Keluarga saya sendiri memiliki riwayat diabetes dan stroke. Bapak saya dan keluarga, memiliki penyakit ini dan bahkan meninggal diusia kepala enam karena diabetes dan stroke. Ibu saya yang tidak pernah menderita diabetes sebelumnya, kini menginjak usia kepala enam justru mengidap penyakit gula. Dengan latar belakang kesehatan keluarga seperti ini, saya merasa tidak heran jika diantara kami, anak-anaknya, ada yang menerima turunan penyakit tersebut.
Siapapun tidak ingin jatuh sakit, jangankan yang parah, sakit batuk pilek saja sudah pasti ogah. Bagi saya pribadi, membayangkan sakit yang harus bolak-balik ke rumah sakit, terkapar dan tak berdaya, serta membutuhkan pertolongan orang lain terasa mengerikan. Biaya pengobatan sangat mahal, dan jikalau menggunakan BPJS sekalipun, membayangkan waktu terbuang dan performa kerja yang terganggu sangatlah tak tertahankan. Untungnya di era internet ini semua informasi bisa diakses cuma-cuma, informasi kesehatan yang dulunya hanya bisa dibaca di buku-buku tertentu atau dari orang yang memang memiliki profesi diseputar bidang tersebut kini bisa diakses dengan segera. Saya tidak mengatakan bahwa Google bisa menjadi pengganti dokter, tapi untuk menjaga kesehatan dan menambah informasi maka literatur di internet 'berjibun' banyaknya yang bisa diterapkan.
Saya sendiri lebih memilih literatur asing, dimana websitenya dikelola oleh orang-orang kompeten. Ada banyak video YouTube berisikan seminar dan ceramah kesehatan yang dibawakan langsung oleh dokter dan pakar. Akhir-akhir ini saya sedang gandrung dengan Dr. Jason Fung dari Kanada. Beliau seorang nephrologist (ahli ginjal) yang banyak berhadapan dengan pasien yang mengalami kerusakan ginjal karena diabetes akut. Salah satu treatment yang beliau anjurkan adalah intermittent fasting atau puasa. Entah itu dilakukan setiap hari, dua hari sekali atau Senin dan Kamis. Beliau bahkan mengeluarkan buku khusus mengenai cara berpuasa yang benar dan efeknya bagi kesehatan.
Mendengarkan seminar-seminar kesehatan seperti ini selain menambah motivasi, mem-brain wash diri dengan good information dari para ahli, juga membuat kita tetap dalam jalur yang benar. Harus saya akui, godaan untuk menyantap makanan tidak sehat selalu ada, biasanya justru datang dari orang-orang sekitar kita. Bahkan menurut para ahli, hal yang menghambat kita untuk menjaga pola makan sehat biasanya dari keluarga dan teman dekat. Nah dengan sering membaca artikel kesehatan dan menonton video seputar kesehatan di internet akan membuat kita selalu ingat, betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh yang cuman satu-satunya ini.
Kembali ke mie siram seafood. Saya pernah share resepnya di Instagram dan memberinya nama 'Mi Titi'. Kontan langsung mendapatkan komentar dan komplain dari orang Makassar, rata-rata tidak rela jika makanan ini bernama mie titi karena bumbu atau bahan yang tidak pakai ini dan itu, atau kurang ini dan itu. Jadi kali ini saya ganti namanya menjadi mi siram seafood saja. Basic-nya sebenarnya adalah mi kuning yang digoreng kering dan disiram dengan tumisan semacam cap cay. Mi titi biasanya menggunakan aneka seafood, bakso ikan, otak-otak dan hati ampela ayam, disini saya menggunakan seafood, bakso sapi dan ayam.
Membuatnya sangat mudah, saya hanya menggunakan mi kuning biasa, dan jika anda menghindar karbo maka skip mi dan santap tumisan seafood dan sayurnya saja. Sedap!
Berikut resep dan prosesnya ya.
Mi Siram Seafood
Untuk 3 porsi
Tertarik dengan resep berbahan mi lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Mie Kangkung - Mie Kuah yang Segar & Sehat
Homemade Mie Beras dan Ayam Kuah Jahe
Mie Ayam Yamin
Bahan:
- 2 ekor cumi-cumi, siangi dan potong setebal 2 cm
- 6 ekor udang, kupas
- 4 butir bakso sapim iris tipis
- 100 gram fillet ayam, iris tipis
- 600 - 700 ml air kaldu ayam
- 1/2 bongkah kembang kol, potong sesuai selera
- 4 batang caisim, potong kasar
- 2 batang daun bawang, rajang kasar
- 1 butir telur, kocok lepas
Bumbu:
- 1/2 sendok makan minyak wijen
- 1 sendok makan minyak untuk menumis
- 4 siung bawang putih, cincang halus
- 1 cm jahe, cincang halus
- 1 sendok makan ebi (udang kering), haluskan
- 1 sendok makan saus tiram
- 1 sendok makan kecap asin
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 1/2 sendok makan gula pasir
- 2 sendok teh garam
- 1 sendok makan maizena larutkan dengan 5 sendok makan air
Pelengkap:
- sambal cabai rawit (rebus cabai rawit hingga matang dan blender, tambahkan sedikit air matang agar encer)
- irisan jeruk nipis
- taburan daun bawang rajang halus
Cara membuat:
Tuangkan air kaldu, masak hingga mendidih. Masukkan kembang kol, sawi dan daun bawang, aduk dan masak hingga sayur matang. Tambahkan merica, gula, garam, aduk dan masak hingga mendidih.
Kecilkan api, tuangkan kocokan telur. Diamkan selama 1 menit agar telur sedikit mengeras, kemudian aduk agar terbentuks erabut. Masukkan larutan maizena bertahap sesendok demi sesendok hingga tercapai kekentalan yang diinginkan. Jika terlalu kental tambahkan air kaldu. Masak hingga mendidih. Cicipi rasanya, sesuaikan asinnya. Angkat.
Siapkan mi telur, rebus hingga setengah matang. Tiriskan. Siapkan wajan, panaskan minyak agak banyak. Goreng mi rebus hingga kering satu sisinya, balikkan dan goreng sisi lainnya hingga kering dan garing. Angkat dan tiriskan. Letakkan di piring saji, sisihkan.
Siram kuah seafood ke mi goreng di piring, sajikan dengan sambal cabai rawot dan kucuran jeruk nipis. Santap selagi hangat. Super yummy!
mi kuning yg enak merk apa sih mba endang, udh coba macam2 merk kok ya rasanya aneh, akhirnya balik lagi ke mie instan
BalasHapuscoba pakai Mie Burung Dara, pengalaman saya sih enak ya hehhehe
HapusMaaf mbak... mau tanya, mbak Endang diet keto apa juga menyantap tumisan sayuran dan seafood seperti ini secara pake kecap dan tepung maizena juga ?
BalasHapusIrma - Krw
saya keto mba, tapi kecap asin, saus tiram masih ok. kecap manis diusahakan tdk pakai banyak. Maizena biasanya saya skip, resep diatas dibuat sudah lama banget sebelum saya keto dan baru dipost sekrang
HapusMba endang,tulis dong lebih banyak pengalaman sehari2 dlm menjalani pola hidup sehat jadi semacam diari gitu. Pasti bnyak yg bs dijadikan inspirasi.
BalasHapusSedikit cerita, selama setahun sy berusaha mengubah total pola hidup. Alhamdulillah pelan2 suami mulai terpengaruh dan ikut menjalani pola eating clean. Bobot saya turun 10kg mencapai ideal.. daaan kemudian sy hamil lagi :D. Sekarang sy masih menyusui, berat badan mulai naik pelan dan pasti. Entahlah, krn tiap selesai menyusui rasanya lapeeer banget jadi gelap mata��
Tp cerita2 mb endang bikin sy inget dan semangat lagi. Harus melawan godaan makan enak asal perut kenyang.
Terimakasih bnyk ya mbaaa
Halo Mba, thanks yaa. Saya baru dua bulan ini berusaha disiplin dan benar2 minim karbo. Tapi kadang terpaksa kalau bikin smoothie sayur saya tambah buah kek nanas/apel dikit supaya ada rasa segarnya. Selama porsi karbo masih dikisaran 50 graman (macro), saya rasa masih ok. akan saya usahakan untuk share ya
HapusKlo berkenan, boleh diaplodin foto makanan yg dimakan mba endang tiap hari. Apapun kl ditangan mba endang kynya jadi enak tuh �� trus bikin deh buku resep diet ala jtt. Dinantikan!
BalasHapussaya lagi usahakan foto menu2nya setiap hari,tapi sepertinya tdk terlalu macem2 hehhehe
HapusKesukaan saya nich..pake ebi ya biar enak..
BalasHapusBtw ayah saya sudah 4 kali stroke dan diabetes basah..umurnya skr 81 mba endang..Alhamdulillah sehat sering kontrol tiap bulan, rajin minum supplemen sama jaga makanan mbaa..
thanks sharingnya ya Mba, yep memang kudu disiplin ya. Moga Ayah sehat selalu ya
HapusYap. Sebagai seorang food blogger, kesehatan adalah taruhannya. Hunting resep enak dan menarik, sangatlah mengasyikkan. Tapi pada akhirnya sedikit demi sedikit, efek pada tubuh mulai terasa. Akhirnya saya mencari pola makan yang cocok buat saya. Alhamdulillah sudah nemu. Dan masih bisa cheating 2 kali seminggu. Jadi hasrat ngeblog masih bisa tersalurkan. Kalo gada cheating mungkin blog saya sudah ditinggal dari dulu hihihi.....
BalasHapusAlm bapak saya juga kena diabetes pada umur 60 tahun. Padahal tidak menyukai makanan manis. Kata dokter itu wajar karena usia sudah uzur. Onderdil tubuh sudah mulai aus. Harus jaga pola makan. Saya ikut simpati dengan kondisi ibu mb Endang karena mirip dengan kondisi alm bapak. Semoga ibu selalu diberi kekuatan, kesehatan dan semangat di usia beliau yang sekarang ini. Salam sungkem untuk ibu ya mb Endang