Salah satu cara saya agar kantuk tiba dan bisa segera terlelap adalah menyetel suara hujan dan petir di You Tube. Ada banyak channel yang menyajikan aneka suara alam seperti ini, hujan adalah yang paling saya suka. Terutama jika cuaca sedang panas, tidak bersahabat, serta AC di kamar tidak sedingin yang diinginkan walau telah disetel pada suhu 18'C. Saking senangnya dengan video suara hujan, saya bahkan bisa membedakan apakah itu benar-benar suara hujan atau suara aliran sungai yang dibuat mirip seperti curah hujan. Ada satu video favorit yang suara hujannya benar-benar alami dan gemuruh petirnya pun pas, tidak terlalu menggelegar atau terlalu sayup-sayup. Video ini mendapatkan puluhan juta view dan selalu saya dengarkan hampir setiap malam.
Tadi malam saya melakukan hal yang sama. Akhir-akhir ini karena mata terasa sering lelah dan berair ketika dipakai menonton video di laptop atau handphone, di jam setengah delapan malam saya telah naik ke tempat tidur. Mencoba memejamkan mata, walau susah karena malam masih terlalu muda, saya menghidupkan kembali video suara hujan. Berhasil terlelap namun terbangun ketika dikagetkan suara guntur yang menggelegar kencang hingga jendela kaca terasa bergetar. Terkaget-kaget saya langsung meraih handphone dan mengira video suara hujan dan petir kali ini terasa super lebay dan nyata. Tapi guntur berikutnya kembali menggelegar, dan berikutnya, dan berikutnya, hingga saya tersadar ternyata diluar rumah hujan deras menghajar bumi dengan petir menggelegar kencang silih berganti. Tobat!
Waktu itu jam menunjukkan pukul setengah tiga pagi, tak bisa memejamkan mata kembali akhirnya saya justru bangun, duduk diatas tempat tidur dengan posisi menghadap jendela dan memandang pertunjukan petir dahsyat di langit. Sungguh, sejak musim hujan tahun ini baru kali ini petir sedemikan kencangnya menghantam bumi. Lecutan sinar menari-nari diangkasa disusul suara menggelegar, satu lebih kencang dari sebelumnya. Teringat dengan internet yang masih menyala, saya langsung berlari ke ruang tamu dan mematikan modem. Petir seperti ini bisa menyambar modem dan membuatnya terbakar, rekan kantor saya pernah mengalaminya. Hingga pukul empat pagi saya tak kunjung bisa tertidur kembali sementara hujan deras berubah menjadi gerimis dan petir sudah tidak sedahsyat sebelumnya.
Pesan WA muncul di group keluarga, Ibu saya di dini hari seperti ini telah mengirimkan ucapan selamat ulang tahun buat adik saya, Tedy, diikuti dengan gambar kue ultah. Di bulan Maret, ada tiga anggota keluarga yang berulangtahun dalam jarak berdekatan, Tedy, Dimas dan putri Tedy, Kirana. Tapi yang membuat saya takjub, Tedy langsung membalas pesan tersebut. Ternyata pagi itu bukan hanya saya saja yang terjaga dan susah tidur kembali. 😄
Wokeh menuju ke resep manisan salak Bali kali ini. Di Jakarta susah sekali menemukan salak Bali, bahkan toko buah All Fresh andalan yang dulu sering menjual salak Bali kini tak pernah memunculkannya lagi. Sudah lama saya begitu inginnya menyantap buah ini hingga bulan lalu tiba-tiba adik saya mengirimkannya melalui Gojek bersama selembar kaus Hard Rock Cafe. "Oleh-oleh dari Bali ya, moga suka," pesannya di WA. Kontan saya meloncat gembira, salak Bali yang begitu diidamkan muncul tiba-tiba seakan sulap didepan mata. Sekantung besar salak tentu saja tak bisa habis dimakan segar begitu saja, sebagian saya rendam dalam larutan lemon cui, gula dan garam. Rasanya pedas, manis, asin, nano-nano dan awet didalam kulkas. Buah salak yang biasanya mudah menghitam ketika terpapar udara atau dalam rendaman air gula, ternyata tetap cantik dalam cairan lemon cui yang asam. Mungkin asam mencegah perubahan warna tersebut, jadi teringat dengan tips mencegah apel kupas berubah warna yaitu dengan melumurinya dengan jeruk lemon.
Bukan hanya salak yang sedap diolah menjadi manisan seperti ini, buah lainnya seperti rambutan, kedondong, mangga, nanas, kelengkeng, apel, pir dan anggur pun sedap. Jika tak teringat kandungan gulanya, ingin rasanya saya menyantap manisan buah seperti ini setiap hari.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Manisan Salak Bali
Resep hasil modifikasi sendiri
Bahan:
- 8 buah salak Bali
- 8 - 10 butir jeruk lemon cui/sonkit
- 4 buah cabai rawit, rajang halus
- 3 - 4 sendok makan gula pasir
- 1 sendok teh garam
- 300 ml air matang
Cara membuat:
Siapkan salak Bali, kupas dan buang selaput tipis yang menyelubungi daging buahnya. Belah menjadi 2 bagian dan buang bijinya. Masukkan kedalam mangkuk, sisihkan.
Siapkan jeruk lemon cui/sonklit, belah melintang menjadi 2 bagian. Sisihkan.
Peras jeruk lemon cui menggunakan saringan kedalam mangkuk berisi salak. Tambahkan cincangan cabai rawit, garam, gula dan air. Aduk rata. Cicipi rasanya, sesuaikan gula dan garam. Masukkan kedalam kulkas selama semalaman sebelum disantap. Sajikan.
Jeruk cui itu yang gimana ya? bisa diganti dengan jeruk lain? makasih.
BalasHapussejenis jeruk sambal, berukuran kecil, asam. Bisa diganti dengan jeruk peras / keprok. kalau kurang asam tambah perasan jeruk nipis/lemon/cuka
Hapusmbak Endang, kalau jeruk yang telah diperas dimasukkan ke dalam manisan, apakah tidak terasa pahit nanti ? Terima kasih
BalasHapus-emily-
hai Mba Emily, kalau pakai jeruk lemon cui nggak pahit Mba, disini banyak yang jual rujak bangka pakai lemon cui, jeruknya dimasukkan sekalian
HapusWah sy jg sering bikin manisan salak mb endang.. Krn d rmh pd ga gt suka salak drpd kebuang salaknya d bikin manisan deh.. . Oh iya sy pakai salak pondoh dan cm pake jeruk nipis aja trus direbus sebentar dg air gula
BalasHapusSalam manis dr Jogja ya mb...
Yusi, Jogja
Pakai salak pondoh juga enak Mba Yusi, wah saya belum pernah coba direbus dulu, next time pengen dicoba. thanks ya
Hapus