Saya tahu pompa air tidak bermasalah karena baru saja hidup mengisi bak penampungan (toren) dilantai atas, tapi saya curiga pompa kecil pendorong yang dipasang didekat toren agar air mampu mengucur deras yang mati. Tanpa pompa kecil tersebut maka lumut yang tumbuh didinding toren mudah masuk ke pipa dan menyumbat aliran. Dulu, ketika pompa air mati dan terpaksa diganti karena sudah sedemikian tuanya, tukang pompa pernah berkata, "Pompa kecil diatas ini dijaga jangan sampai mati ya Bu, karena lumutnya cepat sekali tumbuh. Kalau tidak didorong pompa, saluran airnya akan tersumbat," kondisi itu yang kini terjadi.
Nekat, saya pun pergi ke lantai atas sambil membawa sebuah tangga. Tujuan dan tekad dibulatkan, saya akan mengecek ke dalam toren. Bak penampungan tersebut terletak diatas tower beton setinggi 2.5 meter, artinya saya harus memanjat tangga dan naik ke atasnya untuk bisa melongok kedalam bak. Ketinggian adalah salah satu phobia saya selain jarum suntik, tapi kali ini saya beranikan diri merambat naik, perlahan. Apesnya ujung tangga bahkan tak mencapai batas tower, saya harus benar-benar berdiri diujung tangga agar bisa melangkah disamping toren. Doa sebanyak-banyaknya dipanjatkan sambil berpegangan kuat pada pipa. Jika terpeleset kemungkinan pipa itu juga tidak akan kuat menahan beban setengah ton ini. Tobat!
Tiba diatas tower, bak dibuka dan saya melongokkan kepala, yang menjadi masalah adalah toren berkapasitas 700 liter air itu ternyata ketika sudah didekati menjadi super besar dan dalam. Saya tak bisa membayangkan bagaimana tukang pompa waktu itu bisa masuk dan membersihkannya. Dinding tower ditutupi lumut dan memang sudah waktunya dibersihkan kembali. Dengan sebuah pipa panjang saya berusaha menjangkau ke dalam toren dan mencoba membersihkan area seputar lubang keluarnya air agar mampu mengalir keluar. Sia-sia. Pengorbanan panjat-memanjat yang memacu adrenalin ini tak mampu membuat air mengalir setetespun.
Air dibak mandi semakin menipis setelah dipakai mencuci piring. Saya bertahan tidak mandi sore itu dan mengirim pesan SOS ke adik saya, Wiwin, yang saya tahu sering bermasalah dengan pompa air. "Ada tukang pompa air yang oke tapi gak terlalu mahal?" Tanya saya. Adik saya membalas tak lama kemudian, "Ada, Pak Larno. Mantap, harganya gak semahal Pak Benjamin. Orangnya sopan dan baik," diikuti dengan sebuah no WA yang bisa dihubungi. Pak Benjamin adalah tukang pompa andalan saya, sangat profesional dan tokcer kerjaannya, tapi makin lama tarifnya semakin meroket. Saya langsung menelpon Pak Larno, yang tak kunjung diangkat. Jantung ini mulai dag-dig-dug dan rencana hijrah ke rumah Wiwin sempat terlintas ke kepala. WA saya dibalas satu jam kemudian, Pak Larno akan datang sehabis maghrib yang justru saya tolak. Tanpa ada sebutir lampu pun di lokasi tower maka kondisinya akan gelap gulita dimalam hari. "Besok pagi saja ya Pak, soalnya gelap lokasinya." Malam itu saya terpaksa tidak mandi, walau ada air mineral sebanyak empat galon, tetapi sayang rasanya kalau dipakai untuk mencuci diri.
Keesokan paginya, sekitar pukul setengah sembilan pagi, Pak Larno datang bersama motornya. Saya langsung ngoceh bercerita kondisi yang terjadi dan meminta beliau langsung menuju ke tower. Hanya 30 menit Pak Larno berkutat di tower dan ketika beliau turun dari lantas atas, air menyala dengan deras. Saya bersorak gembira dan beban seribu ton dipundak serasa lepas. Air, selalu ada setiap hari dan waktu. Kehadirannya terkadang tak dihargai, namun ketika tak muncul setetespun, saat itu barulah terasa jauh lebih berharga daripada emas.
Menuju ke resep. Pertama kali melihat resep ini saya langsung menuju ke dapur dan eksekusi. Untungnya semua bahan ada dikulkas, bahkan selai kacang kiloan yang saya beli dari Titan beberapa bulan nan lampau masih teronggok utuh. Semua bahan cukup diaduk, untuk lebih mudahnya saya masukkan saja kedalam mikser dan kocok hingga smooth. Karena tidak menggunakan tepung sama sekali maka teksturnya so soft, dan cenderung spongy, sebenarnya tidak seperti tekstur muffin sama sekali yang cenderung padat, semi bantat. Bagi anda yang alergi dengan gluten yang terkandung didalam tepung terigu maka resep ini layak dicoba.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Muffin Pisang Coklat Tanpa Tepung
Untuk 9 buah muffin
Tertarik dengan resep muffin lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Muffin Keju Cheddar
Double Chocolate Muffins
Banana Chocolate Muffins
Bahan:
Hai Mba Endang, Mba untuk baking powder double acting apa bisa diganti dengan baking powder biasa?
BalasHapusThanks
Hai Mba Dewi, selama bp single actingnya ok dan aktif serta bs mengembangkan maka bisa ya Mba. pengalaman saya soalnya selama ini pakai BP single acting selalu bantat.
HapusAssalaam..
BalasHapusMbak endang trims posting lagi resep sehat yang lezat2 gini. Insha Allah minggu ini dicoba.
Trims.
Tati-Kendari
Halow Mba Tati, sama2 Mba, moga suka yaa
HapusAssalamu'alaykum
BalasHapusHai mba, resepnya sdh saya coba,asli enaknya. Makasih sdh berbagi resep, smg berkah ya mba.
Irma-Riau
Hai Mba Irma, thanks yaa, senang resepnya disuka, sukses yaa
HapusHalo Mba Endang
BalasHapusSaya ga pnya oven. Boleh dikukus gak yah ini? Trims
Evy
Halo Mba Evy, bisa dikukus Mba.
HapusHallo mba..ak pemula ni, bp double acting it yg mana ya mba, biasa dijual dmn aj..hehehe..mksi byk mba.
BalasHapuscoba cek artikel ini mba:
Hapushttp://www.justtryandtaste.com/2011/06/mengenal-baking-powder-baking-soda.html
merk umum hercules, bs dibeli di olshop atau toko bahan kue
Tks resepnya mba endang...sy mau coba buat mba..btw,oven yg digunakan merk apa dan tipenya apa ya mba?
BalasHapusKarena sy baru mau beli oven..
Tks mbaa :)
Hai Mba Luci, saya pakai oven listrik merk Sico ya.
HapusMba klo untuk yang vegan, telur ny bisa pake chia seed kah
BalasHapus