantor saya sedang dihebohkan dengan cerita horor, sebenarnya bukan akhir-akhir ini saja tapi selentingan tentang adanya makhluk ghaib ini sudah didesahkan sejak beberapa tahun yang lalu. Cerita selalu dimulai dan diakhiri dengan seorang karyawan yang memiliki indra keenam alias sixth sense, dan berhubung saya tidak memiliki indra nomor enam tersebut maka cerita-cerita horor tersebut tidak terlalu saya pedulikan. Terus terang saya tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau horor, anti menonton film horor atau mendengar cerita horor. Bukan karena saya tidak percaya hal-hal semacam itu, saya yakin ada banyak jenis makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT baik yang kasat mata maupun yang tak tampak, namun terlalu terlibat didalamnya membuat hidup saya akan dipenuhi bayangan nightmare. Hidup sudah cukup complicated dan susah, mengapa harus ditakut-takuti lagi dengan hal-hal berbau horor bukan? Itu prinsip saya.
Nah ketika karyawan berindra keenam terakhir resign dua tahun yang lalu, maka cerita horor di kantor saya tidak terdengar gaungnya, hingga seorang karyawan baru masuk beberapa bulan yang lalu dan mengaku seorang indigo. Sejak itu hampir setiap hari ada cerita horor yang diobrolin rekan-rekan di kantor. Penampakan makhluk ghaib yang diceritakan bermacam-macam, mulai dari perempuan berambut panjang (cerita klasik), nenek-nenek dengan punggung bungkuk yang berjalan menembus kaca jendela, bayangan gelap yang bergerak, suara perempuan bernyanyi-nyanyi di toilet padahal hanya ada beberapa karyawan yang tersisa, dan banyak cerita aneh lainnya yang berusaha tidak saya dengarkan. Jika rekan kantor didepan saya mulai bercerita ke rekan disebelahnya, saya segera mengambil earphone dan menyumpal telinga ini dengan Phil Collins.
Tak habis pikir juga bagaimana sebuah gedung terang benderang dan berada nun di lantai 21 bisa terjadi hal-hal horor. Saya sendiri belum pernah mengalami kejadian aneh di kantor ini, atau kejadian aneh di kantor sebelumnya yang jauh lebih horor suasananya, padahal dulu ketika awal kami pindah ke kantor ini setiap Sabtu saya selalu masuk untuk memastikan instalasi sistem trading berjalan mulus. Seringkali pekerjaan dilakukan hingga malam hari dan hanya ada dua atau tiga karyawan di kantor plus seorang office boy, tapi tidak pernah ada hal ganjil terjadi. Mungkin karena perasaan saya jika berurusan dengan makhluk halus benar-benar tumpul sehingga jikalau adapun tidak pernah dirasakan. Entahlah.
Lucunya sejak penampakan sering terjadi maka rekan-rekan kantor terutama yang wanita jika sudah diatas pukul enam malam mulai takut pergi ke toilet sendirian. Teriakan, "Siapa yang mau ke toilet ya?" Adalah hal yang biasa terdengar. Lebih menggelikan lagi, teman-teman saya para pecinta film horor, yang tidak pernah absen menonton di bioskop sebelah kantor ketika film horor diputar, juga takut pergi ke toilet sendirian. Masih mendingan saya yang tidak suka film horor tapi kalau urusan ke toilet walau tengah malam pun pasti akan dijabanin, batin saya sedikit mencemooh. Jika dulu banyak yang bermalas-malasan pulang dan asyik berkutat di depan komputer walau jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, kini cepat-cepat 'ngacir' ketika rekan lainnya memperlihatkan tanda-tanda pulang. Office boy di kantor tentu saja paling happy dengan kejadian ini, tidak ada lagi karyawan yang pulang hingga larut malam. 😆
Menuju ke sayur godog kali ini. Resepnya sudah pernah saya share sebelumnya klik link disini untuk melihat resep sebelumnya, dan kini direcook dengan sedikit modifikasi. Sejak menampilkan resepnya di blog maka banyak pembaca yang berbagi tips dan resep sayur godog khas keluarganya masing-masing, yang paling banyak adalah memberikan saran menambahkan udang segar yang dihaluskan ke bumbu tumisan. Saya sering menggunakan bubuk ebi (udang kering) ke sayur godog, tapi udang segar lumat belum pernah dilakukan, jadi kali ini saya mencobanya.
Ketika bumbu ditumis, aroma udang yang gurih dan khas tercium kuat, berbeda ketika udang hanya dibiarkan dan dimasak utuh begitu saja. Penampilan bumbu memang menjadi terlihat bergerindil karena kandungan daging udang, namun ketika air ditambahkan dan semua bahan matang maka kuah berubah smooth seperti sayur godog umumnya. Bagaimana rasanya? Hmm, mantap! Kuahnya terasa gurih udang, lebih sedap dibandingkan sayur godog yang biasa dibuat. Sepertinya saat Lebaran nanti saya akan membuat sayur godog dengan bumbu ini kembali untuk menemani segambreng ketupat. 😆
Berikut resep dan prosesnya ya.
Sayur Godog
Resep hasil modifikasi sendiri
Untuk 5 porsi
- 20 buah kacang panjang, potong sepanjang 3 cm
- 1 buah labu siam ukuran besar, potong korek api (atau pepaya muda, iris, remas dengan garam hingga lemas dan cuci bersih)
- 250 gram udang kecil, biarkan kulit dan kepalanya atau protein hewani lainnya (daging sapi, ayam)
- 1 liter air
- 80 ml santan kental instan kemasan
Bumbu dihaluskan:
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 5 buah cabai merah keriting
- 4 buah cabai rawit merah
- 3 butir kemiri sangrai
- 50 gram udang segar (biarkan kulit dan kepalanya) atau 2 sendok makan ebi (udang kering) atau 2 sendok makan ebi dihaluskan
Bumbu lainnya:
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 3 cm lengkuas, memarkan
- 3 lembar daun salam
- 3 lembar daun jeruk purut
- 1 batang serai, memarkan
- 10 buah cabai rawit utuh
- 10 buah cabai hijau, iris serong tipis
- 1 papan petai, potong sesuai selera (optional)
- 1/2 sendok makan garam
- 1 sendok makan gula pasir
Cara membuat:
Siapkan blender dry mill, masukkan bumbu yang akan dihaluskan, proses hingga halus. Sisihkan.
Siapkan panci, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus hingga harum, matang dan berubah warnanya menjadi tidak pucat. Masukkan lengkuas, daun salam, daun jeruk, serai, cabai rawit utuh, cabai hijau, dan petai (jika pakai), aduk dan tumis hingga bumbu layu.
Masukkan kacang panjang, aduk dan tumis hingga kacang menjadi layu, tambahkan 1/2 bagian air, masak hingga mendidih dan kacang setengah matang. Tambahkan sisa air, dan labu siam, masak hingga semua bahan matang dan empuk.
Tuangkan santan, udang, gula dan garam, aduk rata dan masak dengan api kecil hingga kuah mendidih, santan matang dan harum serta udang berubah warnanya menjadi kemerahan. Cicipi rasanya, sesuaikan garam dan gulanya. Angkat dan sajikan dengan ketupat atau lontong. Super yummy!
Sama mbaaaa, aku jg gak mau denger kalo ada temen yg cerita horor2 gitu. Bener jg sih kalo ketakutan kdg2 cuma ada di pikiran. Kalo aku sayur santan pasti pake ebi biar wangi, trus udangnya aku goreng sebentar. Trauma mba kalo bau amisss
BalasHapusthanks mba Herlina tipsnya ya. biasanya juga pakai ebi, tapi ini saya coba cara lain
Hapusmaaf, mbak, saya skip dulu karena ada udangnya.. :D
BalasHapussalam kenal mbak. :)
hehehe, tinggal hilangkan udangnya saja, kalau mau lebih gurih tinggal tambah potongan daging sapi
HapusSetuju dengan prinsipnya mbak! Saya juga gak suka film horor. Aku pecinta udang mbak, bakalan suka banget nih
BalasHapusgurih Mba hehehe
HapusSelamat idul fitri mba endend. Maaf lahir bathin ya. Aku biasa bikin juga pake ebi dihaluskan. Pgn coba pake udang segar seperti resep mba ini. Ngomong2 soal horor, dulu aku bisa liat dan rasa. Tp sejak aku cuekin sekarang blas ga bisa. Lebih nyaman sih mba. Dasarnya penakut hahaha
BalasHapusSelamat Hari Raya Idul Fitri juga Mba Harsi, mohon maaf lahir dan batin ya. Wah saya ngeri mba kalau dikasih kemampuan bisa lihat dan rasa, saya juga penakut wkakakka
HapusHalo Mbak Endang, kalo cabe merah keritingnya diganti cabe kering mempengaruhi rasanya ga yaa?
BalasHapustidak Mba, saya juga sering pakai cabai kering
HapusSip. Suksma, Mbak Endang :)
BalasHapussukses juga yaa
HapusMba endang, klo ga pake daging sapi dan udang, pake terasi nya bs ga, seberapa gram dan dimasukinnya ketika di saat yg mana mba?
BalasHapusPliss mba bantu aku
bisa2 saja, walau saya gak pernah pakai mbak, 1 - 1,5 sdt dihaluskan keknya bs.
HapusKlo santan d ganti susu bs mb?
BalasHapusbisa, disesuaikan saja
Hapus