Sayangnya sales representative yang harusnya menemui kami sedang morning briefing, dan apesnya hari itu mereka melakukan meeting lebih lama dari biasanya. Selama hampir satu jam menunggu di lobi, walau pemandangannya indah dan angin pegunungan semilir tetapi lama kelamaan kami menjadi jenuh juga. "Kita nggak dikasih welcome drink nih?" Tanya Pak Wawan, rekan kantor saya sambil celingukan ke arah bar kecil didepan lobi. Saya nyengir, "Mana dikasih, kan kita visit buat compare harga. Bukan mau menginap," dan kami pun duduk menunggu bersama rasa haus yang mulai mendera di tenggorokan.
Akhirnya setelah satu jam berlalu, yang saya isi dengan memotret aneka tanaman yang dirawat dengan cantiknya diseputar hotel, Mas Bayu, sales representative hotel muncul. Wajahnya terlihat penuh sesal dan langsung meminta maaf karena hari itu morning briefing lebih lama dari biasa. Kami langsung mengutarakan tujuan dan sambil menunggu kunci kamar diambil, welcome drink disajikan. "Akhirnya, sudah kering banget tenggorokan," keluh Pak Wawan langsung menyeruput minuman hingga tandas. Saya sendiri tadinya sudah hampir berjalan ke mobil mengambil air mineral yang tertinggal disana, jika tidak teringat harus menuruni dan menaiki tangga lobi yang lumayan tinggi.
Welcome drink-nya fresh, perpaduan lemon, serai dan rempah-rempah dengan rasa manis yang membuat saya lupa sedang berdiet keto dan menghindar gula. "Enak ya," tukas saya sambil melongok ke arah bar berharap bisa free flow. Sebelum niat terlaksana dan meminta tambah, Mas Bayu muncul dihadapan kami, "Mau langsung melihat lokasi kamar dan ruang meetingnya?" Tanyanya ramah. Kami langsung beranjak dari sofa dan berjalan memasuki hotel. Pesona Alam Resort secara keseluruhan oke, kamar hotelnya bagus selayaknya hotel bintang 4 umumnya, ruang meetingnya megah dan luas, dengan tinggi ceiling 9 meter dilengkapi karpet super empuk. Selain kamar, mereka juga menyediakan villa yang memiliki 1 hingga 3 kamar. Kami bermaksud mengambil villa sebagai tempat menginap peserta, selain lebih asyik karena lokasi sekitarnya yang menyatu dengan alam juga terdapat kolam renang besar terbentang didepannya, ketersediaan kompor, microwave dan kulkas. Villa tentunya membuat kami lebih bebas dan leluasa mondar-mandir dibandingkan kamar hotel yang memiliki banyak aturan.
Secara overall hotel ini telah membuat hati kami tertambat kencang dan rasanya malas hendak mengecek lokasi lainnya. "Kita kayanya gak perlu ngecek lokasi lain lah ya?" Kata saya sambil menatap kolam renang cantik yang terbentang, tak sabar hendak menceburkan diri kesana. "Iya, kalau si Ibu tidak mau kita pakai hotel ini, kita bilang saja sebaiknya Ibu ganti panitia saja," kata rekan saya, Dwi, dan kami kompak menyetujuinya. Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang kala kami mengecek resto hotel yang besar. Aneka hidangan buffet dengan aroma yang membuat perut mengerang terhampar, dan saya melotot melihat tulisan 'fish soup' disebuah gubuk, aroma sup ikan berempah mirip tom yam membuat air liur mengalir.
"Ini sudah jam makan siang, mau makan diresto? Gratis kok, anggap saja komplimen dari kami sekaligus mencicipi rasa masakan sebelum memutuskan memakai Pesona Alam Resort," tawar Mas Bayu dengan ramah. Kami saling celingukan satu sama lain, dan merasa tidak enak menerimanya. Makan buffet diresto per orang dibandrol Rp. 200 ribu, dan kami yang berjumlah empat orang dirasa terlalu banyak. "Terima kasih Mas, tapi kami mau makan diluar saja sembari pulang ke Jakarta," tolak saya dengan hati berat. Saya melongok ke Pak Wawan, "Mau makan?" Tanya saya berharap rekan saya ini mengiyakannya. "Nggak usah lah, kita kan mau coba resto Bumi Nini di jalan raya Cisaura. Rencananya nanti mau dipakai makan siang peserta ketika selesai acara." Jawabannya membuat badan saya langsung lesu, akhirnya kami pun berpamitan dan meninggalkan hotel dengan perut perih dan penasaran dengan rasa fish soup hotel. 😄
Sepanjang perjalanan di jalan Taman Safari berjajar wortel dan sayuran yang terlihat super segar, biasanya sayuran ini dibeli pengunjung Taman Safari yang hendak memberi makan jerapah, rusa dan sejenisnya. Truk-truk bermuatan sawi, seledri dan daun bawang bersliweran tanpa henti. Area pegunungan tinggi seperti ini adalah impian rumah masa depan saya, udaranya yang sejuk cocok untuk berkebun aneka tanaman sayuran. Saya membayangkan sebuah rumah kecil dengan halaman yang luas penuh dengan sayur mayur organik dan ayam yang berlarian bebas. Ah semoga saja impian itu bisa terwujud.
Wokeh menuju ke resep gulai nangka dengan kacang panjang kali ini. Makanan ini adalah favorit saya, dan tidak akan pernah bosan disantap. Jika tidak teringat proses membuatnya agak ribet ingin rasanya setiap hari saya memasaknya. Bisa juga menambahkan irisan pepaya muda, atau labu siam, plus daging sapi membuatnya lebih gurih. Gulai nangka paling maknyus menemani lontong atau ketupat.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Gulai Nangka Kacang Panjang
Tertarik dengan resep berkuah santan lainnya? Silahkan cek resep dibawah ini:
Sayur Godog Betawi
Sayur Besan
Sayur Lodeh Jantung Pisang dengan Nangka Muda
- 1 mangkuk daun melinjo, rajang kasar
- 250 gram daging sapi sandung lamur / tetelan berlemak (optional)
- 1 batang serai, ambil bagian putihnya saja
Siapkan daun melinjo dan kacang panjang, sisihkan.
Siapkan panci, panaskan 3 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus, ketumbar, jintan, kayu manis, daun jeruk, daun salam, lengkuas dan serai hingga harum dan rempah layu, bumbu berubah warnanya menjadi lebih gelap dan tua. Jika menggunakan daging maka masukkan pada tahap ini dan tumis hingga berubah warnanya. Tambahkan air dan rebus hingga daging lunak.
Masukkan santan, garam, gula, dan kaldu bubuk (jika pakai), masak sambil sesekali diaduk agar santan tidak pecah. Tambahkan air jika kuah dirasa kurang. Cicipi rasanya, sesuaikan gula dan garamnya. Sajikan.
Rajin ngintip jtt .. lanjut eksekusi. Menu buat besok. Yummy. Terimakasih untuk resep yang anti gagal heeh
BalasHapussip, thannks yaa
Hapus