Nah karena ini masuk kedalam program edukasi perusahaan, maka saya bertanggungjawab terhadap meja pameran yang dibuka oleh kantor. Tak ingin bengong saat acara talk-show berlangsung saya lantas menggandeng Aggnes dan Pak Wawan, dari bagian Customer Service dan General Affairs. Acara berlangsung dari pukul sembilan pagi hingga jam dua belas siang dan sepanjang waktu tersebut tidak ada satupun pengunjung yang singgah di meja pameran. Sekotak snack berisi tiga buah kue dan segelas air mineral telah habis saya gasak sejak 30 menit pertama acara, bukan karena lapar karena paginya perut saya telah diisi dengan semangkuk bubur kacang hijau, tapi demi mengisi waktu dan menggebah suhu dingin didalam aula yang AC-nya luar biasa moncer.
Di penghujung acara, panitia lantas membagikan door-prize berupa dana tunai yang hanya bisa dipakai untuk berinvestasi saham. Nominalnya tidak seberapa, tapi berapapun itu harus disyukuri karena gratis. Beberapa pengunjung acara talk-show yang mendapatkan door-prize mulai berkeliling ke meja-meja perusahaan sekuritas, dan dua diantaranya singgah ke meja saya. Pengunjung pertama, pria, usia sekitar dua puluh lima tahun, dari kalangan umum dan bekerja disebuah perusahaan swasta menyodorkan kartu tanda bukti mendapatkan door-prize. Gayanya malas-malasan, mukanya terlihat tidak bersahabat dan semakin tidak bersahabat ketika saya menyodorkan formulir pembukaan rekening. Sebagaimana pembukaan rekening umumnya, apapun bentuk institusinya, maka calon nasabah atau investor wajib mengisi formulir. Saya akui, formulir ini memang cukup merepotkan, ada banyak data yang perlu diisi, namun semua itu memang diperlukan dan menjadi syarat wajib.
"Banyak banget datanya! Saya tanda tangan saja," cetus si calon investor ini sambil membolak-balik lembar formulir. Salah satu alasan mengapa saya tidak akan pernah bisa menjadi salesman yang baik adalah tingkat kesabaran yang super tipis dan mudah naik darah jika bertemu dengan calon klien yang seperti ini. "Beberapa data yang sama dengan identitas bisa kami bantu isikan, tapi data diluar itu seperti alamat yang tidak sama dengan KTP, data pekerjaan, data keuangan dan tingkat risiko sebaiknya diisi sendiri Mas," jawab saya menjelaskan. Terus terang sudah tak terhitung banyaknya saya bertemu dengan calon klien yang enggan mengisi formulir seperti ini. Ada banyak alasan mengapa mereka begitu, mulai dari setengah hati ketika memutuskan hendak berinvestasi saham, karena terpaksa oleh satu kondisi (seperti calon klien satu ini), karena malas menulis, karena menganggap remeh dan tidak penting, karena super sibuk dan tidak ada waktu, atau karena mengira mengisi data diri untuk kepentingan pribadi adalah beban perusahaan.
"Sudah pernah berinvestasi saham di broker lain?" Tanya Aggnes. "Sudah," jawab si calon klien sambil menyebutkan sebuah nama broker terkenal. "Kalau sudah ada, bisa isi no identifikasi tunggal nasabah di kolom ini? Karena nantinya yang terdaftar di kustodian hanya satu nomor," Aggnes menunjuk kolom yang tertera di formulir. "Saya rasa tidak perlu, saya lewati saja," cetus si klien memutuskan sendiri, semaunya. "Tapi nantinya akan diminta Mas datanya, jadi sebaiknya sih diisi," jawab Aggnes dengan gaya santai. Kepala dingin Aggnes memang sangat tepat untuk situasi seperti ini. Si klien tak menanggapi, membaca kembali beberapa baris kolom, mengisi no hape dan alamat, melewatkan banyak kolom-kolom lainnya tak terisi dan langsung menandatangani formulir.
Saya berpandangan dengan Aggnes yang duduk disebelah kiri memperhatikan proses pengisian formulir. "Nanti telpon saja untuk data-data yang kosong," instruksi si calon klien dengan gaya yang saya anggap super songong. "Data rekening bank pribadinya bisa diisi sekarang? Ini perlu untuk mentransfer dana jika ada instruksi penarikan," saya menunjuk kolom data perbankan yang memang wajib diisi. Si calon klien melirik saya, kemudian berkata datar, "Nanti saja via telpon." Rasa kesal yang dari tadi merambati hati akhirnya naik ke permukaan, "Mas, Aggnes ini bagian Customer Service kita, nantinya dia juga yang akan memproses formulir ini untuk pembukaan rekeningnya," tukas saya tak mengerti dengan penolakannya. Oke, saya mengerti tidak semua orang mudah berbagi no rekening pribadi, tapi pada kasus ini data tersebut untuk keperluan transaksi saham disebuah perusahaan efek legal, bukan disalahgunakan untuk kepentingan lainnya oleh perusahaan yang tidak jelas. "Telpon saya saja," jawab si calon klien ke Aggnes dengan muka kaku.
Sebenarnya saya tidak terlalu bersemangat memproses pembukaan rekening seperti ini. Bentuknya yang berupa hadiah biasanya akan langsung ditarik ketika dana tersebut telah cair, menyisakan rekening tanpa portofolio sepotong pun. Intinya, ujung-ujungnya hanya nama saja, tidak ada transaksi, kami menyebutnya dengan nama rekening bodong. Tapi klien adalah raja, dan sepertinya calon klien yang satu ini benar-benar menganggap dirinya raja diraja, jadi hey mengapa tidak disenangkan hatinya satu hari ini bukan? Ketika si calon klien telah berlalu, Pak Wawan, rekan kantor saya yang berdiri tidak jauh dari meja mendekat, "Songong banget gayanya," komentarnya. "Tobat dah. Tiap pagi sarapannya beling kali," jawab saya sambil geleng kepala.
Tiga hari telah berlalu sejak acara pameran, dan ketika saya tanyakan ke Aggnes progress pembukaan rekening jawabannya membuat saya semakin naik darah. "Berkali-kali ditelpon tidak diangkat sama sekali, dan di WA juga tidak dibaca." Saya jadi menggaruk kepala yang tiba-tiba terasa gatal. Sebenarnya orang ini maunya apa? Tidak ada yang memaksanya untuk membuka rekening. Saya bahkan berpikir tadinya dia hanya asal buka rekening untuk kemudian langsung dicairkan hadiahnya tanpa ditransaksikan untuk membeli saham sama sekali. Bagaimanapun juga dana tunai door-prize itu tinggal selangkah lagi didapatkan.
Seminggu berlalu, hari ini Aggnes mendatangi meja saya, "Mba, ada kabar baru nih, entah baik atau buruk. Si klien balas WA dan batalin pembukaan rekeningnya. Dia mau datang ambil bukti door-prizenya," katanya menunjukkan pesan di hape. Blessing in disguise, pikir saya. Ada bagusnya juga dibatalkan karena dari awal feeling saya sudah tepat, calon klien ini hanya menghabiskan waktu, tenaga dan materai saja. "Bilang saja, oke. Nanti kita kasih no telp panitia pameran yang bisa dia hubungi." Jadi begitulah suka duka menghadapi aneka calon klien, tentu saja pernah bertemu dengan yang lebih tak masuk akal lagi gayanya. Terkadang saya hanya bisa membatin, apa sebenarnya yang dipikirkan manusia-manusia ini? Baru diciptakan jadi manusia dengan selembar nyawa saja sudah sebegini sombongnya, bagaimana kalau diciptakan menjadi kucing yang katanya punya sembilan nyawa? Gubrak dah!
Wokeh menuju ke resep pindang iga hari ini. Saya sudah lama mendapatkan resepnya dari salah satu pembaca JTT yang tinggal di Palembang. Pindang iga atau pindang tulang dengan kuah merah merona yang terasa asam, manis dan pedas. Pernah juga mencicipi pindang sejenis disebuah rumah makan khas Palembang di Bogor, dan hidangan berkuah pedas, asam dan manis seperti ini selalu saya suka. Prosesnya super mudah, tips agar warna kuahnya merah membara adalah menggunakan cabai merah kering. Tomat yang diblender juga menambah warna dan membuat kuah lebih kental. Jangan lupa menambahkan nanas dan kemangi untuk rasa kuah yang lebih segar dan sedap ya.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Pindang Iga
Untuk 4 porsi
Tertarik dengan resep sejenis lainnya? Cek link dibawah ini:
- 1/2 buah nanas, kupas, potong dadu
- 2 ikat kecil kemangi, siangi pucuk dan daunnya
- 2 buah tomat merah, masing-masing belah menjadi 4 bagian
- 1000 ml air
- 3 sendok makan minyak untuk menumis bumbu
Bumbu dihaluskan:
- 5 buah cabai merah kering, rendam air panas hingga lunak
- 5 buah cabai merah keriting
- 6 buah cabai rawit
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 2 cm jahe
- 2 cm kunyit
Bumbu lainnya:
- 4 sendok makan air asam jawa kental (atau 3 keping asam kandis)
- 2 batang serai, memarkan
- 4 cm lengkuas, memarkan
- 4 lembar daun salam
- 15 buah cabai rawit utuh
- 1/2 sendok makan garam
- 1/2 sendok makan gula jawa sisir halus
Cara membuat:
Siapkan wajan, panaskan 3 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan serai, lengkuas dan daun salam. Aduk dan tumis hingga rempah layu. Masukkan iga. Aduk rata dan tumis selama 5 menit. Tuangkan 800 ml air. Masak hingga iga lunak. Tambahkan gula, asam jawa, garam, aduk rata. Jika kuah berkurang tambahkan air panas sedikit.
Masukkan nanas dan tomat, masak hingga nanas layu. Cicipi rasanya, kuah harus terasa asam, manis dan sedikit asin. Sesuaikan gula, garam dan asam jawa sesuai selera. Nanas biasanya menyumbangkan rasa manis dan asam, jadi cicipi ketika nanas sudah ditambahkan. Matikan api, masukkan daun kemangi, aduk rata. Sajikan. Super yummy!
Aslm.wrwb mbak endang,sungguh terima kasih atas semua resepnya yaa..saya sdh banyak praktek,alhamdulillaah lancar dan enak selalu..
BalasHapusMbak endang,saya pernah baca ttg penjelasan mbak endang tentang reksadana dan saham,saya tertarik..tapi saya benar2 tidak paham mbak endang,masih bisa ga ya saya menghubungi sahabat mbak endang sintya mengenai reksadana atau mbak endang bisa bantu saya harus bagaimana..mohon bantuannya ya mbak..
Halo Mba, thanks ya sudah menyukai JTT.
HapusYep, Sintya bisa dikontak ke no 081280300472, WA saja dulu dan jelaskan maksud tujuannya, dia senang hati akan membantu kok. sukses yaa
Siap mbak..makasiih banyak ya mbak..saya senang sekali bisa kenal blog ini dan juga mbak endang
HapusWah, aku malah paling senang isi2 data kaya gitu mba. 100 halaman pun aku isi. walau kadang di akhir2nya mulai ngaco isinya. Hahahaha
BalasHapuswakakkak, enak kalau ada calon nasabah rajin kaya gini Mba, kebanyakan ogah isi
HapusAkhirnyaaaa mba Endang ngeblog lagi. Serasa lg nunggu buku terbitan seri terbaru.. Musim dingin gini enaknya emg yg berkuah2 seger ya mba. Kalau saya favoritnya pindang patin mba, btw kalau sdh pake nanas apa masih perlu ditambahkan asem lg mba?
BalasHapusHalo Mba Herlina, sedang diusahakan ngeblog lagi wakakkak. Saya juga cravingnya yang berkuah Mba, segeer. Saya biasanya tetap tambah asam atau jeruk nipis mba, kuahnya kurang asam kalau hanya nanas saja.
HapusAku rindu lhoo ama cerita2mu ... Sdh bbrp bulan ini mbk Endang cuma kirim 1 per bulannya . Tapi sehat kan ya mbk ? Semoga sehat , ceria dan bahagia selalu .
BalasHapusAlhamdulilah sehat Mba Yeni, cuman lagi gak mood saja waakkak. thanks yaaa. sehat selalu!
HapusMbak endang, apa kabar diet ketonya..hehhe
BalasHapusDuuh maaf ya beluk sempat kirim alpukatnya.. 🙈🙈
wakakka, diet keto amburadul mba
Hapuskangen banget baca resep JTT di blog., semua org sekarang rame di IG
BalasHapusthanks Mba Faridah, diushakan tetap update blog mba hehehe
Hapusmemang kadang ga gampang juga ngasih data2 pribadi seperti misal nomor rekening ke orang lain. mungkin beliaunya ada pengalaman buruk yang berkaitan dengan data2 pribadi. btw Pindang iganya keliatan segerr banget mbak
BalasHapusHm, mungkin kalau untuk tujuan tdak jelas gak gampang Mba, tapi kalau sudah jelas untuk data pembukaan rekening investasi ya kudu diberikan heheheh
HapusNah... seger banget nih mbah resepnya... harus dicoba...
BalasHapussip Mba Nina, thanks yaa
HapusMBK....masih diet keto kah? Kok makan bubur kacang ijo...SM Snack box...?? Soalnya sy coba keto ga turun turun....
BalasHapussekarang bolong2, hanya membatasi karbo tapi gak strict banget. Dulu ketika masih benar2 jalanin keto sih turun mayan, tapi karbo benar2 minim
HapusOalah...dah amburadul ya ketonya....ha..ha...
BalasHapuswakakka yep
HapusKalau iga diganti daging saja merubah rasa ngga mbak...
BalasHapustetap enak kok Mba, saya suka daging berlemak, lebih makyus hehhehe
HapusKalo saya mah nomor rekening bukanlah data pribadi. Yang data pribadi itu ya berupa KTP, no HP, PIN ATM, dan semacamnya. Dengan kita ngasih nomor rekening ke orang lain, itu ngga serta merta identitas lengkap kita lgsg terpampang nyata. Coba deh kita pikir, ada ngga sih org yg mengalami kerugian berupa kehilangan sejumlah saldo di rekeningnya gara2 cuma ngasih nomor rekening? Ngga ada kan? Malahan lebih bagus kalo disebarin, bisa aja nanti ada orang khilaf yg transfer. Hehe. Yg penting asal jgn nyebarin data2 pribadi kita ke pihak2 yang tidak terpercaya dan tidak jelas tujuannya. Karena itu rawan penipuan.
BalasHapuswakakka betul banget, saya juga berpikir begitu hahhaha
Hapus